Kesal, akhirnya karena terlalu banyak yang ada dikepala tanpa tau harus cerita atau marah ke siapa, justru memilih untuk melampiaskannya ke sosial media.
Inginnya cari orang yang akan jawab "kenapa?", "kamu baik-baik aja?" tapi malah berujung nyakitin orang yang sebenernya kita harap waktu itu ada
Gak cuma sekali.
Masalahnya dia gak akan tau, kenapa aku milih kalimat itu
Kenapa, diantara semua kemungkinan di dunia, aku harus ngetik kata-kata itu waktu dia lagi gak baik-baik aja
--
harusnya aku gak pernah coba buat peduli, buat mengerti, buat membuka diri,
kalo ditengah² mundur duluan
takut buat "memiliki"
soalnya kalo udah "memiliki" pasti nanti bakal kehilangan
dan kehilangan ga pernah ada di rencana masa depan aku, hehe
--
Satu hal dibalik itu yang aku harap dia juga tau
Aku tidak menyesal menemukannya, melewati berbagai hal bersama. Hanya saja, aku tidak siap, tidak akan pernah siap akan kehilangan, sementara satu-satunya yang dia inginkan hanyalah menghilang.
Aku tidak siap pada akhir, sementara yang dia pikirkan setiap detiknya hanyalah bagaimana cara yang paling cepat untuk membuat semuanya berakhir.
Lalu aku harus bagaimana?
Aku takut, tapi aku tidak bisa memaksakan takutku hanya untuk membuatnya tetap tinggal, bukan?
Aku sedih, tapi aku tidak bisa memaksakan bahagiaku dengan membuatnya menderita, bukan?
Aku marah, tapi marahku bahkan tidak bisa meringankan sakitnya, bukan?
Aku tidak bisa menahannya tetap tinggal, tidak siap, tidak berani
Sementara dia bersusah payah bertahan dengan mencari pijakan, aku bersusah payah bertahan dengan mengabaikan
Aku dan dia, kita sama-sama tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
dan akhirnya, aku hancur lagi
Randomcatatan harian yang tertulis di saat-saat hancur