Wawancara Hati

157 23 1
                                    

-Dear U-

     Airi dipenuhi rasa gelisah ketika berjalan mendekat ke arah Yuji. Pasalnya, kebanyakan gadis Jepang tidak bertindak seberani ini untuk mendekati seorang lelaki. Mereka cenderung menunggu si pria beraksi sebelum si wanita bereaksi. Semoga saja, kali ini Yuji memaklumi tingkah Airi yang mungkin agak risih untuk dimengerti.

"Selamat siang kak Yuji." Dengan tekat bulat, Airi akhirnya berani menyapa Yuji dengan senyum lebar.

"Selamat siang."

"Saya boleh duduk di dekat Kak Yuji?"

"Boleh, silahkan."

       Aksi pertama yang Airi lakukan tampaknya terlihat lancar tanpa ada hambatan. Ditambah lagi Yuji terlihat tidak keberatan. Haruskah ia melakukan tindakan pendekatan?

"Kamu yang namanya Airi?" Satu kalimat pertanyaan yang terlontar dari mulut Yuji  sudah mampu membuat Airi kebingungan setengah mati. Bukankah, seharusnya Airi terlebih dahulu yang berlagak agresif terhadap Yuji, tapi kenapa yang terjadi malah sebaliknya.

"Iya kak. Ada apa ya kak?" Jawab Airi gugup. Saat ini pikirannya benar-benar kosong. Airi tidak menyangka, pertemuan yang awalnya ia kira akan menjadi awal pendekatan, malah berakhir seperti wawancara pekerjaan.

"Oh, jadi kamu yang mau kenalan sama saya?" Yuji menutup bukunya, lalu beralih menatap wajah Airi yang terlihat sedang membendung resah.

"Hah?"

"Tadi Bu Uchi bilang begitu ke saya."

"Hah?"

"Apa saya salah denger ya?"

"Hah?"

"Kamu mau jawab pertanyaan saya. Atau mau planga-plongo terus sampai saya pulang?"

       Astaga, Airi kembali dibuat terkejut ketika berbicara langsung dengan pria satu ini. Ia tidak menyangka bahwa Yuji adalah tipe pria yang suka berterus terang. Mungkin, hidupnya juga dipenuhi dengan kenyataan tanpa ada campur tangan khayalan angan. Bisa dikatakan, itu adalah salah satu sifat lelaki yang Airi dambakan untuk menjadi kekasih pujaan.

"Eh, maaf kak."

"Saya ulang sekali lagi ya. Apa benar, kamu yang ingin mengenal saya?"

"Iya kak."

"Kenapa mau mengenal saya?"

"Karena saya penggemar kak Yuji."

"Alasannya benar-benar karena itu?"

"Mungkin."

"Bukan karena kamu suka saya kan?"

"Kak Yuji tau dari siapa?"

"Bu Uchi." Lagi dan lagi nama Bu Uchi keluar dari mulut Yuji. Kali ini, Airi benar-benar yakin bahwa, Bu Uchi sebenarnya adalah tukang cepu yang berkedok sebagai guru.

"Kalau misalnya saya bilang memang benar saya suka Kak Yuji. Kak Yuji akan bereaksi seperti apa?"

"Tergantung. Lagian, saya kan nggak bisa ngatur perasaan orang lain. Tapi, saya jadi penasaran, kenapa kamu bisa secepat itu untuk menjatuhkan hati kepada saya?"

"Saya bahkan sama penasarannya dengan kak Yuji. Kenapa saya bisa suka kak Yuji? Kenapa saya mengagumi kak Yuji lebih dari yang seharusnya? Padahal, bertemu langsung saja belum pernah." 

"Kalau gitu, setelah melihat saya secara langsung. Apa kamu masih mengagumi saya? Apa rasa sukamu masih sama dengan sebelumnya?"

"Perasaan saya tetap nggak berubah. Bahkan, sekarang terasa jauh lebih besar."

Dear U! - [Yuji Nishida]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang