Setelah perlahan bangkit dan menerima takdir Tuhan, kini Bella mulai menyibukkan diri dengan kegiatan kampusnya lagi. Khususnya pada bidang yang ditekuninya, bisnis dan jurnalistik.
"Halo, Bell. Seneng deh kamu bisa aktif lagi," celetuk Anisa. Ya, Anisa merupakan sahabat baru Bella, mereka satu kelas dan satu organisasi. Hampir sama dengan Syakira–sahabat semasa sekolah– Anisa pun sangat peduli dengan Bella. Ia adalah salah satu orang yang mampu membangkitkan semangat Bella.
"Thank you, Nis." Bella tersenyum lebar, dilanjutkan menelan bakso bulat kesukaannya di kantin.
"Eh, tau nggak, sih? Akhir semester ini kita ada proyek pembuatan majalah kampus." Anisa menceritakan banyak hal yang mungkin dilewatkan oleh Bella.
"Oh, ya? Terus-terus?" Bella tampak antusias dengan agenda terbaru UKM-nya.
"Terus aku lupa kamu kebagian tim apa, hehe." Anisa menyengir.
"Ih, kamu, ya. Aku sudah serius dengerin, lho." Bella mengerucutkan bibirnya, kemudian tangan kanan meraih es teh untuk diminum.
"Nanti kamu ikut aja, kan kita rapat."
"Oke, deh." Sudah lama Bella tidak ikut kegiatan UKM Jurnalistik, termasuk menghadiri rapat rutin pun tidak. Mungkin hari ini adalah untuk pertama kalinya ia akan beraktivitas seperti sedia kala.
***
"Oke, hari ini aku sampaikan konsep dan perombakan tim untuk pembuatan majalah, ya," ucap lelaki putih nan tampan itu. Zaki namanya. Satu tingkat di atas Bella dan merupakan ketua UKM Jurnalistik di kampusnya. Tubuhnya cukup tinggi dan tegap, tak lupa senyum yang selalu menghiasi wajahnya ketika bertemu dengan orang lain.
"Mas Zaki ganteng banget, ya," bisik Anisa pada Bella ketika rapat sedang berlangsung.
"Ih, apaan sih, kamu suka?" Bella menggoda sahabatnya itu diikuti dengan tawa cekikikan dari keduanya.
"Yang pojok itu kenapa? Ada yang aneh dengan konsep yang aku sampaikan?" celetuk Zaki memergoki Bella dan Anisa yang tengah asyik tertawa kecil.
"E-enggak, Mas. Silakan dilanjut." Wajah Bella seakan menahan malu, banyak mata tertuju padanya dan Anisa.
"Oke. Tolong diperhatikan, ya." Serius. Ya, itulah yang selalu mendefinisikan ekspresi wajah Zaki. Apalagi jika sedang rapat seperti ini.
"Sebentar. Nama kamu siapa?" celetuk Zaki sebelum melanjutkan pembahasan.
"Sa-saya, Mas?" Bella menjawab ragu.
"Iya, kamu."
"Saya Bella Rinjani, Mas. Maaf sebelumnya jarang terlihat karena beberapa waktu terakhir ada musibah," jelas Bella sebelum Zaki melempar pertanyaan lebih jauh.
Zaki hanya mengangguk kecil dan melanjutkan diskusi.
***
Tibalah pada penyampaian tim pembuatan majalah. Bella deg-degan, berharap bisa meliput kegiatan SKI agar bisa berjumpa dengan Syakira. Rasanya rindu sekali sudah lama tak jumpa. Ingin bermain bersama lagi, tetapi kesibukan masing-masing telah merenggut waktu luang.
"... dan terakhir tim untuk meliput kegiatan futsal ada aku, Rifqi, Bella, dan Anisa."
Mendengar namanya dipanggil untuk satu tim dengan Anisa membuat mereka justru mengeluarkan tawa kecil yang mengundang banyak pasang bola mata tertuju.
"Yes, alhamdulillah." Anisa begitu girang dengan menggoyangkan bahu Bella cukup kencang.
"Deadline liputan dua minggu lagi. Jadi, pada hari itu semua hasil liputan sudah siap untuk dipresentasikan. Oke? Paham semua?" Zaki menegaskan dan lagi-lagi matanya mencuri pandang ke arah Bella. Entah Bella atau Anisa yang berhasil menarik perhatiannya sekian detik.
Bella menjawab dengan anggukan kecil.
Setelah rapat selesai, Bella dan Anisa mulai mendiskusikan untuk persiapan liputan. Mulai dari peralatan, pertanyaan, bahan bahasan, dan rentetannya.
"Sudah ada ide mau liputan bahas apa?" celetuk Zaki yang berjalan dari arah belakang Bella, kemudian mengambil posisi duduk tepat di samping Bella. Namun, tetap ada jarak di antara mereka.
Bella dan Anisa menggeleng pelan dan Bella berkata, "Belum, Mas."
"Mungkin Mas Zaki ada saran?" tanya Anisa dengan senyum sedikit menggoda.
"Kita liput kegiatan lomba mereka dengan kampus sebelah. Itu akan menjadi bahan bagus untuk majalah," jawab Zaki simpel.
"Ide bagus juga, tuh. Kita mau ...." Bella menghentikan suaranya dengan posisi bibir yang sedikit monyong karena Zaki memutus ucapan Bella.
"Besok kita bahas lagi sama Rifqi, ya. Saya pamit. Assalamualaikum." Zaki berdiri dan pergi meninggalkan Bella dan Anisa.
Bella hanya tersenyum kecut melihat kelakuan ketuanya yang dingin itu, Dingin atau memang menjaga jarak dengan perempuan, entahlah. Namun, terkadang Bella melihat Zaki begitu akrab dengan rekan cowoknya.
"Mas Zaki ganteng banget dah, hehe." Mata Anisa masih tertuju pada gerak-gerik Zaki. Seketika Bella menghempaskan telapak tangannya di wajah Anisa.
"Kamu apaan, sih? Ganteng sih, tapi dingin." Bella terdengar sedikit merutuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih, Takdir!
Dla nastolatkówDewasa itu terjadi karena dua hal. Yang pertama karena sebuah pilihan. Yang kedua karena terpaksa. Terkadang takdir membawa kita menemukan jati diri sesungguhnya. Sering kali tak menyadari itu, justru menganggap bahwa Tuhan tidak adil. Cerita ini a...