5

1 0 0
                                    

~Alena~

"bagaimana dia bisa masuk kesini?"

"aku juga tidak tahu. kau tenanglah, sekarang kau aman." Nathan berusaha menenangkan Alena yang ketakutan sedari tadi. Nathan menatap manik mata Alena. "aku akan menjagamu."

Alena terkesiap, "apa yang merasuki pemuda di depannya ini? kenapa dia mendadak baik?". itulah isi pikiran Alena sekarang. "em, terima kasih."

"kau tidak perlu berterima kasih, aku yang berterima kasih karena kau mau menikah denganku." entah apa yang merasuki Nathan, ia mendekati gadis itu lalu memeluknya. Alena yang mendapat perlakuan tersebut seketika membeku, dia tak bisa berontak, jujur saja, Alena merasa nyaman sekarang. nyaman berada di pelukan hangat Nathan.

Nathan memeluk Alena cukup lama. "sebaiknya kau bersiap, lalu turunlah untuk sarapan."

"iya, Nat."

Nathan pun beranjak dari sana dan keluar menuju ruang makan. sedangkan Alena tak henti-hentinya memikirkan apa yang barusan saja terjadi. "apakah Nathan merasakannya? bisa mati aku." pasalnya ketika dipeluk Nathan tadi dadanya berdetak kencang bahkan sampai sekarang saja dia masih susah mengatur napasnya. "masa aku suka dia sih?". Alena menanyai dirinya sendiri. "aishhh" Alena mengacak-acak rambutnya lalu pergi ke bath up untuk mandi dan bersiap-siap untuk turun.

-
-

"kau lama sekali, Al." kata Mia saat melihat Alena datang ke ruangan dengan banyak hidangan itu.

"ah iya maaf." Alena tersenyum kecut.

"sudahlah, sini duduk." Alena pun duduk. sama seperti sebelumnya, ia selalu ditempatkan di sebelah Nathan. sungguh posisi yang sangat membuatnya canggung. masih terbayang-bayang di pikirannya pelukan Nathan tadi.

selesai makan, suasana hening. Ayah dan Ibu Mia tidak ada disana, mereka sedang ada pertemuan dengan orang orang penting di Fairytopia.

"ikutlah denganku!". seru Nathan kepada Alena. "kau dengar tidak?"

"ah em iya." Alena gugup. memikirkan Nathan akan membawanya kemana. Mia yang mendengar itu hanya senyam-senyum. "apakah aku boleh ikut?" Mia mencoba menggoda kakaknya itu. "tidak, jangan mengganggu." Nathan menatap Mia sinis agaknya dia tau akal bulus adiknya itu. Nathan pun bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah luar kastil.

"Al, ayo cepatttt." Alena yang mendengarnya terburu-buru mengikuti langkah kaki Nathan. Nathan menyuruh Alena untuk menunggunya di dekat pintu gerbang.
"kau tunggu disini, aku akan kembali." Nathan pergi meninggalkan Alena. "hey, kau mau kemana?". Nathan tak menghiraukan pertanyaan Alena dan terus berjalan ke arah belakang kastil. "dasar gila". ucap Alena.

setelah beberapa menit menunggu akhirnya Nathan kembali, tapi dia tak berjalan kaki sekarang. seekor kuda putih kini berada dalam kendalinya. Alena terbengong melihat ketampanan Nathan, ia jadi terlihat gagah dengan kuda itu. Nathan pun menghampiri Alena.

"naik."

Alena tersadar dari lamunannya. "aku tidak bisa. aku tidak tahu caranya." bukan modus, tapi Alena benar-benar bingung bagaimana cara naik kuda yang tinggi seperti ini.

"sini, ulurkan tanganmu. aku akan memegangimu." Nathan mengulurkan tangannya, lalu disambut dengan tangan Alena. gaun yg digunakan Alena cukup membuatnya kesulitan untuk naik. "aku takut." ucap Alena ketika berhasil naik ke punggung kuda itu. "kalau takut, peluk aku. jangan diam saja. aku tidak mau tanggung jawab kalau kau sampai terjatuh." Nathan mengeluarkan smirknya. Alena yang mendengar itupun mulai meraih tubuh nathan lalu memeluknya. Nathan melebarkan senyumannya tanpa diketahui oleh Alena seraya menjalankan kudanya dengan cukup cepat.

"bisakah kau sedikit pelan? rasanya aku mau jatuh." ucap Alena

"kau ini cerewet sekali, ya." Nathan tidak menggubris ucapan Alena. ia terus memacu kudanya.

mereka sampai di sebuah hutan dengan air terjun yang indah, banyak tanaman bunga dan juga suara kicauan burung yang merdu. rasanya mata Alena termanjakan dengan semua pemandangan ini. "indah sekali" ucap Alena lalu turun dari kuda diabntu oleh Nathan.

"kenapa kau membawaku kesini?

Nathan memetik sebuah bunga yang terdapat air di dalamnya. "minum ini, ini akan membuat merasa lebih baik." Alena meminumnya, rasanya seperti sirup raspberry. "aku membawamu kesini karena kau harus mandi di bawah air terjun itu. itu syarat agar kau bisa menikah denganku."

"t-tapi..." Alena kaget.

"aku tidak mengada-ngada, memang seperti itu. semua penduduk Fairytopia harus mengenalmu, termasuk alam ini, ketahuilah mereka hidup, mereka menyaksikanmu. kau harus mandi di sana."

"begitu ya? baiklah." Alena pun mulai masuk ke dalam air kubangan yang cukup besar di bawah air terjun itu. "kau jangan mengintipku." tegas Alena.

"tidak. tapi kau sendiri yang akan memperlihatkannya padaku nanti." Nathan kembali mengukir smirknya.

"ishh kau ini, ingin sekali rasanya aku memukulmu." Alena menggembulkan pipinya, kesal.

"hahaha sudah cepatlah."

-
-

"airnya dingin sekali." Alena memeluk tubuhnya sendiri.

"ini. pakailah mantel ku." Nathan membuka mantel yang dipakainya dan menyerahkannya kepada Alena.
tanpa basa-basi Alena menerimanya dan langsung memakainya.

Nathan kembali ke kudanya, lalu menungganginya. "naik." ucap Nathan. "kita mau kemana lagi ha?" tanya Alena. "sudah, naik saja." Alena pun menaiki kuda itu, lalu Nathan memacunya kencang membuat gadis di belakangnya itu memeluknya erat.

sampai mereka tiba di sebuah hutan dengan banyak pepohonan dengan buah-buah yang bergelantungan. Alena belum pernah melihat buah-buah itu sebelumnya.

"jangan kau makan apa pun. buah-buahan itu beracun, hanya beberapa yang tidak akan membuat mu mati." ujar Nathan melihat Alena yang mulai mendekati sebuah pohon dengan buah menyerupai apel berwarna ungu yang mengkilap. "baiklah." ucap Alena dengan nada malas.

Alena melihat-lihat popohonan disana. ia takjub, tentu saja. dia tak pernah melihat ini sebelumnya. Nathan menghampiri Alena dengan sesuatu di genggamannya. "makan ini." Nathan menyerahkan buah yang berbentuk seperti buah anggur namun anggur ini berwarna emas. "ini bisa dimakan? kau tidak mau membunuhku, kan?" ucap Alena was-was.

"apa kau gila? mana mungkin aku mau membunuhmu." Nathan berbicara dengan nada penekanan.

"iya-iya, galak sekali." Alena melengos. ia mengambil buah itu dari tangan Nathan lalu memakannya, rasanya sedikit aneh. "ini apa? kenapa aku harus makan ini?" tanya Alena.

"agar kau kuat saat menikah bersamaku." ucap Nathan. "hah? maksudnya?"

"Mia mengatakan padaku telah memberikan buku tentang Fairytopia padamu. kau tidak membacanya, ya!?"

"aku membacanya, tapi belum sampai bagian itu. kurasa."

"kau akan menjadi sekuat aku ketika menikah denganku nanti, buah itu akan membantu tubuh mu agar dapat menyesuaikan diri dengan kekuatanmu nantinya."

"a-aku, punya kekuatan?"

kepanjangan sih ini kayanya wkwk, maaf kalo ga sesuai sama ekspektasi kalian ya. kalo kalian suka jangan lupa untuk vote dan komen yaa, see u next part, thank yaa 💕

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AlenaWhere stories live. Discover now