BERTEMU

41 11 0
                                    

Rasanya aneh, ini seperti mengulang kenangan. Mengantar dan menjemput mu. Sudah setahun lebih aku tidak melakukan itu semua. Rasa gugup ku semakin tinggi. Jantungku seperti ingin meledak.

Suara sandal terdengar dari dalam. "Siapa?" tanya nya sambil membuka pintu gerbang. Kepalanya keluar dari balik gerbang. Rambut yang dikuncir acak serta daster yang dikenakannya. Ibumu! Orang yang selalu mengingatkan aku agar tidak mengajakmu keluar terlalu malam. Senyum indah ku pasang menyambut ibumu.

Ekspresi wajahnya berubah ketika melihat ku. Diam. Kaku. Ibumu menatapku dalam, memperhatikan bunga dan coklat untuk mu. "Nak Ram? Kamu.. ngapain disini?" tanya nya ragu. "Ingin bertemu Ray bu! Ada Ray nya di dalam?" jawabku lantang. "Ray?" tanya nya dengan ekspresi muka semakin serius. "Masuk dulu ya..." ibumu menyuruhku masuk. Perasaan ku semakin gugup. Seperti ada yang disembunyikan.

Aku memasuki teras rumah mu. Masih sama seperti Ketika aku datang. Ku lihat ke arah rak sepatu, tidak ada sepatumu. Kenapa? Kamu dimana Ray? Kamu sedang tidak ada dirumah?

Ibumu mempersilahkan aku duduk. Lalu kedalam untuk mengambilkan aku minum. Kutunggu sembari melihat lihat teras dan halaman rumah mu. Mengingatmu.

Ibumu keluar dengan segelas air putih. Anehnya, Bersama dengan ayahmu. Aku sontak berdiri dan mencium tangannya. Ayahmu langsung menyuruhku duduk Kembali. Dia tidak membalas senyumku.

Ayahmu duduk di seberang ku, di sampingnya ada ibu mu. Suasananya mendadak menjadi serius. Seperti ada hal penting yang ingin disampaikan kepada ku.

"Nak Ram, kamu kesini sejak kapan?'' tanyanya memulai obrolan. ''Sejak tadi Pak, dari bandara saya langsung kesini untuk bertemu Ray.'' Raut muka ayahmu dan Ibumu semakin serius ketika aku menyebut namamu. Rasa senang ku seketika bercampur dengan bingung, khawatir dan gugup.

"Kamu sengaja kesini untuk bertemu dengan Ray?'' tanya ayahmu. "Iya pak!'' ku jawab dengan lantang. ''Ada yang ingin ibu bapak sampaikan ke kamu. Kita harap semoga kamu bisa mengerti.'' Kata kata itu semakin membuat perasaan ku bercampur aduk. Pikiranku kemana mana. ''Bapak tidak tahu ini cara yang benar atau salah untuk menyampaikan ini...'' lanjut ayahmu. Tiba tiba ibumu meneteskan air mata. Ayahmu menarik nafas Panjang. Memasang raut wajah khawatir nya.

Surat tercinta (Cerpen) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang