3

4 2 4
                                    

terima kasih kalian mau baca cerita yang gaje ini 💞


~Alena~

"ikuti aku, cepat!"

Alena mengikuti langkah kaki di depannya, gadis itu dibawa ke sebuah ruangan yang lumayan besar dengan banyak buku. Alena langsung bisa menyimpulkan kalau ruangan itu adalah perpustakaan kastil ini. Mia menyuruh Alena duduk di salah satu kursi disana, lalu Mia pergi ke rak besar di dekat jendela, mengambil sebuah buku yang cukup besar dengan sampul berwarna biru tua, tertulis disana "Everything About Fairtytopia".

"ini, ambil lah." Mia menyodorkan buku itu kepada Alena.

"apa aku akan menemukan jawabannya di dalam buku ini?"

"iya, baca lah buku itu jika kau ingin mengetahui apa pun tentang Fairytopia."

"ini buku yg tebal, bagaimana bisa aku..."

"ah kau ini. sudah jangan banyak mengeluh. aku akan menjelaskan sedikit padamu tentang tugasmu disini." Mia duduk di sebelah Alena lalu membukakan Alena halaman dalam buku itu.
"kau lihat? ini adalah Zark, dia manusia kejam yg ingin mengambil alih Fairytopia dan dia sekarang sedang menyusun strategi untuk menghancurkan kami."

Alena memperhatikan gambar sosok lelaki di dalam buku itu, benar saja. ia terlihat menyeramkan.

"kau lihat ini." Mia menunjuk kalimat di buku itu.

"seorang pangeran bangsa peri akan mendapatkan kekuatan terbesarnya ketika ia bisa menikahi seorang manusia biasa." baca Alena

"dan itu kau, Al" Mia menepuk pundak gadis dihadapannya itu.

"kenapa aku? apakah hanya aku manusia yang bisa menikah dengan kakakmu?"

"manusia yang bisa datang ke Fairytopia adalah manusia yg terpilih. dan itu adalah kau Al, aku tidak akan membiarkan Zark melukaimu. dia pasti akan segera tahu kedatangan mu."

"aku sedikit takut mendengarnya." Alena

"itu tidak akan terjadi padamu, Al. tenanglah, aku pastikan kau dan kakak ku akan menikah secepatnya. agar Zark bisa dikalahkan oleh kakak ku. hanya itu cara satu-satunya, kekuatan kakak ku belum sempurna sampai ia menikah. aku harap kau mengerti, Al. aku tau kau akan menolong kami." Mia menatap mata Alena penuh harap. mengingat nasib Fairytopia ada di tangan Alena. "kau mau kan Al? menikah dengan kakak ku?"

Alena bingung, bagaimana bisa sebuah negeri bergantung kepadanya, bergantung pada keputusan yang ia ambil. dia sadar dirinya masih lah seorang gadis usia 20 tahun dan dia harus menikah dengan orang, tidak, seorang peri tepatnya yang sama sekali tidak ia ketahui wajahnya. oh, ini mimpi buruk. dia harap dia segera bangun.

"Al, kau mau kan? tolong Fairytopia." Mia menyatukan telapak tangannya memohon pada Alena.

"em, iya baiklah." Alena tak bisa berkata tidak. pikirannya bingung, namun sejatinya ia tak mungkin membiarkan Fairytopia dikuasai orang sejahat Zark. "bagaimana jika si jahat Zark benar-benar mengambil alih Fairytopia? apa dia akan membunuh orang-orang demi kesenangannya?" itulah yang di pikiran Alena sekarang.

Mia yang mendengarnya langsung senyum sumringah. "terima kasih Al, kami sangat berhutang budi kepada mu. Aku tau kau orang yamg tepat, semua sudah ditakdirkan." Mia memeluk Alena senang.

Alena membalas pelukan Mia, lalu berkata "aku akan berusaha, Mia."

"baiklah, hari sudah menjelang malam. aku tahu kau lelah. mari ku antar ke kamar mu."

"aku ingin berbaring, tulang-tulangku butuh istirahat." Alena tersenyum kecil.

"hahaha aku tahu, Al."

mereka berdua berjalan di dalam kastil itu. terdapat lorong dan di sebelah kanan lorong itu terlihat sebuah pintu. ada dua ruangan,di sebelah kirinya juga sebuah kamar.

"nah, Al. ini kamarmu. ingat, kamarmu pintu sebelah kanan. jangan masuk ke sebalah kiri hahaha nanti ada singa yang mengamuk."

"hah? itu kamar isinya singa ya?" Alena bingung.

"hahaha kau ini, tidak tidak aku hanya bercanda. sudah, kau bisa istirahat sekarang. jika butuh sesuatu aku ada di kamar ku. kau sudah tahu kan?"

"yang sebelum lorong ini kan?"

"iya. oke semua beres, bye Al." Mia melambaikan tangannya kepada Alena lalu pergi menjauh.

"ternyata bahasa peri sama seperti bahasa manusia, aduh aku pusing. aku benar-benar butuh tidur."

Alena membaringkan dirinya di kasur kingsize itu. "ah nyaman sekali. apakah aku bisa mandi sekarang?"
Alena bangkit dari tempat tidurnya mencari baju dan handuk lalu pergi ke bath up di kamar itu. setelah mandi ia kembali berbaring, ia pun tertidur.

Alena terbangun dari tidurnya. mendengar suara aneh dari luar kamarnya. seperti orang yang sedang mengoceh dengan memukul mukul barang. "apakah di negeri peri juga ada hantu?" pikiran Alena kini sudah ngawur. "aku akan periksa."

Alena perlahan membuka pintu kamarnya lalu memeriksa di lorong itu. "tidak ada siapa siapa disini." gumamnya. dia ingin kembali namun terdengar seseorang sedang berjalan mondar mandir sambil berbicara dengan dirinya sendiri, suara itu berasal dari... "kamar singa" Alena bergidik. "bukan, Mia hanya bercanda. lalu siapa disana? seperti suara pria."

Alena melangkah mendekat ke depan pintu kamar itu. menguping penasaran siapa yang tengah mengobrol dengan dirinya sendiri. dan ternyata pintu itu tidak dikunci. seketika tubuh Alena terdorong masuk ke dalam kamar itu.

"mampus." Alena menghardik dirinya sendiri.

"siapa kau? kenapa kau bisa masuk kesini ha?" suara lelaki itu membuat Alena merinding, seram sekali ditambah tatapan matanya yg tajam membuat dirinya membeku.

"em a-aku..." Alena terbata-bata saking takutnya.

seseorang masuk ke dalam kamar itu.
"hei, ada apa ini? Al, kau sudah bangun. aku baru saja ingin mengajakmu makan malam." Mia dengan santai berkata pada Alena, berbanding terbalik dengan kondisi Alena sekarang. lalu menyadari bahwa sekarang kakaknya itu sedang menatap dirinya seakan meminta penjelasan.

"oh iya kakak belum mengenalnya? kenalkan, ini Alena. calon pengantinmu?"

"APA?" mereka berdua serentak saling terbelalak.


gimana? hahaha kurang dapet ya feelnya, maklum lah ya ini cerita pertama aku. kalo kalian suka jangan lupa vomen yaa, see u next part, thank yaa 😘

AlenaWhere stories live. Discover now