𓆩CHAPTER 04𓆪

10 1 0
                                    

After You

✎_____________________________________________
Anara menyisir rambut ikalnya yang sudah sedikit lebih panjang dari bahunya, dia meletakkan sisirnya di sisi wastafel lalu mencengkeram pinggiran wastafel dengan erat, menatap dengan lekat bayangan dirinya yang terbayang dalam cermin. Dia benci dengan dirinya sendiri. Benar-benar memuakkan.

Gadis itu mengikat rambutnya dengan cepat, dia melangkah terburu-buru saat mendengar seseorang meneriakkan namanya.

"Anara, cepetan! Ada pesanan yang perlu dianter!"

"Lagi? Bukannya yang barusan itu terakhir ya kak?" Anara menggerutu saat menghampiri wanita dengan seragam hitam putih itu.

Dia melirik jam tangannya, sudah pukul sembilan malam. Seharusnya Anara sudah menyelesaikan kerja part time nya di restoran fast food itu sekarang, tapi gadis itu malah dicegat lagi— padahal seharusnya tadi adalah pengiriman terakhirnya hari ini.

Wanita itu terkekeh pelan "Tadi kelupaan, Ra. Barusan yang pesen nelpon, marah-marah. Maaf ya." Wanita itu menyodorkan dua plastik yang masing-masing berisi sekotak ayam goreng dan segelas minuman bersoda.

Anara menghela napas, dia berdecak sebal.

"Dasar! Mau gimana lagi, yaudahlah kak!" Anara meraih dua plastik itu, membaca alamat yang tertera di atas kertas nota pembayaran.

"Makasih Anara! Nanti gue bilangin Pak Bos buat ngasih upah tambahan!"

Gadis itu menghela napas panjang, dia mengenakan helmnya dan langsung melajukan motornya menuju alamat itu.

✎______________

Anara berdiri didepan sebuah gerbang besar terbuka yang terlihat familiar baginya, rumah ini benar-benar rumah yang selalu dia hindari belakangan ini, rumah yang dengan melihat sekilas saja dia bisa langsung mengenalinya.

Gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang, dingin. Dia memijat tengkuknya, merinding. Entah karena itu sudah terlalu malam atau karena suasana halaman rumah itu yang gelap dan terasa mencekam.

Anara menarik napas dalam-dalam saat mendekati pintu rumah yang terkesan mewah itu, dia mengulurkan tangannya hendak menekan bel, tapi gerakannya terhenti karena pintu itu tiba-tiba terbuka.

Gadis itu terperanjat kaget saat melihat Reihan keluar dari balik pintu, begitupun sebaliknya, laki-laki itu terkejut saat melihat gadis itu berdiri didepan pintu rumahnya.

"Ikut gue." Laki-laki itu buru-buru menarik tangan Anara, gadis itu dengan spontan menjatuhkan dua plastik makanan itu didepan pintu.

"Apa sih, Rei!?" Gadis itu tertatih-tatih saat mengikuti langkah cepat laki-laki itu, tangannya terus ditarik dengan kasar.

Laki-laki itu tidak menjawab, dia terus menarik pergelangan tangan Anara melewati halaman rumahnya, keluar dari gerbang rumahnya dan memasuki beberapa gang yang asing.

"Rei, kita mau kemana? Makanannya gimana?"

"Kita mau kemana, Rei!?" Anara menaikkan nada suaranya saat Reihan lagi-lagi mengabaikan pertanyaannya, gadis itu meringis pelan saat merasakan perih di pergelangan tangannya "Shh.. Sakit, Rei.."

Saat mereka menapakkan kaki mereka di sebuah lapangan basket, Reihan menghentikan langkahnya, laki-laki itu melepaskan cengkeramannya, dia berbalik badan menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah beberapa detik beradu pandang, laki-laki itu langsung melingkarkan lengannya di tubuh gadis itu, dia mendekapnya dengan erat.

Napas Anara tercekat dengan gerakan tiba-tiba itu. Hangat. Gadis itu menggigit bibir, perasaannya tiba-tiba terasa gusar. "Rei," Dia mendorong dada laki-laki itu perlahan agar melepaskan pelukannya, tapi laki-laki itu malah memeluknya semakin erat.

After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang