4

1 1 1
                                    

~Alena~

"kenapa? ini dia, Al. kak Nathan, yg akan jadi suami mu."

"hah? kau bercanda?" Alena tidak percaya, dia harus menikah dengan pria tempramen seperti Nathan.

"apa-apaan, apa tidak ada manusia lain yg lebih sopan dan tidak suka nguping seperti dia?" Nathan mencoba untuk membantah.

"aku juga tidak mau menikah dengan pria judes seperti mu." Alena keluar kamar lalu masuk ke kamarnya. wajahnya bersungut-sungut.

"Ah kalian ini, lucu sekali. sepertinya kalian butuh pendekatan hahaha. Al tunggu..." Mia menyusul Al di kamarnya. lalu duduk di sebelah Alena di kasurnya.

"itu kakakmu? pangeran macam apa judes begitu?"

"tenanglah, Al. dia belum terbiasa dengan seorang gadis. dia tidak pernah jatuh cinta sekali pun. dia sebenarnya orang yg baik dan penyayang. percaya lah padaku, Al." Mia mencoba meyakinkan Alena lagi.
"kalau kau bisa membuatnya jatuh cinta padamu, kau akan sangat beruntung. peri adalah makhluk yg setia." sambung Mia.

Alena bingung. memang, Nathan mempunyai paras yg tampan. namun sikapnya tadi berhasil membuat Alena ilfeel terhadapnya. "ya, mungkin aku memang belum mengenalnya saja. lagian aku juga salah tadi." kata Alena dalam hatinya.

"baiklah. aku mengerti, Mia. ini semua aku lakukan demi Fairytopia."

"aku tahu kau pasti bisa, kak Nathan pasti juga akan mengerti kalau ini sudah menjadi tugasnya." jelas Mia sambil memegang pundak Alena, meyakinkannya.

"em, iya." Alena melemparkan senyumnya pada Mia, dia ingin menenangkan teman barunya itu.

"ayo, kau pasti lapar." Mia mengajak Alena turun ke lantai bawah untuk makan bersama. sejatinya Alena tidak enak hati harus makan bersama keluarga kerajaan begini, tapi ia tidak bisa menolaknya. Mereka berdua pun turun ke lantai bawah, di sana ada Ayah Mia, Ibunya dan ternyata Nathan juga sudah duduk di kursi makan itu. Mia menyuruh Alena duduk. perasaan gadis itu campur aduk sekarang. dia tidak tenang dan pastinya merasa canggung dengan situasi ini. "apa yg harus aku katakan jika mereka membahas hal itu lagi?" katanya dalam hati. "tolonglah, aku ingin makan dengan tenang." pintanya dalam hati.

"Al, kenapa masih berdiri? ayo duduk disini." Mia menyuruhku duduk. agaknya ini adalah akal-akalannya. aku duduk tepat di sebelah Nathan. menyebalkan sekali. Alena melotot ke arah Mia. Mia tertawa kecil, tau maksud Alena kesal karena ulahnya.

Alena seakan bisa merasakan aura menyeramkan keluar dari lelaki yg duduk di sampingnya. "bagaimana bisa aku menikah dengan lelaki seperti dia, arghh kenapa harus akuu". Alena menggerutu dalam hatinya.

"makanlah, Al. kau pasti lapar." suara ibu Mia memecah suasana yang hening.

"em iya ratu." Alena tersenyum semanis mungkin, menyembunyikan kegelisahannya.

"jangan panggil aku ratu, kau akan menjadi anakku. panggil aku ibu."

"uhuk." seketika Alena tersedak.
spontan Nathan yang berada di sebelahnya menoleh ke arah Alena. begitupun Mia, "kau kenapa? ini minumlah." Mia menyodorkan segelas air kepada Alena. Alena meminumnya lalu berusaha untuk bersikap normal.

"pelan-pelan, nak." kata ayah Mia.

"i-iya, maafkan aku." Alena menunduk, rasanya ia ingin cepat-cepat beranjak dari situ.

"aku sudah selesai." Nathan pergi meninggalkan ruang makan itu.

"aku juga sudah selesai, maaf aku duluan." Alena kembali ke atas, ia ingin ke kamarnya.

"iya, baiklah. tidak apa-apa." saut ibu Mia.

-
-

Alena termenung di kamarnya, bagaimana hal ini bisa cepat selesai? bagaimana dirinya bisa menyudahi semua ini?

"apa bisa aku menikah dengannya, dia angkuh sekali."

"siapa yang kau bilang angkuh itu?"
Alena tidak sadar kalau dia belum menutup pintu kamarnya, mungkin saja Nathan tak sengaja mendengarnya saat akan masuk ke kamarnya. begitulah yg ada di pikirannya sekarang.

"kenapa? siapa lagi kalau bukan dirimu." tatap Alena sinis ke arah Nathan.

"kau ini... menyebalkan sekali." Nathan mendengus.

"heh, pangeran Nathan yang terhormat. kau tidak sadar hm? kau membutuhkan aku, setidaknya bersikap baik lah kepadaku."

"aku akan bersikap baik padamu kalau kau tidak bertingkah aneh seperti tadi."

"Nathan, dengar ya. aku tidak peduli kau itu seorang pangeran bahkan seorang raja sekalipun, aku tidak peduli. aku disini hanya untuk membantumu. berhentilah bersikap bodoh dan penuhi tugasmu untuk lindungi Fairytopia." balas Alena dengan nada yang lumayan tinggi. membuat lelaki itu terdiam seketika.

Nathan tertegun, lalu menarik napasnya dalam, mencoba menahan amarahnya karena apa yang dikatakan Alena ada benarnya. dia harus mengalah.

"baiklah, maafkan aku. mungkin ini awal yang buruk untuk memulai perkenalanku dengan mu. tapi semoga kau bisa mengerti kalau Fairytopia membutuhkan ku, juga dirimu."

Alena kaget mendengar kata-kata itu keluar dari mulut seorang Nathan. sebenarnya dia juga senang, dengan begini semuanya akan lebih mudah, sepertinya.

"aku tahu. maafkan aku juga sudah tidak sopan terhadapmu."

"iya-iyaa, sudahlah. aku tahu kau tukang nguping." kata Nathan seraya pergi meninggalkan Alena lalu masuk ke kamarnya.

"ishhh kau menyebalkan sekali." Alena menggembulkan pipinya, kesal.

Alena tidak tahu jika Nathan sedang tersenyum, puas telah menggoda calon istrinya itu. "dia cantik, lucu juga. aishh apa yang aku pikirkan." Nathan membuyarkan pikirannya sendiri.

Alena kembali berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamarnya. "dilihat-lihat dia tampan juga. tapi tetap saja menyebalkan."

-
-

pagi yang cerah dengan matahari yang bersinar, menerpa jendela kamar Alena, membuat gadis itu terbangun dari tidurnya. "em sudah pagi ya? kenapa cepat sekali." Alena masih bergumul dengan selimutnya. samar samar ia lihat ada seseorang berdiri di depan pintu kamarnya. "Nathan? itu kau?". lelaki itupun mendekat. "ya, itu Nathan. tapi apa yang dilakukannya pagi-pagi begini di kamarku?" itulah yang ada di pikiran Alena sekarang.

Nathan mendekati Alena, namun tidak disangka lelaki itu berubah menjadi sosok menyeramkan. sekatika itu pula Alena menjerit, lalu Nathan datang secepat kilat membunuh makhluk itu. menusukkan sebuah pedang kepadanya hingga tewas menjadi abu. Alena histeris bukan main, ia sangat takut. Nathan yang melihatnya langsung menghampiri Alena. "apakah kau terluka?"

"t-tidak. apa itu tadi?" Alena berbicara dengan terbata-bata.

"itu... iblis suruhan Zark, dia telah mengetahui kedatangan mu. kita harus menikah secepatnya."

makin ga nyambung ya? hahaha.
menurut kalian ceritanya gimana? kasih saran dongg xixi
kalau kalian suka jangan lupa untuk vote, yaaa. makasihhh 💕

AlenaWhere stories live. Discover now