1

344 37 5
                                    

~

"Kemarin guru les matematika kamu nelfon lagi, katanya kamu ga pulang padahal dia udah nunggu dari siang hingga sore, kamu kemana saja?"

Ujar wendy dengan intonasi tegas hingga menggelegar dalam rumah mewah bernuansa putih itu.

"Kamu juga bolos les piano, katanya kamu pulang lansung masuk kekamar, mau kamu apa Renjun?!"

Renjun hanya menghela nafasnya sambil memasang raut wajah masam.

"Konseling sekolah kamu juga nelfon mama, because you always late! , sopir disediakan, barang sekolah disiapkan, kamu tinggal berangkat dan bangun tepat waktu, apa sesusah itu?"

Wendy memijat pangkal hidungnya, ia benar-benar lelah dengan putra semata wayang nya ini yang semakin hari semakin banyak membuat ulah.

"Apa aja yang kamu lakuin di sekolah?, Pringkat mu menurun drastis, kalau waktunya pulang itu ya pulang!, kamu kan tau guru-guru les kamu pada nunguin!"

Renjun hanya termenung, wajahnya memerah menahan kesal yang tidak dapat ia salurkan.

" listen to mama, Kamu harus datang di setiap les privat dan kegitan sekolah mu, mulai sekarang jadwal mama tambahkan!"

"Senin les matematika, selasa latihan piano, rabu ikuti kegiatan organisasi, jumat latihan berenang, sabtu eskul lukis!. Itu semua rata-rata cuma habis waktu 3 jam, kamu bisa main di hari kamis dan minggu! "

"Mama bayar mahal untuk semua les kamu, don't disappoint me Renjun! "

Drertt... Drertt...

Renjun melirik kearah ponsel Wendy, hatinya semakin kesal begitu disana tertulis nama sang asisten kerja mama.

"Hallo, pagi"

"Pagi nyonya, siang nanti kita ada pertemuan di jeju"

"Iya, dan tolong atur penerbangan saya untuk siang nanti"

"Sudah nyonya, maaf tetapi sepertinya penerbangan kita akan dipercepat 1jam dari jadwal semestinya"

"Baik lah, tunggu saya di kantor sekarang "

Tutt...

"Mama akan ke jeju untuk tiga hari, tolong kamu jangan berulah, dan segera habiskan makanan mu"

Wendy lansung bergegas meninggalkan meja makan tanpa menatap Renjun yang kini sudah sangat sedih dan kesal menahan emosinya.

"AHGHHHH"

Prang....

Renjun membanting semua yang ada di depannya, ia lelah, ia marah.

"Sialan" Ujarnya sambil menyerka air mata.

Renjun anak yang dikenal ceria, baik bahkan sangat mahir di berbagai bidang akademis dan kesenian, sangat banyak yang mendambakan sosok manis berhati lembut sepertinya di sekolah.

Namun akhir-akhir ini Renjun selalu membolos, bukan tanpa arti, ia terkena flu akibat kelelahan dan bahkan saat belajar, darah segar kerap hadir jatuh membahasi lembaran tugas Renjun.
Ia tentunya sangat ingin memberikan surat izin agar pihak sekolah tidak menganggapnya alfa, namun peraturan sekolah yang mengharuskan wali murid untuk melaporkan anaknya jika mengalami halangan untuk datang menghadiri pembelajaran, dan Renjun tidak bisa melakukan itu, 1 minggu yang lalu mamanya melakukan perjalanan bisnis ke Italia, dan tentunya sangat kecil kemungkinan telfon Renjun di angkat.

Anak ini sudah banyak menderita semenjak kepergian sang ayah, ia tak lagi pernah merasakan kebahagiaan keluarganya sendiri.
....

Renjun berangkat dengan sopir nya menuju sekolah, namun di tengah perjalanan ia teringat akan satuhal dan mungkin menemui orang ini setidaknya nanti akan mengurangi beban fikirannya.

"Berhenti pak..."

"Tapi ini belum sampai di sekolah tuan"

"Tak masalah, aku ingin berhenti disini dulu" Ucap Renjun pelan.

Pak kim sopir pribadi renjun lansung menghentikan mobilnya di tepi jalan yang lansung menghadap sebuah toko kue.

Toko tersebut di hiasi figuran clasic berwarna cream dengan beberapa bungga dan meja di depannya.

"Masih tutup tuan muda, apa kita tidak kembali nanti saja saat pulang sekolah"

"Ah, tidak apa-apa, bapak pulang saja duluan, aku disini dulu"

Renjun turun setelah mengenakan hoodie kuning miliknya.

"Jemput aku disini kembali jam 2 siang saja pak."

"Baik tuan, hati-hati."

Mobil itu menjauh dari lokasi toko, Renjun termenung memandangi toko itu, kemudian ia berjongkok didepan pintu toko sambil menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan.

Cuaca cukup dingin karena menjelang musim Dingin, jalanan di sekitar toko tergolong ramai, tetapi tetap saja terasa hampa terasa bagi Renjun.

Sudah lama Renjun berjongkok disana hingga derup langkah seseorang mendekat padanya.

"Apa yang kau lalukan disini? " Renjun mendongkakan kepalanya melihat sosok tinggi yang tengah berdiri di depannya sekarang.

"Toko buka jam 09.00, kembalilah nanti "

"Ah aku minta maaf, tapi aku kesini ingin mencari kakek lee chong"

Renjun berdiri, pria yang berada di depannya itu tampak sedikit murung.

"Lee Chong kakek saya,ada perlu apa?"

"Mnn aku biasanya memakan roti buatannya sambil bercerita, dan sudah 1 minggu ini toko tidak buka, apa beliau sehat? "

"Aaa begitu, sayangnya kakek sudah tiada, dan sekarang aku yang akan melanjutkan toko ini untuk sementara waktu" Ujar pria itu dengan suara pelan.

Renjun gemetar, air matanya lansung mengalir.

Tak terbayang olehnya kepergian pria tua yang amat baik itu, Lee Chong bertemu dengan Renjun ketika Renjun masih smp, saat itu ia melihat Renjun tengan menangis dan ia datang memberikan sepotong roti lalu memberikan beberapa kata semangat yang sangat membekas di hati Renjun.

"Kakek.. " Tanggis Renjun tertahan, kakek lee sudah seperti kakek Renjun sendiri, setiap Renjun memiliki masalah pasti ia akan mengadu kepada sang kakek.

"Hei tenang lah.. "

"Tapi,,, kakek.. " Renjun semakin terisak.

Pria tadi mengusap pelan bahu sempit Renjun, dia juga sedih, tapi mau bagaimana lagi, menangispun tidak akan mengembalikan kakeknya.

Sebenarnya pria itu binggung, ada hubungan apa didiantara Renjun dan kakeknya, tapi kalau di lihat-lihat sepertinya Renjun sangat terpukul, itu berarti mereka sangat dekat fikirnya.

"Saya antar ke makam mau? " ucap pria tinggi dengan jaket kulit hitam itu.
".. Iya mau"

"Baiklah, tapi sebelum itu kita masuk dulu, sepertinya saya akan buka siang saja nanti, oh iya perkenalan nama saya Lee Jeno"
Ucap Jeno membuka knop pintu tokonya, kemudian menuntun Renjun masuk.

"Kau anak SMA bukan?, siapa namamu? "

Renjun lansung binggung mengapa Jeno mengetahui kalau dia masih menduduki bangku SMA.

"Tidak usah binggung begitu, seragam sekolah mu tetap mencolok walaupun kau memakai hoodie sekalipun, awalnya aku kira kau seorang bocah SMP, tetapi seragam mu menunjukan kalau kau bersekolah di Internasional art Senior High School Seoul bukan?"

Renjun mengangguk "Namaku Huang Renjun" ujarnya dengan suara pelan.

Jeno tersenyum manis.

Hal itu reflek membuat Renjun tertegun untuk beberapa saat.

"Duduk lah disana, saya akan kedapur dulu"

Renjun berjalan mundur kearah kursi yang di tunjuk, matanya tak lepas memperhatikan Jeno yang kini sudah masuk kedalam dapur.

Tbc~

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang