This Love

1.5K 167 41
                                    


Yeonjun akan melakukan apa saja asalkan Ia dapat bersama dengan Kai, meskipun Ia harus mengkhianati ayah kandungnya sendiri. Semua orang yang ada di sekelilingnya mengatakan bahwa apa yang Yeonjun miliki untuk Kai hanyalah sebuah obsesi semata. Namun tidak ada orang di dunia ini yang paling mengerti perasaan Yeonjun kecuali dirinya sendiri, Ia hanya terlalu mencintai Hueningkai hingga membuat Ia tidak akan bertahan jika tidak memiliki Kai. Ia tidak bisa membayangkan jika Kai tidak berada disisinya dan jika Kai menjadi milik orang lain.

Kai layaknya cahaya terang di gelapnya kehidupan yang Yeonjun jalani dan Yeonjun membutuhkan cahaya itu untuk membuatnya bertahan menyusuri gelapnya jalanan yang Ia tempuh.

Menjadi calon pewaris kerajaan bisnis keluarga Choi membuat Yeonjun menanggung beban yang sangat berat. Ia dituntut untuk selalu sempurna dalam hal apapun, dibidang akademik yang dapat menunjang Yeonjun mengatur strategi perang, ketahanan fisik yang akan membantu Yeonjun dalam pertarungan. Ia bahkan tidak dapat mengeluh ketika dirinya merasakan lelah dan tubuhnya terasa sakit, tidak ada celah bagi Yeonjun untuk menjadi lemah.

Hingga Ia bertemu dengan cahayanya.

Meskipun kata yang diucapkannya adalah kata sederhana namun Yeonjun selalu mengingat perkataan yang diucapkan oleh Kai.

"Tidak apa - apa bagi seorang lelaki jika ingin menangis atau bahkan mengeluh, tangisan dan juga rasa sakit yang dirasakan akan membuat kita menjadi lebih kuat. Tangisan tidak selalu membuat kita terlihat lemah, setelah menangis aku selalu berkata pada diriku sendiri agar selanjutnya aku dapat membuat diriku menjadi lebih kuat daripada hari ini." Mungkin saat itu Kai hanya asal ucap saja, kala itu pun Kai masih kecil saat mereka berdua sedang berlatih bersama. Namun ucapan Kai bagaikan bongkahan batu besar yang menghantam Yeonjun yang selalu berpura - pura kuat ketika Ia berada pada di titik terlemahnya.

Dan hari itu pun Yeonjun menangis sejadi - jadinya di dalam kamarnya dan benar apa yang dikatakan Kai, keesokan harinya perasaannya terasa jauh lebih lega dan sebagian beban berat yang Ia tanggung pun seolah terangkat.

Semua orang di sekelilingnya mengatakan bahwa Yeonjun sudah gila karena Ia mengkhianati keluarganya sendiri hanya demi mengejar cintanya. Kewarasan Yeonjun memang sudah hilang sejak dahulu, tentu saja Yeonjun harus cukup gila untuk menjalani kehidupan yang Ia jalani sekarang, menyiksa orang - orang hingga tangannya berlumuran darah dari orang - orang yang Ia siksa, membunuh musuh - musuhnya tanpa belas kasih, orang yang benar - benar waras tidak akan mungkin melakukan hal - hal yang Ia lakukan, dengan mudahnya menghilangkan nyawa seseorang tanpa perasaan bersalah.

Yeonjun menatap Kai yang masih tertidur dengan lelap dalam dekapannya, Ia menyukai hangatnya tubuh Hueningkai yang menyentuh tubuhnya. Jari - jemarinya memainkan rambut Kai yang terasa lembut.

Rasanya teramat luar biasa saat akhirnya Yeonjun dapat merasakan perasaan bahwa dirinya mencintai seseorang. Setelah sepanjang hidup Yeonjun yang Ia rasakan hanyalah kekosongan. Yeonjun menyukai saat dadanya yang berdegup kencang setiap kali Ia berdekatan dengan Kai, Kai mampu membuatnya tersenyum bahagia meskipun Kai sedang tidak melakukan apa - apa. Yeonjun merasa bahagia dengan hanya melihat Kai berada disisinya, saat kedua tangannya dapat menjangkau Kai.

Ia tidak ingin kembali lagi ke masa dimana didalam hatinya hanya ada kekosongan, Ia tidak ingin kembali lagi ke waktu dimana tidak ada kehadiran Kai didalam hidupnya. Yeonjun akan melakukan apa saja untuk membuat Kai tetap berada dalam jangkauan tangannya.

Kai menggumam pelan, Ia terbangun karena sentuhan Yeonjun di pipinya. Yeonjun mencium kening Kai lembut.

Yeonjun tidak pernah berlutut pada siapa pun selama hidupnya, namun kini Ia berlutut di depan Kai yang sedang duduk di sofa. Satu tangan Yeonjun memegang kotak kecil berisi cincin yang Ia beli beberapa hari lalu dalam perjalanan ke Austria untuk menjemput pemilik hatinya. Yeonjun tidak percaya diri apakah ukuran cincin yang Ia beli itu akan pas diukuran jari manis Kai.

Yeonjun merasa jika jantungnya akan segera meledak, Kai menatap Yeonjun dengan raut wajah terkejut.

Selama hidupnya Ia tidak pernah sekacau dan sesulit ini dalam merangkai kata - kata yang akan Ia ucapkan saat public speaking adalah salah satu kemahiran yang Ia miliki. Namun disinilah Ia, kesulitan untuk mengungkapkan isi hatinya saat hanya ada Kai yang ada didepannya kala itu.

Yeonjun mengambil nafas panjang

"Aku tau bahwa ini bukanlah saat yang tepat bagiku untuk mengatakan hal ini, t-tapi Aku ingin Kau tau bahwa aku bersungguh - sungguh dengan apa yang aku ucapkan padamu beberapa hari lalu, Kai." Yeonjun berhenti sejenak, Ia mengatur nafasnya.

"Uh, mm. Selama sisa hidupku, Aku ingin melihat wajahmu dipagi hari saat aku terbangun dari tidurku. " Yeonjun menggigit bibir bawahnya, Ia tidak pernah merasa setakut ini untuk mengucapkan kata - kata yang akan keluar dari bibirnya. Ia tidak tau apa yang akan Ia lakukan jika mendengar kata - kata penolakan dari Kai hari itu.

"Apakah Kau mau menikah denganku, Kai?"Ucapnya, kedua matanya menatap Kai lekat - lekat.

"H-hyung, A-aku.." Kai mengigit bibir bawahnya, Kai bisa merasakan genggaman tangan Yeonjun pada tangannya mengerat.

"Aku selalu merasa bahwa apa yang kita lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan besar, Hyung." Ucap Kai menatap Yeonjun, Yeonjun merasakan bahwa hatinya yang penuh harap itu akan tenggelam ke palung yang paling dalam, Ia tidak pernah merasa setakut ini dalam hidupnya.

"Tapi disaat bersamaan, itu terasa benar karena aku menjalaninya bersamamu." Ucap Kai lagi.

Kai tersenyum menatap Yeonjun.
"Aku mau menikah denganmu, Hyung." Ucapnya.

Yeonjun tidak percaya dengan apa yang Ia dengar, tubuhnya terasa lemas. Yeonjun membenamkan wajahnya di perut Kai yang duduk didepannya, kedua tangannya melingkar di pinggang Kai.

"Terimakasih, Kai." Gumam Yeonjun pelan.

Yeonjun mengambil cincin dikotak kecil yang sejak tadi Ia genggam dan memasangkannya di jari Kai, cincin itu pas dengan ukuran jari manis, Kai. Seolah memang sudah seharusnya cincin itu tersemat di jari manis Kai.

Yeonjun menciumi punggung tangan Kai beberapa kali, sebelum Ia menarik tubuh Kai dan mencium bibirnya dengan penuh cinta.

Apakah kalian sudah siap baca ending cerita ini? 🤭

Perfect Hyung ~ Yeonkai~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang