départ .

42 10 0
                                    

Translate : keberangkatan.

Pagi ini jadwalnya Jena berangkat ke New Zealand. Ada rasa sedih?. Tentu. Bagaimana tidak sedih ia harus meninggalkan negaranya sendiri untuk waktu yang entah sampai kapan lamanya.

Di negara inilah dia lahir, dia besar, dia menghabiskan waktunya, dia mengalami banyak hal. Negara inilah tempat ia kehilangan kedua orang tuanya. Dan di negara inilah dia mengenal cinta pertamanya.

"Jena, hati hati ya? kabarin bunda atau ka Jisa kalau udah di New Zealand ya? nanti supir oma yang jemput kamu di bandara."

Jena mengangguk. "Iya bunda, bunda jaga kesehatan ya disini? jangan sampe sakit, gausah mikirin Jena disana bunda, Jena bakal baik baik aja kok bunda, Jena bakal berusaha sekeras yang Jena bisa buat sembuh."

Sang bunda mengangguk sambil menangis. "Kamu  harus sembuh Jena harus, jangan tinggalin bunda dan yang lainnya duluan."

"Iya Je, gue bakal selalu nungguin lo, gue bakal rajin jenguk lo ke New Zealand, gue bakal selalu tanya kabar lo ke oma dan keluarga yang ada disana, lo harus bisa Je lo harus kuat buat sembuh, jangan mikirin hal lain fokus sama kesembuhan lo."

"Kak Jena hiks hiks, gue hiks ga bisa berhenti nangis dari semalem hiks, lo harus janji sama gue buat pulang lagi kesini dengan keadaan sehat ya kak Je?

"Kak Jena, gue ga tau lagi mesti gimana hiks, lo harus berjuang kak, lo harus sembuh! jangan pernah nyerah kak, kita semua nunggu lo sembuh!."

Jena mengangguk. "Pasti makasih semua, gue sayang banget sama kalian." Jena menoleh ke depan. Melihat sahabat seperjuangannya.

"Jof ga mau ngomong sesuatu sama gue?." Jofa dari tadi hanya diam. Dia hanya takut kehilangan Jena. Hanya Jena yang menjadi rumahnya.

"Jof." Tak kuat sudah. Jofa menangis histeris. "Je-jenaa hiks bangsat banget lo! kenapa takdir sejahat itu ke lo? gue ga kuat Je, gue sengsara ngeliat lo!."

Jena terkekeh. "Udah ah ga usah nangis, gue bakal baik baik aja, gue bakal sembuh, gue bakal balik kesini lagi dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sekarang, gue berangkat ya Jof, jaga diri lo, gantiin gue sebagai model ya Jof? gue bakal undur diri, gue ga mau orang orang tau penyakit gue, pasti nanti gue balik lo makin populer deh, aduh makin iri deh gue, dan juga sebenernya kak Sejay udah lama naksir lo Jof, gue pulang lo berdua udah harus jadian ya? haha."

Jena menatap semua teman temannya berserta sang bunda dan kakaknya. "Jena pamit ya bunda, ka Ji, Jof, Cila, Liva? jaga kesehatan ya, jangan mikirin Jena, Jena bakal baik baik aja, Jena bakal sembuh, Jena janji."

Jena tersenyum lebar lalu memeluk mereka satu persatu. "Bye guys, see you again, Jena bakal usahain sembuh secepatnya."

Jena melambaikan tangannya lalu memasuki ruang untuk take off. Setelah check in dan semua urusan selesai, Jena memasuki pesawat.

Hanya satu yang belom ia selesaikan urusannya. Bertemu dengan Daffa sebelum dia berjuang untuk hidupnya. Setidaknya kemarin dia sudah melihat Daffa dari kejauhan ditemani teman temannya. Itu sudah cukup baginya.

Dirinya akan tenang. Dia tidak perlu menghawatirkan Daffa. Karena dirinya sudah menitipkan Daffa untuk dijagakan kepada para temannya.

 Karena dirinya sudah menitipkan Daffa untuk dijagakan kepada para temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Between Daffa And JenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang