Terdengar langkah kaki perawat yang memasuki ruangan dimana Jaemin dirawat, Mereka berdua menghampiri Jaemin yang terbaring diatas tempat tidur.
"Apa dia belum sadar juga?" tanya salah satu dari mereka
"Sepertinya belum" jawab yang satunya
"Apa menurutmu dia akan selamat?" tanya temannya lagi
"Aku yakin" jawabnya "Formula yang dr Druke buat, tidak akan pernah gagal"
"Semoga saja, jangan sampai kita kehilangan salah satu saksi kunci" kata temannya itu sambil menguap "Aku masih mengantuk, sepertinya aku butuh udara segar, mau ikut?"
Terdengar suara pintu ruangan ditutup kembali, suara langkah perawat itu terdengar semakin menjauh. Perlahan Jaemin membuka matanya dan bertanya-tanya maksud dari perkataan kedua perawat itu. Apakah yang mereka maksud sebagai saksi kunci, memangnya apa yang aku ketahui? Tanya Jaemin dalam hati. Jari-jarinya kini sudah mulai bisa digerakkan namun badannya masih terasa sakit, Jaemin merasa badannya seperti kelinci percobaan yang disuntikkan sebuah formula.
Chenle menyenggol tangan Jisung sambil melirik ke arah lelaki bertopeng yang mengawasi pekerjaan mereka. Chenle dan Jisung menghampiri lelaki itu.
"Apa kau tau bagaimana kabar hyung kami?" tanya Chenle memberanikan diri
Seperti biasa lelaki bertopeng itu tidak mau menjawab pertanyaan mereka
"Maaf apa kau mendengarnya?" tanya Chenle mulai kesal karena lelaki itu tidak menghiraukannya
"Sebaiknya kalian tidak usah bertanya, cepat kerjakan saja tugas kalian" katanya
"Kami hanya ingin tau" kata Jisung
"Kalian tidak mendengar" teriaknya
Renjun dan Jeno yang berada tidak jauh dari mereka segera berlari menghampiri kedua maknaenya yang sedang berhadapan dengan lelaki bertopeng itu.
"Anda tidak perlu berteriak" kata Chenle gusar "Kami hanya bertanya"
Jeno menahan lengan lelaki bertopeng yang hendak mengayunkan senjata yang ia pegang kearah Chenle
"Jangan pukul adik kami" kata Jeno dengan tajam
Lelaki bertopeng itu menepis tangan Jeno dengan kasar, disamping kiri dan kanan mereka sudah ada beberapa lelaki bertopeng lainnya yang mengarahkan senjata kearah mereka berempat.
Renjun dan Jisung mencoba membantu Chenle yang tadi sempat terjatuh karena didorong oleh lelaki bertopeng tadi.
"Mma-af kan ka-mi" kata Jisung dengan gemetar
"Sudah kubilang jangan berurusan dengan mereka" kata Jeno saat mereka sudah berada di sel
"Kami hanya ingin tau kondisi Jaemin hyung" Chenle Jisung "Sudah beberapa hari kita tidak mendengar kabarnya"
"Mereka tidak pernah memberi tahu kita" kata Jisung yang sudah mulai terisak "Kita tidak tau pakah Jaemin hyung masih hidup atau sudah mati"
"Jisung ah" teriak Renjun marah "Kenapa kamu bicara seperti itu tentang Jaemin"
"A-aku aku takut kalo Jaemin hyung kenapa-napa" kata Jisung kali ini ia benar-benar terisak
Renjun meraih kepala Jisung dan meletakkan dipelukannya, Renjun mencoba menenangkan Jisung namun ia sendiri juga tidak mampu membendung airmatanya.
Jeno dan Chenle menarik nafas, sebenarnya mereka juga memiliki ketakutan yang sama hanya saja mereka berdua sulit untuk menitikkan airmata. Mereka hanya pasrah jika memang harus selamanya mendekam didalam sini.
Hampir satu minggu Jaemin dirawat, kali ini badannya sudah mulai terasa nyaman dan bisa digerakkan. Hanya saja, ia masih butuh bantuan untuk melakukan sesuatu seperti pergi ke kamar mandi.
"Kau hanya perlu sedikit latihan, agar otot-otomu tidak kaku" kata seorang perawat yang menjaganya. Sikap perawat diruangan ini sangat baik berbeda dengan lelaki bertopeng diluar sana meskipun mereka sama-sama menjadi petugas disini.
Jaemin mengangguk "Terimakasih, aku akan rutin mengikuti latihan yang kau berikan"
"Jangan terlalu dipaksa jika merasa belum mampu" katanya
"Kelihatannya dia jauh membaik" seorang lelaki setengah baya yang menggunakan jas putih tiba- tiba masuk sambil menghampiri Jaemin
"Selamat pagi dok" kata Jaemin
"Pagi, formula yang kuberikan sudah menunjukkan perkembangan dibadanmu" kata dr.Druke bangga "Tapi, sepertinya masih butuh beberapa hari, agar kamu benar-benar fit untuk kembali ke sel"
"Terimakasih dok, maaf merepotkan" kata Jaemin
"Tidak masalah, aku harus benar-benar memastikan kamu sehat karena aku tau menjadi seorang tahanan perlu fisik yang kuat" kata Druke "Baiklah aku pergi dulu, selamat beristirahat"
Jaemin mengangguk dan memandang dr Drake keluar dari ruangan. dr Drake benar untuk menjadi tahanan perlu fisik yang kuat. Dia jadi teringat teman-temannya yang saat ini berada didalam sel, semoga mereka baik-baik saja kata Jaemin dalam hati.
"Tn. Jaemin aku tidak bisa membantu aktivitasmu 24 jam disini, aku dan teman-temanku juga harus merawat pasien-pasien yang lain" kata perawat
"Tidak apa-apa" kata Jaemin
"Tapi, kau jangan khawatir aku akan meminta tolong manusia sepertimu untuk membantumu" kata Perawat itu lagi "Sepertinya siang ini dia baru bisa datang setelah tugasnya yang lain selesai"
Jaemin mengangguk "Terimakasih, sus".
Jaemin mencoba melakukan latihan gerak diatas tempat tidur yang diajarkan perawat kepadanya dua hari yang lalu. Perut Jaemin mules, dia pelan-pelan berjalan kekamar mandi dengan bantuan kruk. Kakinya masih terasa kaku untuk digerakkan, Jaemin tersandung kruknya sendiri dan hampir terjatuh.
Seseorang dari belakang mencoba menahan Jaemin agar tidak terjatuh dan membantu Jaemin ke posisi berdiri semula.
"Terimakasih" kata Jaemin menoleh kearah seseorang yang membantunya itu. Jaemin membelalakan matanya betapa terkejutnya ia ketika mengetahui siapa yang menolongnya barusan
"Haecan" Jaemin setengah berteriak
Lelaki yang dipanggil Haecan itu hanya diam dan memandang Jaemin dengan heran dan tidak menunjukkan reaksi yang sama dengan Jaemin.
"Haecan?" tanya Jaemin "Kau haecan kan, kenapa diam?kau tidak kenal aku?"
Haecan hanya diam, wajahnya terlihat sangat datar tanpa ekspresi. Tanpa bersuara dia membantu Jaemin berjalan menuju kamar mandi.
Ternyata manusia yang dimaksud perawat itu adalah adalah Haecan, setiap hari Haecan akan membantu aktivitas Jaemin. Sebenarnya Jaemin senang sekali jika dia dirawat oleh temannya sendiri, Namun, melihat sikap Haecan yang sepertinya tidak mengenal dirinya dia ragu apakah dia benar haecan atau hanya orang lain saja yang kebetulan mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nct Dream di Planet Toska
FantasíaJisung meneropong langit malam dengan teropong yang baru saja Renjun belikan tadi pagi. Mereka berdua sedang meneropong di balkon rumah. Tiba - tiba Jisung melihat sebuah cahaya yang bergerak cepat dan berwarna Toska. Cahaya tersebut sangat menyilau...