Everlasting Love

56.8K 2.5K 65
                                    

Arjuna menelusuri bingkai foto berukuran sedang yang ia pajang diatas meja kerjanya. Sebuah potret keluarga yang begitu bahagia, dan harmonis.

Duduk di kursi kebesaran disebuah ruangan kerja yang dulu milik Ayah-nya, tidaklah ada dalam bayangannya. Ia ingin menjadi Arsitek, impiannya sejak kecil karena ia gemar menggambar atau pun melukis.

Namun, akhirnya ia menyerah. Melepaskan impiannya begitu saja menjadi seorang Arsitek dan lebih memilih Bisnis sebagai prodi-nya. Melihat sang Ayah yang begitu lelah, dan kurang istirahat, membuat hatinya tergerak untuk membantunya. Meskipun Ayah-nya sama sekali tidak memaksa untuk membantunya, namun sekali lagi, ini kemauannya.

Hitung-hitung, balas budi dan berterima kasih kepada Ayah-nya yang telah membesarkannya hingga ia berhasil saat ini. Memiliki dua perusahaan yang akhirnya ia gabungkan menjadi satu. Sebuah Perusahaan besar yang bergerak pada bidang Export-Import barang, dan memiliki peran penting.

Jauh dari dugaannya, dan bayangannya ketika ia dewasa nanti. Ia selalu membayangkan menjadi seorang Arsitek.

Arjuna bahkan telah mengutarakan niatnya untuk melanjutkan sekolah di Department of Architecture and Civil Engineering, University of Bath di Inggris. Salah satu Universitas ternama di Inggris dengan jurusan Arsitektur.

Orang tua-ya sama sekali tidak keberatan. Justru mendukungnya seratus persen. Arjuna bahkan masih ingat kata-kata Ayah-nya saat ia mengutarakan niatnya untuk bersekolah di sana.

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Kejar impian-mu, jangan pernah mengeluh, dan menyerah. Nikmati semua prosesnya, dan terus bersabar jika kamu mengalami kegagalan. Karena, percayalah, sebuah kegagalan akan menuntunmu menuju sebuah kesuksesan."

Hei, itu Ayah-nya yang berkata seperti itu! Hebat sekali, bukan? Ya. Dan ia bangga memiki Ayah yang seperti itu. Ayah-nya tidak pernah marah, begitu juga dengan Ibu-nya. Orang tua-nya begitu pengertian, dan memberikan kelonggaran padanya untuk memilih sendiri jalur hidupnya selagi ia berada dijalur yang benar.

Arjuna sangat bersyukur memiliki keluarga yang sangat mendukung dan menyayanginya. Ia tidak pernah mengeluh dengan semuanya, karena ia selalu ingat, keluarganya menunggunya di rumah. Terlebih, pada Ibu dan Ayah-nya yang selama ini membesarkan dan merawatnya dengan begitu baik sehingga ia tumbuh menjadi Pria yang baik pula.

Buah jatuh tidak jaun dari pohonnya, bukan?

"Kak Junaaaa!!!" Aleena masuk ke ruangan Arjuna lengkap dengan membawa tas kuliah dan menenteng satu plastik lumayan besar.

Arjuna mengembangkan senyumannya, satu lagi yang menjadi penyemangat hidupnya. Aleena. Adik perempuan satu-satunya. Ia begitu menjaga Aleena, memperhatikannya, dan memanjakannya.

Aleena tumbuh menjadi gadis yang parasnya ayu. Tubuhnya semampai, dengan kulit putih, ia lebih memiliki gen Ibu-nya daripada Ayah-nya. Terlihat dari sikap manja, dan cerewetnya.

"Hei, my baby girl. How's life?" tanya Arjuna lembut saat Aleena berhambur memeluknya setelah meletakan plastik yang dibawanya tadi di atas meja.

"Aku bete Kak Junaaaaa! Ah Abang lama banget tadi keluar kelasnya, kan aku kesel." adunya manja dengan bibir yang mengerucut.

"Kan aku udah bilang Al, kalo aku ada urusan bentar," Adrian muncul dengan menyandang tas punggungnya yang lumayan besar.

"Nggak, kamu udah janji mau jemput aku tepat waktu!" ketus Aleena. Adrian menghela nafas pelan, harus ekstra sabar menghadapi Aleena yang sedang ngambek seperti ini. Salah-salah, Aleena bisa saja langsung menangis.

"Aku kan udah minta maaf, Al. Nggak lagi-lagi deh aku jemput kamu telat, tadi tuh sumpah aku ada urusan buat presentasi tugas aku minggu depan," Adrian meletakkan tas punggungnya di sofa yang terdapat di ruangan Arjuna.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang