03 - Dari Lima Belas Februari

73 15 0
                                    

Dari 15 Februari.

Sore itu setelah aku pulang kerja, seperti biasa aku akan pergi melakukan rutinitas harianku untuk menemani Nares di Rumah Sakit. Ya. Karena aku kembali bekerja dan kembali pada kantor lamaku. Menjadi seorang HR Recuiter atau biasa dikenal HRD di salah satu perusahaan teman lamaku.

Karena sejak Nares koma, aku sudah harus mulai bisa untuk menghidupi diriku sendiri juga menggantikan Nares suamiku sebagai sosok tulang punggung keluarga.

Tapi baru saja aku hendak menyalakan mesin mobil tiba-tiba ponselku berdering. Menampilkan nama Rumi di layarnya.

Rumi? Tumben sekali sahabatku ini meneleponku sore hari begini. Karena biasanya jika ingin curhat padaku, Rumi pasti akan menelepon tengah malam atau bahkan dini hari. Karena itulah Rumi.

"Ada apa, Rum?" kataku padanya sembari menyalakan mesin mobil. Bersiap-siap untuk bergegas berangkat ke Rumah Sakit.

"Kau dimana?" tanya Rumi spontan saja.

"Di mobil. Ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan denganku?"

"Banyak sekali! Aku rindu kamu, Maya!"

"Dasar!" omelku. "Memangnya apa yang kamu rindukan dariku? Selain makanan enak buatanku? Pasti ingin dibuatkan sesuatu lagi olehku makanya kamㅡ"

"Tidak seperti itu!" potongnya. Nadanya gemas sekali. "Bukan itu maksudku menelfonmu sore ini!"

"Lalu seperti apa?!" balasku tertawa.

"Aku ingin mengajakmu ke luar. Kita dinner bersama di tempat makan favorit kita dulu saat masih kuliah, di daerah kampus," kata Rumi membuatku mengerutkan alis. Heran.

"Makan malam? Tumben sekali?"

"Iya. Memangnya kenapa? Tidak boleh?!"

Lagi-lagi Ayunda Gayatri Rumi berhasil membuatku tertawa. "Enggak bisa, Rum. Aku masih harus temani Mas Nares malam ini,"

"Maya asal kau tahu! Nares, suamimu itu juga ingin kamu bahagia! Sesekali tidak apa-apa untuk pergi ke luar! Naresmu juga pasti ingin kamu bersenang-senang!" kata Rumi mengomeliku dari balik telfon.

Lantas ucapan Rumi barusan membuatku kembali tersadar. Bahwa memang benar apa yang diucapkannya barusan.

Rumi benar karena aku sudah terlalu lama terpaku pada Nares hingga aku lupa untuk memanjakan diri atau sekedar meluangkan waktu untuk diriku sendiri. Self Healing.

"Sekarang aku tunggu kamu di tempat yang kamu tahu itu dimana. Pokoknya malam ini kamu harus datang! Karena aku sudah siap mendengarkan semua curhatanmu tentang hidup! Tentang pekerjaan! Tentang semua! Kamu harus berbagi juga! Jangan terbiasa memendam masalah sendiri! Kamu masih punya aku untuk berbagi keluh kesah! Aku ini sahabatmu! Kamu harus menganggap kalau aku juga ada di dalam hidupmu!"

Aku tersenyum mendengarnya. Ternyata Rumi benar-benar mengkhawatirkanku. Aku juga baru sadar kalau sejak Naresku sakit, aku sudah jarang sekali berbagi cerita kepada orang-orang terdekat.

Love Love Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang