Sebuah Asa #2

13 11 0
                                    

Pagi itu terdengar dering ponsel dari kamar Bella. Ia segera meraih dan melihat, tertera nama Pak Lamiran. Ya, beliau merupakan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan yang cukup akrab dengan Bella.

"Ada apa, ya? Masih jam 7 pagi," gumam Bella dengan mengernyit.

"Assalamualaikum, Pak. Ada yang bisa dibantu?" sapa Bella pelan ketika mengangkat telepon itu. Penuh tanda tanya dalam pikirannya, tak biasanya Pak Lamiran menelepon kecuali untuk membahas penelitian karya ilmiah. Sedangkan, ia sekarang sudah dinyatakan lulus. Lalu untuk apa?

"Waalaikumussalam. Bella, ya?" Terdengar suara Pak Lamiran memastikan.

"Iya, Pak."

"Kamu kapan ke sekolah? Bukankah harus urus berkas ijazah untuk kuliah?"

"Oh, iya, Pak. Rencananya besok lusa. Saya masih bantu Ibu ada pesanan," jelas Bella singkat.

"Lah. Bukannya terakhir besok untuk memenuhi persyaratan daftar ulang di kampus?" Bella tidak paham dengan apa yang disampaikan Pak Lamiran itu.

"Maaf, bagaimana maksudnya, Pak?"

"Kamu belum cek website Institut Teknologi Sepuluh Nopember? Kamu diterima di sana loh dan harus segera konfirmasi dengan mengirim beberapa syaratnya," jelas Pak Lamiran.

Sontak Bella terkejut, kedua matanya membulat dan mulutnya menganga. "Masyaallah. Benar, Pak? Saya belum sempat buka, saya lupa, Pak."

"Iya, benar. Coba kamu cek. Dari sekolah ini hanya kamu yang diterima melalui jalur beasiswa. Segera urus pelengkapan untuk konfirmasi, ya." Setelah mendengar kabar itu. Tidak lama telepon pun berakhir. Bella langsung mengecek apakah benar namanya tertera di sana?

Jemarinya dengan gemetar mulai menjelajahi situs website kampus impiannya itu. Ternyata benar, tertera nama Bella Rinjani sebagai penerima beasiswa di Jurusan Manajemen Bisnis ITS. Bahagia bukan main. Ia langsung mengucap segala syukur dan spontan melakukan sujud syukur. Bahagia yang tak terkira ini harus ia sampaikan pada keluarganya.

"Ayah? Ibu? Mbak Laras?" teriaknya sembari berdiri dan keluar kamar. Tampak dari matanya masih ada rasa haru.

"Kenapa, Bel?" sahut ibunya yang terdengar dari arah dapur.

"Bu, lihat. Bella diterima," ucap Bella kegirangan sembari menunjukkan ponselnya.

"Alhamdulillah, Nak. Kamu diterima beasiswa di sana? Masyaallah, Ibu bangga, Nak." Tampak haru pun ikut terlukis dari wajah ibundanya.

"Ayah dan Mbak Laras pasti ikut senang dan bangga," tambah ibunya.

"Iya, Bu. Bella pun sangat bersyukur bisa merasakan kuliah." Bella memeluk ibunya dan perlahan menitikkan air mata di rangkulan ibunya. Kabar tersebut menjadi sebuah kebahagiaan bagi Bella. Di saat hatinya sudah berpasrah dengan segala ketetapan, Allah berikan kebahagiaan yang selalu terpanjat dalam doa.

"Ayah sama Mbak di mana, Bu?" tanya Bella dengan kepala celingukan.

"Ayah lagi di pasar, kalau Mbak Laras sudah berangkat kuliah." Mendengar ini, Bella harus mengurungkan niatnya sementara untuk membagikan kabar bahagia pada ayahnya. Ia hanya mengirimkan pesan singkat kepada Mbak Laras untuk memberi kabar baik ini.

"Ya sudah, Bu. Bella harus segera ke sekolah, ya. Mau urus berkas administrasi," pamit Bella dan bergegas mengambil handuk untuk mandi. Untung saja Pak Lamiran menelepon untuk mengingatkan cek pengumuman, batin Bella.

Saking bahagianya, selama di dalam kamar mandi hingga keluar ia melantunkan berbagai macam lagu. Ayahnya yang baru pulang pun keheranan melihat anaknya seperti itu.

"Bella kenapa, Bu? Tumben sekali dia mandi sepagi ini?" tanya ayah Bella itu. Ibunya pun menjelaskan berita bahagia yang belum sempat disampaikan Bella. Mendengar kabar bahagia itu, ayah Bella langsung mengambil posisi sujud syukur. Mengucap syukur atas segala nikmat yang masih bisa dirasakan.

Ternyata memang benar bahwa pertolongan Allah itu nyata. Dari sini Bella semakin yakin untuk bisa meraih mimpinya. Tekadnya semakin bulat untuk terus membanggakan kedua orang tua.

"Ayah, Ibu ... Bella pamit ke sekolah dulu, ya." Bella mengambil tangan orang tuanya secara bergantian kemudian menciumnya.

"Nggak sarapan dulu?" tanya ayahnya yang tampak nikmat menyantap nasi goreng jawa.

"Enggak, Ayah. Nanti saja, Bella cuma sebentar di sekolah," jelasnya dengan menelan ludah melihat ayahnya begitu lahap. Ya, nasi goreng memang salah satu makanan favorit Bella. Biasanya ia tak akan betah menolak, tetapi kali ini ia ingin segera menyelesaikan semua urusannya di sekolah.

Tak memedulikan kicauan perutnya, berbalut kemeja berwarna putih dan celana jin ia meninggalkan rumah. Kaki mungil dengan sepatu berwarna putih itu menginjak kopling motor tua yang selalu menemani. Tentu saja Bella tidak sendiri, ia menjemput Syakira–sahabatnya.

Sesampainya di depan rumah Syakira, Bella cukup menekan klakson motor dan tak lama Syakira keluar dari rumah. Perempuan dengan tinggi badan dan perawakan yang tidak jauh berbeda itu keluar menggunakan gamis dan jilbab panjang mengulur hingga menutup dada. Sahabatnya ini memang lebih agamais dan terlihat kalem.

"Assalamualaikum, Sya," sapa Bella dengan senyum manis menghiasi.

"Waalaikumussalam, Bel. Eh, selamat loh, ya. Kita satu kampus nih, meskipun beda jurusan." Syakira turut bahagia dan bangga dengan sahabatnya itu.

Mereka berdua pun segera menuju ke sekolah untuk mengurus berkas administrasi Bella. Syakira hanya ikut untuk menemani saja agar pengurusan lebih cepat. Bella pun tampak begitu semangat untuk menyelesaikan keperluan kuliahnya. Hatinya masih penuh dengan syukur untuk semua doa yang selalu dikabulkan oleh-Nya.

***

Masa perkuliahan pun telah dimulai. Setelah selesai melalui berbagai rangkaian kegiatan ospek di kampusnya, Kini Bella dan Syakira dinyatakan resmi menjadi mahasiswi di kampus yang sama. Meskipun berbeda jurusan, tetapi keduanya masih sangat dekat layaknya saudara. Kesibukan masing-masing tidak akan pernah mengubah hubungan persahabatan mereka.

Syakira aktif dalam kegiatan mahasiswa yang berhubungan dengan islam, di kampusnya menyebut 'Sie Kerohanian Islam' atau biasa disingkat SKI. Sedangkan Bella menyibukkan diri dengan kegiatan bisnis dan jurnalistik. Berkembang di passion masing-masing.

Terima Kasih, Takdir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang