𓆩CHAPTER 02𓆪

22 2 0
                                    

After You

✎_____________________________________________
Gue Reihan. Kata orang-orang, hidup gue enak, gue ganteng, otak gue encer walaupun gue nggak pernah belajar, keluarga gue juga kaya banget dan gue selalu terlihat bahagia— padahal gue sama sekali nggak pernah merasakan hidup enak bersama mereka. Iya bersama keluarga gue.

Sekolah adalah salah satu tempat yang gue suka, karena disana, gue bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama teman-teman dan para dayang gue tentunya.

Sampai saat gue ketemu adik kelas yang benci banget sama gue, kasar, bukan cuma kelakuannya, tapi omongannya juga. Gue nggak tau kenapa, tapi menurut gue itu lucu, dan ... Menarik.

Gue mencoba mendekati dia, tapi yang gue dapatkan adalah umpatan dia, seperti; bac*t, anj*ng dan kata-kata kasar semacamnya. Bukan cuma itu, kadang gue dapat tamparan atau bahkan tendangan dari dia.

Banyak cewek yang nggak suka gue, karena gue punya banyak dayang pastinya, tapi mereka nggak pernah sebenci Anara, cewek itu benar-benar musuhin gue, dia bahkan pernah nyumpahin gue supaya menderita seumur hidup. Padahal tanpa dia sumpahin, gue udah cukup menderita. 

Gue nggak pernah menyangka bisa suka dia, awalnya gue pikir dia beneran bisa jadi musuh gue tapi gue malah pacaran sama dia, dengan syarat—gue harus mutusin para dayang gue, dan dengan mudahnya gue lakuin itu— walaupun pada akhirnya pipi gue jadi kayak bakpao karena ditampar para dayang gue.

Tapi semua itu sudah berakhir sekarang, gue dan dia udah nggak jadi kita. Semuanya hancur karena Aditya, cowok yang menjadi alasan kenapa Anara mutusin gue sebulan yang lalu, cowok yang katanya udah mengisi separuh hati Anara, yang di separuhnya masih ada gue. Gue nggak kepedean, tapi kenyataannya emang begitu. Gue yakin si.

Gue terima semua keputusan dia, karena gue pikir gue akan baik-baik aja dan gue bisa kembali ke gue yang dulu, Reihan dengan seribu gombalan maut dan puluhan dayang. Tapi ternyata nggak semudah yang gue kira, kadang rasanya sakit, kadang perasaan gue nggak enak, kadang gue kesepian bahkan kadang gue ngerasa mual. Hidup gue abis.

✎______________

Reihan melemparkan tubuhnya keatas kasur, tentu saja itu bukan kasur rumahnya, dia sekarang berada di sebuah rumah yang berisik, ada sekitar sebelas teman motornya yang kini berada disana. Memang, hari ini laki-laki itu meminta teman-temannya untuk menemaninya menginap ditempat yang sering disebut rumah kedua itu.

Rumah itu adalah salah satu rumah milik Papinya, ukuran rumah itu terbilang lumayan; ada satu kamar besar, toilet dan ruang tamu, tapi karena tidak pernah digunakan, rumah itu menjadi terbengkalai, Papinya sama sekali tidak mempedulikan rumah itu. Jadi Reihan memutuskan untuk mengambil alih rumah itu menjadi rumah keduanya sekaligus tempat nongkrong dia dan teman-teman motornya.

Reihan menghela napas kasar, hatinya terasa gusar saat mengingat apa yang tadi pagi terjadi. Itu hari pertama mereka bertemu setelah putus, harusnya dia tidak berkata begitu, harusnya dia bisa menjaga emosinya lebih baik. Tapi ternyata itu tidak semudah yang dia kira.

Han, goblok banget sih lo tadii

Laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi, lalu mencak-mencak tidak karuan diatas kasur. Dia menarik dasinya dengan kasar dan melemparnya dengan sembarang saat melihat teman-temannya memasuki kamar.

"Gila lo?"

Evan terkekeh saat melihat laki-laki itu bertingkah seperti cacing kepanasan. Ajay melemparkan sebuah kaos pendek berwarna hitam pada Reihan, laki-laki itu segera menangkap kaos itu dengan gesit, melepaskan atasan seragamnya dan mengenakan kaos itu.

After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang