Meloloskan Diri

58 7 7
                                    

"Jaemin hyung" teriakan Chenle membangunkan ketiga temannya. Renjun, Jeno dan Jisung yang mendengar Chenle menyebut nama Jaemin segera bangkit dan menatap seseorang yang sedang berdiri diantara mereka.

Tanpa aba-aba mereka berempat segera menyerbu dan memeluk tubuh Jaemin yang terlihat lebih kurusan. Jaemin tersenyum dan memeluk kembali sahabat yang sudah dirindukannya itu.

"Hyung ,kau sehat?" tanya Jisung dengan mata berkaca-kaca, ia sangat lega dan hampir tidak percaya bahwa ia masih bisa melihat hyungnya.

"Udah sehat" kata Jaemin sambil mengusap rambut Jisung

"Kami sangat khawatir" kata Renjun "Jangankan untuk menjenguk, nanya kabarmu aja mereka nggak izinin"

"Jangan khawatir, disana mereka merawat aku dengan baik kok" kata Jaemin

"Syukurlah kalau begitu" ujar Jeno senang "Istirahatlah dulu, besok  pagi kita sudah mulai kerja lagi"

Jaemin mengangguk dan mengambil posisi berbaring. Meskipun di ruang perawatan dia tidur dikasur yang lebih empuk dibanding diatas matras seperti ini, tapi tidur bersama mereka membuatnya lebih merasa aman dan nyaman.


"Jadi selama beberapa hari kamu nggak sadarkan diri? kata Renjun

"Benar, badanku juga susah digerakkan" jawab Jaemin

"Untung mereka merawatmu dengan baik" ujar Renjun

"Ya begitulah" kata Jaemin. Tiba-tiba ia  jadi teringat Haecan yang merawatnya saat itu, baru saja Jaemin hendak membicarakan perihal pertemuannya dengan Haecan ke Renjun tiba-tiba saja Jeno datang sambil membawa tiga alat pemotong rumput.

"Kenapa banyak sekali?" tanya Renjun

 "Jisung sama Chenle ke toilet, mendadak sakit perut" jawab Jeno "Entah benaran sakit perut atau cuma cari alasan buat berkeliaran lagi dilorong kek waktu itu"

"Awas aja kalau berkeliaran lagi, aku akan mencekik mereka satu persatu" kata Renjun geram

Jeno dan Jaemin tertawa melihat ekspresi marah  Renjun yang bukannya menakutkan tapi justru terlihat lebih imut.  Tak jauh disana beberapa lelaki bertopeng sedang mengawasi mereka, Jaemin yang semula hendak menceritakan tentang Haecan kembali mengurungkan niatnya.


Haecan bersorak dalam hati, rencana yang telah ia dan Mark susun sudah hampir 99,99% matang. Mark yang duduk didepannya tersenyum puas , saat yang mereka tunggu akhirnya tiba juga.

"Kau sudah siap?" tanya Mark

"Sekalipun harus dihukum gantung, aku sudah siap hyung" kata Haecan

"Berdoalah, agar dewi fortuna berpihak pada kita" ujar Mark sambil menarik nafas antara pasrah dan optimis.

Haecan mengangguk, ia menarik tas ransel yang ada disampingnya dan memasukkan beberapa barang yang ia butuhkan. Mark pun melakukan hal yang sama, dengan detail dia mengecek lagi beberapa barang yang memang harus ia bawa.

"Aku akan menunggumu diujunglorong terakhir" kata Mark pada Haecan "Berhati-hatilah"

"Hyung juga" kata Haecan sambil memeluk Mark "Semoga kita selamat"


Waktu sudah menunjukankan pukul 03.00 dini hari, Haecan membuka pintu sel penjara dimana Renjun, Jeno, Jaemin, Chenle, dan Jisung sedang tertidur lelap. Haecan membangunkan mereka pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara. Mereka berlima yang melihat penampakan Haecan berada didalam sel penjara sangat terkejut. Namun, sebelum mereka berteriak Haecan sudah meberikan isyarat agar mereka diam dan mengikutinya.

Di lorong paling ujung Mark sudah menunggu, sekarang Mark yang memimpin kemana mereka akan pergi. Dihadapan mereka terdapat sebuah pintu yang terbuat dari besi dan satu-satunya cara membuka pintu itu adalah dengan membuka kode rahasia.

"88712" ujar Mark menyebutkan beberapa angka

Tidak menunggu lama pintu besi itu terbuka, keenam temannya memandang Mark dengan rasa takjub, Mark tersenyum  bangga akan ingatannya. Setelah melewati pintu besi itu mereka segera bergegas menuju pintu terakhir yang tidak jauh dari pintu sebelumnya.

"71288" Mark menyebutkan lagi beberapa angka. Terdengar suara sirene bersahut-sahutan, lampu sorot tiba-tiba menyala sangat terang. Hawa panas mulai terasa, kabut mulai menutupi seluruh ruangan. Terdengar langkah dan suara tembakan dari beberapa lelaki bertopeng yang sedang menuju kearah mereka.

"Kita dalam bahaya" kata Haecan

Jisung menggigil, ia mulai ketakutan "H-hyung bbgaimana i-ini"

"Jangan panik, ikuti hyung" Mark menarik tangan Jisung sambil menoleh pada Haecan "Balik ke rencana semula"

Haecan yang paham maksud Mark segera berlari dan mengarahkan teman-temannya menuruni tangga darurat dan masuk kesebuah jalur setapak yang terletak dibawah tanah. Jalur setapak dibawah tanah  merupakan  jalur rahasia untuk menuju jalan keluar yang lain.

"Mundur" perintah Haecan kepada teman-temannya, dia mengeluarkan sebuah benda kecil berbentuk bundar dari tas ranselnya dan meletakkan benda berukuran kecil itu didekat sebuah pintu yang menjadi penghalang menuju alam bebas . Haecan mundur beberapa langkah dan  menekan tombol pada sebuah remote yang ada dalam genggamannya.

"DUUAARRRR" suara ledakan terdengar sangat nyaring, pintu gerbang yang mirip jeruji itu menjadi hancur seketika. Didepan mereka terhampar tanah lapang serta tidak jauh dari sana terdapat pepohonan yang membentuk sebuah hutan.

"Ayo lebih cepat" katanya memberi aba-aba kepada yang lain untuk segera keluar dari ruangan itu karena suara langkah kaki dari petugas yang mengejar mereka  sudah mulai mendekat.


Jeno batuk-batuk, matanya minusnya bertambah perih karena asap ledakan dan kabut diruangan. Mark meletakkan badannya yang lelah diatas rerumputan dengan nafas tersengal-sengal dan disampingnya ada Jisung yang ikut berbaring dengan kaki yang masih gemetaran.

"Aku tidak menyangka kita akhirnya bisa keluar dari sana" kata Haecan yang juga tidak kalah lelahnya.

"Mengapa kalian juga ada disini?" tanya Renjun yang sedari tadi menyimpan pertanyaannya.

"Ceritanya panjang" jawab Haecan "Sebaiknya kita cari tempat yang aman dulu, sebelum pasukan Schlet menemukan kita"


****

Terimakasih sudah membaca jangan lupa dukung aku terus ya, agar aku bisa tambah semangat lagi update nya.

Nct Dream di Planet ToskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang