Furudate sensei
one-shoot
Kenma x Hinata.
.
.Suara ketukan ritmis ujung jari yang beradu dengan permukaan meja menyapa telinga, membawa siapapun pendengarnya mengedarkan pandang untuk menemukan sosok dengan bibir delima dan rambut sewarna senja—yang menjadi sumber dari suara menggema diruang jaga IGD—sedang menatap kosong lorong didepan ruangan tempat ia berjaga.
Hinata Shoyo, si empu dari jemari mungil yang masih mengetuk diatas meja, terlihat menopang dagu dengan malas, jangan lupakan delima merekahnya yang mencebik dan dengusan kesal yang sejak tadi entah sudah berapa kali terdengar.
Snelli pemuda itu masih menempel, stetoskop miliknya juga masih menggantung dibelakang leher, menjuntai pada sisi dada.
Sedetik kemudian ketukan jarinya berhenti, dan ia beralih menelungkupkan wajah diantara kedua tangan yang terlipat diatas meja. Sungguh, sejak malam tadi kedua matanya belum beristirahat sama sekali dan pagi ini harus menghadiri presentasi kasus yang akan dibahas setelah kematian salah satu pasien yang sempat ia bantu tangani.
Kegiatan rutin rumah sakit swasta tempat Hinata bekerja sebagai dokter umum, bila ada kasus kematian atau kegagalan dalam tindakan, maka kasus tersebut akan dipresentasikan.
Dimana hal ini melibatkan semua individu serta tim yang menangani sang pasien, tujuannya tentu saja untuk mencegah kejadian serupa terjadi lagi di kemudian hari.
Sejak beberapa menit setelah pergantian shift malam tadi, Hinata sudah disibukkan dengan pasien-pasien IGD yang akan dipindahkan keruangan lain seperti ruang operasi maupun ruang rawat inap. Belum lagi pasien rujukan, pasien kecelakaan atau pasien yang memang datang untuk periksa ke IGD karena tidak sanggup menunggu hingga poli buka esok pagi.
Perlu diketahui sejak sebelum mendapatkan gelar dokter dan masih mengenyam pendidikan sebagai koass, Hinata sudah mendapat julukan 'bau' ataupun 'si hebat dalam memanggil pasien' oleh rekannya.
Tidak heran, tiap ia berjaga, pasti ada saja kejadian yang mengundang datangnya pasien dalam jumlah banyak. Kadang ada kasus keracunan massal, kadang ada kecelakaan beruntun dan kasus-kasus ajaib lainnya, membuat siapapun yang berada satu shift dengan Hinata ikut sibuk keteteran karena pasien yang membludak.
"Capek...." rengut Hinata, suaranya teredam oleh lengan yang masih terlipat melingkupi wajah mungilnya. Hinata lalu beralih menempelkan pipi diatas punggung tangan, menggunakannya seperti bantal.
"Lho, Dokter? belum pulang?"
Hinata mendongakkan wajah, menemukan 5 dokter muda dengan wajah sumringah beriringan masuk kedalam IGD, lengkap dengan tas dan snelli yang masih terlipat rapi di lengan mereka. Ini jam berapa sih, kok mereka sudah datang, bukannya operan baru akan dimulai jam 8 nanti?
Lima orang yang saat ini terkumpul dalam satu kelompok stase Penyakit Dalam ini terhitung sudah satu bulan bolak-balik bertemu dengan Hinata, baik ketika ia mendapat shift di IGD bersama mereka maupun ketika ia sedang jaga di poli.
Jangan tanya sudah berapa kali mereka datang ke poli Hinata bertugas diwaktu istirahat hanya untuk mengantarkan cemilan, diskusi singkat tentang kasus dan bahkan hanya iseng main untuk ngadem disana.
Kelimanya berasal dari kampus yang sama dimana Hinata dulu menuntut ilmu kedokteran. And—that's one of the reason why they become this close to Hinata.
Selain karena mereka berasal dari almameter yang sama, mungkin kepribadian supel dan ramah milik Hinata lah yang membuat setiap perawat, bidan, ataupun koass yang berjaga bersamanya biasa akan langsung menempel layaknya teman seumuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhapsody of Sunshine, Hinata Harem
FanficKumpulan one-shoot random yang berpusat pada Matahari hangat Karasuno bersama haremnya. Cerita ini tercipta karena kegregetan author atas kurangnya cerita dengan rare-pairing yang sebetulnya punya banyak penikmat. prepare some coffee and snack, En...