Pada akhirnya, luka kembali hadir karena rasa cinta itu sendiri.
------------------------
GERHANA
-----------------Kita tidak bisa melarang hati untuk mencintai. Perasaan cinta memang sulit di tebak. Tak jarang kita terjebak pada perasaan yang ternyata tengah membuat kita bertemu dengan jurang kehancuran. Terlalu berupaya dan ambisius untuk mendapatkan balasan cinta itu, sampai kita lupa jika hati juga butuh istirahat.
Zaira memasuki fase itu. Ternyata mencintai Zean tidak mudah. Jangan salahkan dirinya, tapi salahkan saja hati dan juga pikirannya yang selalu tertuju pada Zean. Zaira sudah memperingatkan dirinya sendiri untuk tidak jatuh pada pesona dan karakter Zean, tapi malangnya dia malah sudah terjerembab terlalu dalam pada sikap hangat dari Zean.
Dirinya tidak munafik, dia menginginkan Zean. Dirinya tidak ingin kehilangan sosok Zean. Dan dirinya tidak ingin Zean memilih cewek lain. Tapi sialnya, Zaira tidak boleh egois. Lagi-lagi perasaannya harus tertanam dan tersembunyi dalam diam. Hanya seutas senyum yang selalu ia tunjukkan saat hatinya meronta menginginkan Zean. Anggap saja perasaan Zaira adalah kebodohan. Dan Zaira memelihara kebodohan itu. Dia tidak mau melepas hal bodoh itu. Dan selalu berakhir dengan luka baru.
"Kita sahabat, dan akan terus begitu."
Zaira tersenyum tipis mendengar ucapan Zean. Dia menekan kuat perasaan tidak terima atas perkataan Zean barusan. Meski demikian, Zaira membenarkan apa yang Zean ucap. Sayangnya, Zaira munafik untuk perasaannya sendiri. Haha..itu lucu kan?
"Iya. Zean adalah sahabat terbaik yang pernah Zaira punya!" Cewek itu terlihat menggebu-gebu dan tersenyum lebar. Sedangkan Zean hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
Zean terkekeh melihat wajah Zaira yang tengah memakan bakso. Cewek itu terlihat begitu lahap menyantap bakso yang tinggal setengah. Mereka berada di warung bakso yang sudah menjadi langganan kedua remaja itu. Sepulang sekolah Zaira meminta Zean mampir untuk membeli bakso. Tentu saja Zean menuruti kemauan Zaira, dia tidak ingin Zaira-nya kecewa.
"Pelan-pelan." Zean mengusap sudut bibir Zaira yang terkena kuah bakso.
Cewek itu mengerjap polos saat dengan lembutnya Zean membersihkan sudut bibirnya. Jantungnya berdetak tak karuan. Gimana Zaira gak baper kalau Zean lembut begini!
"Baksonya mang Jaja emang enak," ujar Zean yang langsung diangguki oleh Zaira.
"Iya."
"Eh, Ra, besok mau ikut?"
"Kemana?" Tanya Zaira lalu mengambil es teh di depannya. Cewek itu terlihat kepedasan hingga membuat wajahnya merah. Zean yang melihat itu sontak tersenyum gemas.
"Nongkrong bareng Faisal, Samuel, sama Rizal."
"Emang boleh? Biasanya juga pas Zaira mau ikut selalu di larang," ujar Zaira jujur. Ketiganya adalah sahabat Zean. Sebenarnya Zaira juga mengenal mereka, namun karena Zean yang selalu melarang dirinya dekat dengan teman-temannya pun membuat cewek itu sedikit canggung dengan ketiga sahabat Zean.
"Zean takut kamu di godain sama mereka. Mereka otaknya gak beres."
Zaira tertawa mendengar cela'an Zean pada sahabatnya sendiri. Sepertinya disana seru. Zaira jadi ingin ikut.
"Jadi Zaira boleh ikut, nih?" Tanya Zaira memastikan. Takut-takut Zean berubah pikiran dan menarik kembali ajakannya itu.
Zean mengangguk sambil meminum es tehnya. "Boleh. Asal disana jangan jauh-jauh dari Zean."
KAMU SEDANG MEMBACA
G E R H A N A
Teen Fiction(GERHANA. PENYATU GARIS WAKTU) Kata orang matahari dan bulan itu saling mencintai. Tapi nyatanya matahari dan bulan tidak bisa bersama. Mereka terhalang oleh garis waktu. Bulan terbit saat matahari terbenam, dan Matahari terbit saat fajar. Tapi disi...