Kehilangan #2

10 9 0
                                    

Setelah dokter mengatakan bahwa harapan sangat kecil untuk ibu Bella bertahan, sontak rasanya perasaan terpecah. Namun, ada satu pilihan di tengah pecah tangis keluarga.

"Saya sarankan, Ibunda dibawa ke Rumah Sakit Soetomo. Saya akan memberikan rujukan karena pasien harus segera dioperasi. Pembuluh darah di otak yang telah pecah sekarang semakin parah," ucap dokter di hadapan Bella dan keluarga.

Tanpa berpikir panjang, Bella dan keluarga bergegas menyiapkan segala keperluan untuk membawa sang ibu ke rumah sakit terbaik itu, termasuk membayar administrasi yang cukup mahal.

Sesampainya di rumah sakit ternama itu, bukannya mendapatkan fasilitas perawatan yang makin intensif, justru ibu Bella harus dibaringkan di atas kasur yang berjejer di koridor rumah sakit. Sungguh banyak sekali pasien yang menunggu penanganan. Hanya berbekal kartu asuransi kesehatan, mereka harus bersabar menunggu giliran pemeriksaan dan pendataan kamar.

Dua hari berlalu di rumah sakit bagus itu, tetapi keadaan ibu Bella tak juga kunjung membaik. Beberapa kali harus drop dan tim medis tidak berani melakukan operasi. Hingga akhirnya malam itu, dokter spesialis saraf mengatakan siap melakukan operasi untuk esok harinya tepat setelah salat Jumat selesai. Qadarullah. Segala persiapan tiba-tiba dibatalkan karena dua jam sebelum jadwal operasi suhu tubuh ibu Bella mencapai 42 derajat celsius dengan tekanan darah sangat rendah hingga dokter mengatakan tidak ada harapan lagi, jika dipaksakan operasi maka dikhawatirkan pasien tidak akan kuat.

Perasaan Bella semakin hancur, begitu pun dengan Laras dan Andy. Sulit dipercaya, sebelum sang ibu tertidur hingga tak sadarkan diri, semua masih baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda atau keluhan dari Wiwik. Memang selama ini tekanan darah dan diabetesnya tinggi, tetapi terakhir yang diketahui Bella dan keluarga itu sudah turun dan normal.

Keesokan harinya, pada hari Sabtu tepat tanggal 31 Desember 2016, Bella bangun lebih pagi, ia menunaikan salat Subuh dan langsung menyeka tubuh ibunya sembari merapalkan doa serta selawat dan mengucap maaf pada ibunya. Sontak tak lama kemudian, napas sang ibu tidak beraturan. Mata Bella langsung tertuju melihat perut gendut ibunya, ternyata benar napasnya tidak beraturan lagi. Bella bingung dan mulai menangis sembari memanggil dokter dan juga ayah serta kakaknya yang terlelap di depan ruangan.

Dokter datang berjalan begitu cepat dengan mengajak satu perawat serta membawa lengkap alat medisnya. Segeralah diperiksa ibu Bella, sedangkan Bella hanya menangis ketakutan dipelukan ayahnya.

Sekitar sepuluh menit dokter memeriksa dan memberikan pertolongan. Mulai dari melakukan setting pada alat bantu pernapasan sampai melakukan pompa jantung. Namun, ternyata takdir telah berkata lain. Dokter mengalihkan pandangannya dari pasien ke arah Bella dan keluarga.

"Mohon maaf, Pak! Ibu Wiwik sudah tiada," ucap dokter dengan menggelengkan kepalanya secara perlahan.

"Nggak mungkin! Ibu ...," tangis Bella seketika pecah. Ia langsung berlari kecil mengambil posisi di sebelah ibunya untuk mencium kening sang ibu. Disusul dengan Laras yang juga menangis histeris. Sedangkan, Andy hanya terdiam dan menahan tangis, meskipun sesekali air matanya menetes.

"Ibu! Bangun, Bu ... aku sama siapa kalau ibu pergi? Ibu bangun," teriak Bella sambil menggoyangkan pundak ibunya. Tangisnya terdengar makin kencang.

"Sabar, Nak. Nanti Ayah akan menjaga kalian," tutur Andy sambil memeluk kedua putrinya, kembali mencoba menenangkannya.

"Jangan dilepas, Sus!" teriak Bella pada suster yang mencoba melepaskan alat medis dari tubuh ibunya, Bella tidak percaya bahwa ia melihat ibunya kini terbaring lemah tak bernyawa, Bella berharap ada keajaiban datang yang membuat jantung ibunya kembali berfungsi.

Terima Kasih, Takdir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang