aku hanya berdiri ketika dia terbaring disana, saat hidupnya sedang bertarung batin dengan kematian.
──
Setelah satu tahun, empat bulan, tiga belas hari. Setelah itu semua, Jung Sun Ah akhirnya bangun. Bangun dari tidur panjangnya.
Terlepas dari berbagai kenyataan bahwa dirinya berada di Swiss bukan Korea. Di sebuah rumah jauh dari perkotaan padat yang ketika pagi harinya tertutup embun tipis. Sun Ah sudah mati, mati dalam artian tidak punya tempat atau cara untuk kembali ke negara asalnya. Semua tau yang ada di ruangan itu tak ada yang selamat, kecuali Kang Yohan. Hanya Kang Yohan yang mengatur bagaimana keluar dari ruang terkutuk tempat eksekusi keadilan bagi para iblis dunia.
Apa menyelamatkan Sun Ah adalah bagian dari rencananya?
Yohan juga tengah berperang batin dengan dirinya sendiri saat melihat tubuh terbalut pakaian putih itu jatuh diatas lantai berair merah. Baunya amis, erat bau kehidupan yang ditarik paksa keluar dari sang empunya tubuh. Tapi Yohan tidak membiarkan nafas terakhir itu habis, ia juga tidak yakin kenapa harus dirinya yang menghentikan jiwa wanita itu menemui sang pencipta.
Tapi melihat Sun Ah, terbaring di ruangan yang hanya Yohan, tidak ada orang lain bisa masuk kedalamnya, ada sedikit rasa tidak rela. Setahun yang lalu, dokter memang ada disana, tapi beberapa bulan setelahnya Yohan meminta mereka hanya datang sesekali. Alat penopang hidup itu yang membantu Sun Ah tetap bernafas, tetap bernyawa.
Suara mesin yang berderit, kelopak mata yang tertutup dengan tenang, pipi yang memucat, serta nafas halus melewati masker oksigen. Yohan berdiri di ruangan itu, memandangi Sun Ah dengan kondisi demikian, secara tidak langsung membunuh batinnya.
Yohan tau semuanya belum terlambat, ia bahkan bisa merasakan rasa simpati yang biasanya tidak ia punya sama sekali untuk Sun Ah, ketika wanita itu dengan kejam membunuh orang yang ia percaya dapat hidup lebih baik jika saja Yohan tidak pernah mengusik hidup orang lain. Ya, Yohan yang memulai, tapi Sun Ah yang menawarkan kebenaran untuknya. Ia benci kenyataan jika saja bukan dirinya yang mengusik masa lalu pelik, membeberkannya pada orang yang salah, mungkin hubungan dari semua benang merah mereka punya celah untuk ditarik keluar dari kusutnya yang merusak.
Tapi Yohan gagal, sangat gagal.
Sang hakim selalu ingin membunuh wanita yang membuat hidupnya gusar, ia bahkan pernah memegang janji di depan wanita itu ketika hidupnya kembali kesepian. Ia berjanji akan membunuhnya dengan cara paling menyakitkan dan paling kesepian.
Namun ketika melihat Sun Ah terbaring dengan air mata mengalir membasahi pangkal hidungnya, Yohan berhenti berpikir rasional. Atau memang sudah tidak waras ketika membawa wanita itu menjauh dari kota asal semua jejak mereka dimulai.
Dan ketika Sun Ah akhirnya membuka mata untuk waktu yang cukup lama, Yohan menatap mata bulat itu dan mendapati dirinya dalam bayangan sorot itu. Ada sesuatu, Yohan bisa merasakannya, sesuatu yang tak terlukis. Sesuatu yang mengatakan kalau ia, sangat menantikan wanita itu untuk bangun dan bernafas kembali.
Sun Ah nampak tenang, satu minggu setelah bangun dan tidak bersuara sama sekali. Sun Ah tidak pernah bertanya tentang Korea, tentang apa yang mungkin terjadi, tentang apa yang benar-benar terjadi setelah nyawanya nyaris pergi. Bahkan ia tidak pernah bertanya bagaimana bisa dirinya masih bernafas sampai sekarang, hal itu membuat Yohan lega sekaligus gelisah. Pada akhirnya Yohan bertanya, tidak yakin Sun Ah ingin menjawabnya.
"Kenapa kau tidak bertanya?"
"Apa ada jawaban untuk pertanyaanku?"
Dia sangat tenang, seolah yang berdiri di depan sang hakim adalah orang lain.
Sun Ah tidak bertanya, karena Yohan sudah pasti tidak punya jawaban yang ia yakini sesuai kejadian yang ada. Yohan tidak berusaha menutupinya, hanya, tidak tahu bagaimana ia meyakinkan dirinya sendiri untuk menjelaskan pada Sun Ah mengapa tubuhnya bergerak menyelamatkan wanita itu.
Mengapa kau menyelamatkanku? Apa pendapatmu tentangku? Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Pertanyaan yang Yohan sendiri tau mungkin akan Sun Ah tanyakan, tapi sebaliknya.
Sun Ah tersenyum untuk pertama kalinya setelah menutup mulutnya. Senyum yang sangat tipis, sangat samar tapi membuat hati seseorang lain di sana sedikit menghangat. Senyum yang membuat Sun Ah terlihat mengetahui segalanya, dan menutup rapat mulut Yohan hingga tak punya banyak pilihan selain diam membiarkan dinding tipis terbentuk lagi diantara mereka, menambah tebalnya jarak yang sebenarnya sudah lama ada. Sejak dulu, sampai sekarang.
──
Noted :
cerita ini berupa perang batin, tidak seperti dalam drama yang perangnya saling asah bogem. Juga, aku sedang jatuh cinta pada harem Jung Sun Ah. Terima kasih sudah mampir.
tertanda
Joonhyuk wife
©annanyous
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay, you're alive ── 𝘍𝘪𝘯𝘪𝘴𝘩
Short StoryKang Yohan wasn't sure why he saved the woman who had already ruined his life. But when he saw the woman lying on the bed, exhaling through the respirator, eyes closed, cheeks cold to the touch, and a fragile body still breathing... Everything was k...