1/ déjà vu

11 0 0
                                    

"Jangan datang kesini lagi" ujarnya tajam malam itu

Aku terdiam. Entah kenapa, padahal ku sudah tau kalau dia akan mengatakan sesuatu yang tajam, tapi kata-kata itu masih mengejutkanku. Kedatangannya yang tanpa aba-aba, ditengah fokusku mengerjakan beberapa tugas dengan perasaan baik-baik saja, dia datang dan dengan tajam mengatakan hal itu, seperti menumpahkan seluruh bencinya pada satu kalimat yang bahkan tak kuduga akan dengan mudahnya terucap.

"Bilang sama kakakmu, jangan datang lagi. Aku sudah terlalu sakit hati. Katakan padanya, jangan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah ini."

Bum, seketika waktu yang berhenti di kepalaku runtuh berkeping-keping. Sakit sekali rasanya, seperti mengulangi saat-saat itu, saat-saat aku harus melepas dan membenci cinta pertamaku. Rasanya seperti déjà vu.

Tak ku sadari aku tersenyum. Entah, aku sendiri bahkan tidak tahu apa arti senyum itu. Bahagia? Marah? Hancur? Terlalu terkejut sampai-sampai aku tak bisa merespon apa-apa lagi hingga dia hilang dari pandanganku.

Saat itu, seperti kembali ke masa lalu. Masa-masa dimana dia berusaha setengah mati, setiap hari, setiap waktu, untuk menjabarkan keburukan sosok yang jadi cinta pertama semua anak perempuan. Saat-saat dimana bukan hanya patah hati karena harus terpisah dari sosok itu, tapi juga karena benci yang tertanam dan menancap terlalu dalam. Saat itu adalah saat paling hancur bagi seorang anak 8 tahun yang bahkan berani membakar foto-foto sosok itu di rumahnya.

Hari itu, lagi-lagi aku menciptakan luka baru, setelah berbulan-bulan lamanya menjauhi benda tajam dan rasa perih saat darah mulai perlahan keluar dari kulit tanganku. Hari itu, lagi-lagi aku gagal, untuk bangkit, untuk bertahan, untuk bisa menarik mereka dari lubang hitam yang selama ini kita ciptakan sama-sama.

Déjà vu, dengan takut yang sama, tangis yang sama, luka yang sama

Sayangnya, aku belum sepenuhnya pulih dari luka lama, dan jatuh dengan porsi yang sama rasanya seperti tidak lagi ada ruang untuk bisa keluar, untuk bisa bertahan.

Hari itu, lagi-lagi aku mati.

dan akhirnya, aku hancur lagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang