Translate : cemburu
•
Jena yg baru saja sampai rumah subuh tadi sehabis ada pemotretan di Bandung. Kini harus bersiap kembali untuk masuk sekolah dikarenakan hari ini ada ujian harian.
Ia baru tidur 3 jam tadi selama perjalanan pulang tadi. Pemotretan tadi lumayan banyak makanya ia baru pulang subuh subuh.
"Je lo yakin mau masuk? izin aja dulu guru guru juga ngerti kali." Jena menggeleng. "Ga usah ka gue kuat kok, gue nyetir sendiri aja."
Jena bergegas mengambil kunci mobilnya lalu berangkat menuju sekolah. Dengan waktu kurang dari 1 jam akhirnya Jena sampai.
Namun ada hal yg membuat mood Jena jadi menurun. Daffa membonceng Sella di motornya.
Jena berandai-andai bagaimana jika dirinya yang di bonceng Daffa. Mungkin dirinya akan sangat amat bahagia.
Turun dari mobilnya dengan langkah pelan. Saat ini dia hanya ingin menghilangkan rasa sesak di hatinya.
Sudah tak tau berapa kali dirinya dibuat cemburu karena melihat Daffa dan Sella. Mungkin dari dulu saat mereka masih duduk di bangku Junior.
Daffa dan Sella putus saat kelas 10. Mereka hanya berpacaran 1 tahun. Namun sampai saat ini pun mereka masih akrab. Padahal dirinya duluan yg mengenal Daffa namun kalah dengan pesona Sella.
Jena akui Sella memang lebih cantik darinya. Dan pastinya tidak penyakitan sepertinya.
•
Bel istirahat berbunyi. Jena segera mencari pujaan hatinya itu di kantin.
Namun sepertinya ia salah mengambil keputusan. Daffa sedang bersama Sella berduaan saja. Lagi lagi dia kalah.
Berjuang hampir 5 tahun sendirian tidaklah mudah. Masih untung kalo dalam 5 tahun ada respon, Jena sama sekali tidak di respon. Capek tentu, tapi Jena tidak bisa berhenti mengejar Daffa.
Rasanya mau menyerah.
Jena berbalik dan pergi menuju atap. Ia hanya ingin menenangkan pikiran dan perasaannya yg kacau.
Tapi sial baru saja 10 menit ia duduk, bel masuk sudah berbunyi. Mungkin bolos sesekali tidak masalah.
Pada akhirnya dia memutuskan untuk bolos dan berdiam diri disini. Dirinya yakin pasti Jofa akan menghujatnya habis habisan karena tidak mengajaknya. Tapi siapa peduli.
Sedang asik melamun, pintu tiba tiba terbuka.
"Udah gue duga lo disini." Jena membalikkan tubuhnya. "Lo galau lagi Je?."
Jena hanya menaikkan bahunya. "Ga tau." Jisa Rahayu, kakaknya tersenyum kecil. "Je, tell me, lo bisa cerita sama gue." Jena menghela nafas. "Ka Ji, apa salah gue ngejar dia sampe bertahun tahun gini?."
Jisa mendudukkan dirinya di sebelah Jena. "Lo ga salah Je, wajar kok cuma emang lo terlalu agresif."
Jena akui bahwa perkataan Jisa benar. Jena menghela nafas berat. "Hah yaudah, lo kenapa kesini kak? udah bel."
"Nemenin lo, soalnya tadi gue liat Daffa sama Sella gue jadi kepikiran lo, eh ternyata bener lo lagi ngegalau bersedih disini." Jena tertawa. "Sialan, untung kakak gue lo." Jisa tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Daffa And Jena
Teen FictionKisah Jena yg mengejar sang pangeran, Daffa Felox. Dan kisah Daffa yg selalu di ikuti kemanapun oleh Jena, sang penganggu. Bagaimana akhir kisah perjuangan Jena. (Bahasa non Baku, Ringan, Teen)