L I M A

19 1 0
                                    

----------------------------
GERHANA
------------------------

"Bagaimana dengan aku... terlanjur mencintaimu!!!!"

"Yang datang beri harapan.. lalu pergi dan menghilang!!!!"

"Takkan ku terima cinta.. sesaatmu!!!"


Kelas yang berisik bertambah riuh ketika suara cempreng seorang cowok menggelar. Bernyanyi dengan nada yang dia tinggikan di akhirnya, dan suaranya tidak sampai hingga terdengar seperti suara tikus terjepit. Membuat orang yang melihat pasti akan mengira gila atau bahkan sakau. Namun, yang menjadi objek perhatian hanya acuh dan kembali bernyanyi dengan lagu lain. Mengganti lirik yang semula bagus menjadi berantakan.

"Diem Zal! Gila lo ya," tegur yang lain ketika sudah muak melihat tingkah aneh Rizal Abraham. Cowok dengan sejuta kelakuan yang bikin geleng-geleng. Aneh, tapi cowok itu juga mampu membuat orang lain tertawa.

"Eh sini Fai, temenin Abang Izal nyanyi,"  kata Rizal yang kini menarik-narik tangan Faisal. Membuat sang empu melotot kesal. Kelas yang tengah jam kosong itu seketika semakin berisik ketika semua yang ada di dalamnya tertawa melihat Rizal yang memaksa Faisal untuk bernyanyi.

Zean yang berada diantara kegilaan sahabatnya hanya bisa menyaksikan. Sesekali tertawa melihat kelakuan Rizal dan Faisal. Samuel yang berada di sebelah Zean pun hanya tersenyum melihat tingkah mereka.

Kelas mereka mendapat jam kosong terhitung sudah lebih dari tiga puluh menit. Hal itu tentu membuat kelas semakin riuh. Tak sekali guru menegur, namun kelas kembali ribut ketika guru itu pergi.

"Pulang sekolah mau nongkrong di mana?" Tanya Faisal yang sudah lepas dari jeratan Rizal yang gilanya kambuh, lalu duduk di hadapan Zean dan Samuel.

Faisal dewanta, cowok dengan tubuh jangkung. Sikapnya memang tak jauh berbeda dengan Rizal, hanya saja Faisal bisa mengendalikan kebobrokannya di depan umum. Lain jika hanya dengan sahabatnya saja.

Samuel marseno. Cowok yang dibilang pintar. Sama seperti Zean, bahkan kedua cowok itu selalu mendapatkan rangking satu atau dua. Selalu berlomba dalam pelajaran. Namun, sikap Samuel dan Zean berbanding terbalik. Zean yang terbiasa ramah, dan Samuel yang terlihat dingin dan cuek.

"Gue gak ikut."

Faisal dan Samuel melihat Zean bingung. "Lo ada janji sama Zaira?" Tanya Samuel yang memang sudah mengenal siapa Zaira. Cewek yang selalu dekat dengan Zean, yang katanya cewek itu spesial bagi Zean. Namun, kenyataan itu di tepis oleh Zean. Zean bilang Zaira hanya sekedar sahabat masa kecil. Jadi wajar jika mereka dekat.

Zean menggeleng. "Bukan," ucapnya.

"Terus?"

"Ada acara keluarga," kata Zean yang menghela nafas berat. Mengingat ketika pulang sekolah nanti Yiren menyuruhnya untuk segera pulang. Yiren bilang nanti malam akan ada tamu yang ingin berkunjung ke rumahnya.

Faisal dan Samuel hanya mengangguk mengerti. Apa pun itu, mereka tidak bisa memaksa Zean untuk terus bisa nongkrong bersama mereka. Apa lagi terkadang Zean harus mengikuti rapat OSIS. Yang mana tanggung jawab Zean bisa dianggap besar karena memegang jabatan sebagai ketua OSIS. Membuat waktu berkumpul mereka sangatlah jarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

G E R H A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang