16.

3.6K 461 15
                                    

Kepalaku sakit, punggungku juga sakit ‘ada apa denganku? Oh ya, aku dan toonokan jatuh dari jurang’

penglihatanku gelap tapi telingaku bisa mendengar suara air hujan. Aku setengah sadar? Samar samar aku
mendengar suara seseorang memanggil manggil namaku

“-N]”

“[M/N]”

“BANGUN”

Aku membuka mataku setelah merasakan pipiku ditampar oleh sesuatu. Disana ada toono yang memasang wajah ketakutan dengan mata berkaca kaca ‘pipiku panas’

“seberapa keras kau memukulku” kataku lesu ,setelah baru saja membuka mata

“Kau- yokatta” dia segera memelukku “pelipismu berdarah, aku sangat takut terjadi apa apa dengamu” lanjutnya

Setelah mendengar apa yang dikatakan toono, aku segera meraba pelipisku dan benar saja ada sebuah cairan merah keluar dari sana ‘kurasa ini cuma luka gores, tapi punggungku benar benar sakit. Kuharap ini tidak akan memar’

“tak apa, ini cuma goresan” kataku

‘aku harus membuatnya tenang dulu. Melihat dia berlari dari sura petir,
Kurasa dia takut pada hal itu, Aku tak boleh menambah rasa takutnya’ batinku

“kita harus mencari tempat berteduh” jelasku

“tapi kakiku...”-toono, saat dia mengatakan itu aku sontak melihat kakinya ‘dia terkilir, kakinya memar’

“apa kau masih sanggup berjalan kalau aku membopongmu”

“kurasa bisa”

“baiklah ayo”

.

.

.

.

Tak jauh dari tempat kita terjatuh, ada sebuah bangunan tak terpakai. Sebuah bangunan yang terbuat dari
kayu, ukurannya tak bisa dibilang besar tapi juga tidak kecil ‘apa ini bekas sebuah sekolah dasar’

Kami memasuki bangunan itu, berniat untuk berteduh menunggu hujan reda. Didalam sana sangat gelap, suasana hujan membuat tempat itu tampak menyeramkan, ditambah dengan suara engsel pintu jendela yang terbuka tutup terkena angin membuat tempat ini seperti rumah hantu

‘aku harus kuat, aku tak takut. Aku tak akan merasa takut’ batinku

Kami mencari tempat yang layak untuk dibuat beristirahat. Hanya lorong panjang bangunan ini saja yang terlihat bisa digunakan

“duduklah” aku menyuruh toono duduk dan segera mengikutinya

“ini akan baik baik saja kan?” tanya toono khawatir

“ini akan baik baik saja, para guru pasti akan mencari kita” jelasku ‘tapi kurasa tempat ini tak baik untukku,
lorong ini benar benar panjang dan sangat gelap. B-bagaimana kalau ada sesuatu yang mucul’ batinku ketakutan

Hujan masih turun dengan derasnya diluar sana, ini akan memakan waktu lama. Tiba tiba sebuah cahaya terang menyambar dari langit ‘sebuah petir’ petir menyambar disisi lain hutan

CTAARRRR
Suaranya baru menyusul ,dan itu benar benar keras

“AAKHHHH!!” -toono

“AAKHHHH!!” refleksku teriak, lagi lagi toono berteriak histeris sambil memegangi kedua telinganya ‘dia benar benar takut pada petir’

“hei..too-“

“AKHHHH AAAA AAAKHH” dia terus berteriak dan berteriak, walau suara petir telah hilang dia tak berhenti
berteriak

“HEII!! TENANGLAH!!” aku yang geram dan tak tau harus menenangkannya seperti apa, langsung mengangkat kerah bajunya dengan kedua tangan dan membuat wajah kami berhadapan

Sontak teriakannya berhenti, dan dia menatapku dengan mata yang terbuka lebar ‘akhirnya dia sadar’

“TENANGLAH BODOH!!!KAU MEMBUATKU TAKUT!! PETIR TAK AKAN HILANG HANYA DENGAN TERIAKANMU!” jelasku

Setelah puas mengatakan itu aku melepas peganganku pada kerahnya, dan dia juga sedikit lebih tenang setelah aku meneriakinya

“m-maaf, aku sangat takut pada petir“

“tak apa, aku juga minta maaf telah meneriakimu tadi”

“.....”

“.....”

keheningan terjadi. Hanya ada suara hujan yang terdengar, wajar bila ada kecanggungan diantara kita ‘ini
pertama kalinya aku meneriaki toono seperti itu, apa aku tadi memasang ekspresi marah?’

“...kau tau...dari pada petir..tempat ini lebih menakutkan bagiku” kataku mengawali pembicaraan ‘aku tak
tahan dengan keheningan ini’ batinku

“..kenapa?...Tempat ini hanya ada kegelapan” tanyanya

“justru karena itu. Bagaimana kalau ada sesuatu yang muncul disana? Hantu misalnya” jawabku ketakutan

“kau takut pada hal yang tak nyata” dia tertawa? “padahal selama ini dimataku kau adalah orang yang sangat sempurna. Apalagi pada nilai” lanjutnya mengejek

“hei!! Tak ada yang namanya kesempurnaan didunia ini” belaku

“mau berpegangan? Seperti saat ujinyali?” tawarnya

‘dia ini mengejek atau berniat baik’ dari pada pusing berfikir, aku segera mendekatkan diri pada toono dan
memegang lengannya ‘ini sedikit mengurangi rasa takutku’

“kau imut ya? Apa ini rasanya menjadi seorang kakak? Aku jadi merasa diandalkan”

“kau mengejekku?!”


































TBC.

Di brotherzone sama toono dong :v

Trouble [Yarichin Bicth Club X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang