Sisi POV
"Akhirnya bisa tidur nyenyak" aku menghempaskan tubuh di tempat tidurku. Ya sekarang aku sudah di rumah. Memang sepi karena orangtuaku ternyata akan tinggal lama diluar kota. Membuka cabang warung makan disana.
Sejenak aku berpikir kenapa aku dipertemukan dengan dia kembali. Apa aku diberikan kesempatan lagi untuk mengenal indahnya cinta bersamanya. Tapi tuhan aku tak pernah tau caranya. Dekat dengan dia seperti kemarin, aku sudah senang. Aku tak ingin berharap lebih.
Kini aku sudah bisa masuk kuliah lagi bertemu dengan teman-teman yang aku sangat sayang. Sifat mereka yang sangat berbeda tapi itu tak jadi masalah. Sering kita bertengkar kecil, tapi kita juga sering memberikan kejutan bagi siapa aja yg berulang tahun. Berada di tengah mereka membuat hidupku lebih berwarna.
Windi temanku ini sangat suka makan. Saat kita semua kenyang tentu dia yg menghabiskan. Merepotkan jika ada banyak tugas dan dia gak bisa ngerjainnya. Tapi kita akan siap membantu. Itulah arti sahabat.
Ana dia teman yang dekat denganku karna kita selalu punya pemikiran yg sama. Melakukan sesuatu dengan baik dan tepat waktu. Tak suka saos, tak suka sambal, apalagi jajanan aneh. Steril bukan ?. Tapi dia sangat suka kuliner. Meski begitu badannya tetap kurus.
Asya semua mengatakan kalo dia itu lemot. Tapi memang itulah dia. Meski lemot, dia sangat cantik. Layak untuk jadi model.
Nita suka ribet sendiri ya. Suka makan juga. Apa yang belum kita makan, dia selalu membawanya. Jadi kita semua makan bareng deh. Loyal banget kan.
Lya Kadang juga suka ribet. Tapi dia cepet banget kalo ngerjain apa-apa. Jadi aku selalu ngikutin dia untuk melakukan sesuatu lebih cepat dari yang lain. Selain itu dia juga pinter dan sangat baik.
Ya itulah kita "we are" sampe sekarang kita saling sayang, saling membantu, menyelesaikan semuanya bersama.
Saat mata kuliah selesai aku langsung cepat-cepat keluar. Tak ingin melihat wajah digo. Karena aku tau dia akan bicara tentang kerja kelompok kita. Ya kita satu kelompok, dan karna itu aku merasa tak enak dengan Like. Apa boleh buat itu keputusan dosen. Dosen yang begitu kejam jika memberi tugas.
"Si, sisi tungguin gue dong" digo menyentuh kuat bahuku, dan memutarnya.
Sehingga mataku kini bisa menatapnya dengan jelas.
"Apa sih !!""Kapan kita mau ngerjain tugas kelompok itu"
"Udah biar aku aja yang ngerjain"
"Yakin lo bisa sendiri ?? Gue tau lo pinter. Tapi kan tugasnya lumayan susah dan banyak, dan minggu depan juga harus dikumpulin"
"Iya, aku bisa". Segera melengganggkan kakiku ke kantin. Tak ingin berlama-lama menatapnya. Apalagi dengan teman-temanku yang melihatku dengan tajam.
"Hai semua, kita mau makan apa nih ?" Sampai di kantin aku menyapanya. Dan duduk dibangku kayu panjang itu. Tepatnya disamping Lya. Sedikit ada rasa tak enak. Tapi yaudah.
"Gue bawa bekel jadi pesen minum aja yang capucino cincau" jawab Lya.
"Gue sama Asya pesen mie goreng aja sama teh manis" lanjut Nita
"Si lu gak bawa bekel kan, pesennya kita sama aja nasi goreng seafood" ajaknya Ana kepadaku
"Oke kita sama. Aku gak bawa bekel. Orangtua aku lagi diluar kota jadi gak ada yang masakin. Kalo Lya enak bisa masak" aku pun mulai berbicara dan memuji Lya.
"Iyalah cewek harus bisa masak kan, abis ini gue mau ngerjain tugas kelompok bareng Windi dirumahnya ya" jawab Lya dengan santainya
Kalo Windi kalian jangan bingung. Dia orang yang irit, dia lebih seneng minta makanan kita. Dan membantu Like untuk menghabiskan bekalnya yang sangat banyak itu. Kita tak mempermasalahkan itu. Meski kadang membullynya.
Setelah menghabiskan semua makanan. Satu persatu kita pulang. Kita sangatlah sibuk. Meski begitu kita selalu menyempatkan untuk makan bersama seperti ini. Dan aku pasti akan sangat kangen masa-masa ini nantinya.
Kini aku sendiri. Yang lain udah pulang untuk mengerjakan tugas kelompok itu. Dan aku memilih untuk mengerjakannya disini. Menikmati hijaunya pepohonan. Udara yang sejuk yang selalu membuatku lebih rileks.
"Hey, you want drink"
Digo membawa dua soft drink dan banyak snack. Dia memang sangat suka makan. Tapi sebenernya dia lebih suka minta makanan. Kalo aku bawa bekel dia selalu nebeng dan menghabiskannya. Tapi tetep aja dia kurus dan tinggi.Aku manyadari suara itu yang memang tidak asing
"Halah sok bule banget sih, mentang-mentang jago inggris""Nih minum dulu kali, udah gue beliin minum juga. Emang lo gak haus. Ehh itu mau gue bantuin gak ?" Tanya Digo dengan memakan snacknya
"Siapa juga yang minta dibeliin minum. Aku gak minum soft drink. Dan aku bisa ngerjain ini sendiri" jawab aku dengan tegasnya. Aku selalu ingin menjaga perasaan sahabatku Like. Meski dia tidak disini dan tidak akan marah juga. Dalam hati aku senang dia menemaniku seperti ini.
"oh iya gue lupa, lo sukanya air mineral aja ya. Nanti gue beliin lagi deh. Kalo lo butuh bantuan, telfon gue aja ya"
"Gak usah dibeliin lagi, sesekali minum ini kayaknya gak jadi masalah" merasa tak enak dengan digo yang sudah membelinya aku langsung menenggaknya hingga menyisahkan setengah kaleng itu.
"Kalo gak suka, gak usah dipaksain juga Si, emang minuman soda itu gak baik buat tubuh. Udah sini gue buang aja" digo merebut paksa minuman itu dan membuangnya.
"Kenapa dibuang, kan jadi mubazir digo. Udahlah lo pergi aja bikin mood aku langsung down. Aku mau pulang aja abis beresin ini"
"Yaudah gue pulang juga deh. Dan INGET kalo lo butuh bantuan jangan sungkan telfon gue. Byee Sisi" senyum manisnya membuat ku juga membalas dengan senyuman.
------------*****-------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Cinta
Fiksi PenggemarKetika cinta itu ada dan terus memberi kesempatan. Maka jadikan kesempatan itu pilihan yg indah. Karena cinta yang tulus tidak akan pernah menyerah untuk kembali kepada sang pemiliknya. Sampai ia menyadari itulah rasa yang harus kamu jaga dan pahami.