Special Part: The Wedding [Revisi]

84.1K 3.2K 27
                                    

3 years later...

Ali merapikan berkas-berkas penting dan memasukkannya ke dalam tas. Selesai rapat, ia akan langsung menyusul Prilly ke butik milik tantenya. Sepakat, mereka berdua akan mengenakan baju pengantin rancangan tantenya sendiri.

Baru dilihatkan sketsanya, Prilly berseru senang sambil memperlihatkan rancangan kebaya milik Tante Natasha, tante Ali yang membuka butik khusus gaun dan kebaya. Prilly tanpa ragu menerima dan meminta dibuat secepatnya agar bisa fitting kebaya pengantin dengan cepat.

Ali tidak habis pikir dengan Prilly. Gadisnya itu tetap sama saja, meskipun usianya sudah menginjak kepala dua tapi tetap berkelakuan seperti anak kecil. Terkadang cemburu dengan sekretaris Ali, yang Ali akui memang sedikit 'centil' tidak percaya bahwa Prilly adalah calon istri dari bosnya.

"Wey, udah siap balik aja lo," Freddie memasuki ruangan Ali. Salah satu teman dekat Ali di kantor. Orang kepercayaan Ali yang meng handle pekerjaannya saat Ali berhalangan untuk hadir. Terkadang mewakili rapat penting juga.

"Yelah, mau ngurus baju dulu gue," timpal Ali sambil merapikan jas nya.

"Taulaah yang mau nikah mah beda," celetuk Freddie. Dengan santai duduk di sofa ruang kerja Ali.

"Eh, tar abis ini bentar lagi ada rapat. Handle ya bro!" Ali menepuk bahu Freddie.

Freddie berdecak."You've said that twice bruh," sahutnya. Ali terkekeh.
"Gaji lo dua kali lipat. Deal?" Ali menaik turunkan kedua alisnya. Mengiming-imingi menaikkan gaji Freddie bulan ini.

"Ah peres lo!" Kilah Freddie sambil mengambil botol minumnya diatas meja kecil di depannya, kemudian diminum.

"Wes, gue orang anti peres Fred! Come on maaann!" Bujuk Ali.

"Lo peres gue ga mau lagi handle pekerjaan lo yang bikin kepala gue cepet kisut!" Ancam Freddie.

"Ah cepil! Pokonya lo mau dulu, oke?"

Setelah Freddie setuju, Ali langsung menuju butik tempat Prilly menunggunya. Setibanya Ali di butik, Prilly tampak tidak menyadari bahwa Ali telah berada disitu. Nyatanya, gadis itu tetap asik saja melihat rancangan gaun-gaun milik Tante Natasha.

"Hei sayang," sapa Ali sambil mengecup puncak kepala Prilly.

Prilly menoleh, lalu tersenyun saat mendapati Ali berdiri di belakangnya dengan dandanan yang bisa dibilang berantakan. Jasnya, ada di mobil, dasinya sengaja di longgarkan, dan rambutnya acak-acakan. Tapi, menurut Prilly dengan rambut acaknya, Ali terlihat lebih ganteng.

"Hai, maaf ya capek pasti abis rapat," Prilly meletakkan buku katalog diatas meja, berdiri dan merapikan kerah serta dasi Ali.

"Engga, aku malah seneng kok. Bisa jagain kamu," Ali tersenyum seraya mengusap kepala Prilly lembut. Gadis itu balas tersenyum, kemudian duduk dan kembali menekuni katalog gaun milik Tante Natasha.

"Yang ini bagus nggak kalo buat resepsi?" Tanya Prilly sambil menunjukkan salah satu gambar gaun rancangan yang ada di katalog.

"Hm... terlalu ribet sayang. Kebanyakan diamond-nya jadi keliatan lebih elegan. Kan kita mau dibuat acara family gathering kan?" Prilly mengangguk paham.

"Warna pink ya?" Pinta Prilly sambil menatap Ali dengan puppy eyes-nya.

"Pink buat ijab kabul?" Prilly mengangguk.

Ali menelan ludahnya susah bayah. Dude come on! Kenapa harus pink?!

'Kalo gue pake pink, kaya banci kalengan dong? Anjir tengsin bener gue yaampun..'

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang