Lensa Tak Tahu Diri

103 11 0
                                    

-Dear U-

      Airi terhenyak ketika Yuji mengucapkan tiap patah kata dengan suara yang cukup berat. Mungkin salah satu efek dari tubuhnya yang sedang lelah. Ah, kalau begini tidak lagi-lagi ia menemui Yuji saat sedang berlatih. Bisa-bisa Airi pingsan karena terbunuh pancaran pesona Yuji. Stop! Kadar alay Airi tampaknya sudah tidak bisa ditoleran lagi.

"Airi? Ada yang salah dengan saya?"

      Airi mendadak gelagapan ketika tertangkap basah tengah mengagumi pesona Yuji. Astaga, benar-benar memalukan. Airi tidak bisa membayangkan wajah yang ia tampilkan didepan Yuji. Airi hanya bisa mengutuk dirinya sendiri, tidak bisakah ia bersikap wajar jika sedang bersama Yuji.

"Eh, nggak kok. Barusan Airi tiba-tiba kepikiran hal nggak penting."

"Mikirin apa?"

"Nggak kok, nggak penting."

"Mikirin saya?"

"Bisa jadi." Airi tersenyum kecil menanggapi pertanyaan tepat sasaran dari Yuji.

"Lucu."

       Setelah berbincang sebentar dengan Yuji. Airi bisa melihat Yuji kebingungan saat memusatkan pandangannya kepada seseorang dengan muka masam yang berdiri tepat di belakang Airi. Tampaknya, Yuji penasaran dengan dia.

"Siapa?" Tanya Yuji, sembari menaikkan alisnya memberi kode kepada Airi.

"Oh iya, ini kenalin. Sahabat Airi, namanya Miko." Airi menarik Miko agar berhadapan langsung dengan Yuji.

"Halo, saya Miko sahabat Airi. Senang bertemu dengan Anda." Miko menunduk memberi hormat kepada Yuji dengan sopan.

"Saya Yuji. Senang bertemu dengan Anda juga." Balas Yuji.

Prrriiittt...

       Baru saja berbincang, suara peluit sudah menggema di seisi ruangan. Pelatih dan para atlet juga sudah berdiri dan mulai bersiap untuk melakukan latihan lagi. Begitu semua atlet berdiri, Airi dan Miko terkejut sejadi-jadinya. Apa-apaan ini, tinggi mereka benar-benar tidak bisa diprediksi. Apakah mereka titisan Titan?

"Saya tau, saya nggak setinggi itu kalo dibandingin sama mereka. Jadi, saya nggak akan marah kalo kamu ngeliatin mereka sampai seperti itu. Saya kembali latihan dulu ya. Kalian bisa duduk. Saya nggak akan lama kok." Begitu selesai mengucapkan kata terakhir, Yuji langsung berlari bergabung dengan teman-temannya. Sedangkan Airi dan Miko memilih duduk di salah satu bangku penonton yang tidak jauh dari lapangan utama.

"Ri, sorry banget gue harus pulang sekarang. Ibu udah nelponin gue nih. Sorry banget. Bye Airi." Miko segera berlari meninggalkan Airi, bahkan sebelum Airi duduk dan mengucapkan salam perpisahan. Ah sudahlah, yang penting Miko selamat sampai tujuan.

       Tiga puluh menit berlalu, satu jam berlalu, dua jam, dan setelah tiga jam lamanya akhirnya latihan selesai. Airi bahkan sudah tidak bisa menyembunyikan rasa kantuknya beberapa kali juga terlihat Airi tengah menguap dengan lebar.

"Maaf, pertandingan tadi nggak berjalan mudah. Kamu jadi harus nungguin saya cukup lama. Maaf ya." Yuji mengelus puncak kepala Airi dengan rambut yang sedikit berantakan.

"Nggak papa kok Kak. Ini minum buat kak Yuji." Airi mengulurkan sebotol air yang ia bawa dari rumah. Bukan karena Airi tidak mampu membeli air mineral. Tapi, badan Airi pegal-pegal untuk berjalan ke mini market terdekat karena terlalu lama duduk di bangku penonton.

"Terimakasih." Yuji menyambut uluran tangan Airi, kemudian meneguk air dalam botol hingga tandas.

"Airi, kalau pulang sebentar lagi boleh? Saya capek banget sekarang."

"Nggak papa kok Kak. Airi juga nggak keburu kok."

"Makasih Airi. Ngomong-ngomong gimana rasanya ke sini untuk yang pertama kali?" Yuji memainkan pucuk rambut Airi yang tergerai lembut sembari memperhatikan Airi dengan lekat.

"Ini adalah lapangan terbagus yang pernah Airi lihat. Maaf ya Kak, Airi emang agak norak."

"Hahaha, nggak papa. Reaksi yang wajar, kan baru pertama kali. Saya juga pas pertama kali ke sini juga gitu. Airi, kamu nggak fokus ke saya ya?" Namun, pertanyaan Yuji tak kunjung mendapat jawaban dari Airi.

"Itu, Rain teman saya. Ganteng ya? Iyalah, sampe kamu ngelihatin dia sebegitunya." Lanjut Yuji, sembari menutup mata Airi dengan telapak tangan kirinya.

"Hehe." Airi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya Airi berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar ketika berbicara dengan Yuji. Kalian pasti tau rasanya ketika rasa kantuk menyerang dengan hebatnya lalu ada orang yang mengajak bicara. Rasanya seperti berada di awang-awang. Bahkan, sebenarnya Airi tidak sadar bahwa pandangannya berpusat pada teman yang Yuji sebutkan tadi.

"Pulang yuk." Yuji menggendong tas punggungnya, lalu menggandeng tangan Airi agar segera keluar dari lapangan.

      Yuji dan Airi mendapat pusat perhatian dari seluruh atlet yang sedang berada di luar lapangan indoor. Pandangan mata mereka tertuju kepada Airi dan Yuji, bahkan sampai Airi dan Yuji masuk ke dalam mobil.

Cekrek...

       Tapi, tanpa disadari dengan Airi dan Yuji ada seseorang dari kejauhan yang tengah tersenyum kecil sembari mengangkat kamera. Dia sepersekian detik melupakan tugas utamanya untuk memotret kegiatan latihan para Atlet, dan memilih memotret Airi dan Yuji sembari memikirkan banyaknya uang yang akan dia dapatkan ketika menjual foto ini kepada media. Dasar Paparazzi tak tau diri.

|PAPAN PENGUMUMAN|

Astaga, sudah sekian lama tidak berjumpa. Semoga kalian selalu sehat. Keadaan diluar sedang tidak baik-baik saja. Stay Healthy everyone.

Dear U! - [Yuji Nishida]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang