Universe of love (SugaHina)

2.2K 130 36
                                    

© Furudate sensei
  Age reverse AU
.
.
.

Sinar matahari masih belum sepenuhnya menyinari sudut-sudut kota, kabut tipis menghiasi udara, memberi kesan sejuk di penghujung musim dingin yang mulai menghangat.  Pagi ini Hinata terbangun sedikit lebih awal dari biasanya. Bukan, bukan karena Ia tidur lebih cepat dari jadwal tidurnya, tapi justru karena Ia jatuh tertidur saat mengerjakan laporan akreditasi Rumah Sakit di tempatnya bekerja sebagai dokter umum.

Salahkan saja berkas-berkas yang tidak bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri itu. Pekerjaan harian Hinata selain berjaga di poli saja sudah menumpuk, ditambah dengan berkas-berkas yang kini dengan kurang ajarnya bertengger diatas meja kerja—tamatlah riwayat istirahat berkualitas miliknya.

"siapa?" teriakan Hinata menggema, merambat lewat dinding beige disekitarnya sesaat setelah ia berdecak kesal ketika bel apartemen terdengar.

tidak ada jawaban—atau mungkin ia yang tidak mendengarnya—sepertinya.

Tangan Hinata dengan cekatan meraih sebuah hair clip untuk dipakai menyurai poni yang rasanya mulai panjang dan kadang menutupi pandangan, lalu melangkah membukakan pintu.

Dengusannya seketika tergantikan dengan senyuman lebar dan pekikan bahagia tepat setelah pintu terbuka.

"pRINCE!"

Lelaki dengan gakuran hitam pekat, seragam khas sebuah sekolah menengah atas ternama yang kini berdiri didepan apartemen Hinata mengulas senyum tipis mendengar pekikan kekasih mungilnya. Ia merentangkan tangan, merengkuh pria mungil didepannya dengan erat.

"Surprise" bisiknya pelan diatas bahu sempit Hinata.

Hinata membalas bisikan itu dengan bisikan yang sama lirihnya, mengeratkan pelukan sambil memejamkan mata.

"I miss you—"

.

Adalah Sugawara Koushi, kekasih Hinata yang beberapa saat lalu telihat didepan pintu, kini tengah melingkarkan kedua lengannya disekeliling pinggang Hinata—yang sedang sibuk—dengan posesif tanpa berniat melepaskannya sedetikpun, dagunya masih ia sandarkan diatas bahu sang kekasih, memeluknya dari belakang sambil mengikuti kemanapun kaki Hinta melangkah menyelesaikan pekerjaan rumah.

"Prince, duduk saja dikasur, aku masih mau membereskan berkas-berkasku, nanti setelah itu aku temani" perlahan Hinata mengusap lengan yang masih setia melingkari tubuhnya dengan hangat.

Namun bukannya menurut, Sugawara justru mengeratkan pelukan, menggeleng kuat layaknya anak kecil yang tidak mau berpisah dari mainan baru saat harus pergi sekolah.

"tidak mau, aku kangen"

Pria berusia 23 tahun yang saat ini berprofesi sebagai seorang dokter umum itu tersenyum maklum, akhirnya membiarkan sang kekasih melakukan apapun yang diinginkannya sembari tetap melanjutkan kegiatan membereskan berkas dan meja kerja didalam kamar luas miliknya.

"sudah sarapan?" kali ini Hinata menolehkan wajah sekilas—just to find his lover closes his shining marbles, with those long lashes laying prettily against the upper part of his cheeks—lalu mengusakkan sisi kepalanya pada pipi Sugawara.

Pertanyaan Hinata mendapat jawaban berupa anggukan singkat, sebelum perlahan sang pemilik kelereng indah berwarna hazel-brown itu membuka kedua matanya sembari memasang senyum manis.

"Tapi masih mau dibuatkan susu coklat hangat"

Dan Hinata hampir saja menggigit pipi kekasihnya karena gemas.

.

Sugawara menerima mug berisi susu coklat yang disodorkan padanya, ia mengucapkan terimakasih dengan lirih sebelum meneguk minuman yang belakangan menjadi favoritnya.

Rhapsody of Sunshine, Hinata HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang