Lembar Kedua

691 145 30
                                    

Hari Minggu merupakan hari yang (Y/n) tunggu selama lima hari ia pergi ke sekolah. Karena di hari itulah (Y/n) bisa santai dan menikmati harinya bukan sebagai pelajar, melainkan sebagai dirinya sendiri. Ia pun bisa bebas melakukan hal-hal yang ia suka. Seperti menonton anime, misalnya.

Seharusnya memang seperti itu. Namun, (Y/n) justru tengah disibukan dengan tugasnya yang ia dapatkan di hari Jumat kemarin.

Tugasnya baru saja selesai beberapa saat yang lalu. Sebelumnya, ia ingin meminta tolong kepada kakaknya, Takemichi. Namun, dikarenakan kakaknya sedang pergi bersama dengan Hinata—pacarnya—alhasil (Y/n) mengurungkan niatnya. Lagi pula, ia merasa gengsi untuk bertanya kepada kakaknya itu. Terlebih selama ini ia selalu jahil dan usil pada Takemichi.

(Y/n) pun mengambil remote televisi yang terletak di atas meja di hadapannya. Ia menekan-nekan tombol yang berada di atasnya. Guna untuk mencari acara televisi yang setidaknya dapat membuatnya tertarik.

"Tadaima."

Mendengar suara sapaan dan pintu yang dibuka, (Y/n) menengadahkan kepalanya ke atas sofa sehingga ia menatap ke belakang dengan posisi terbalik.

"Are? Mengapa Nii-chan sudah pulang?" tanya (Y/n) heran. Ia pun mengangkat kepalanya ke posisi semula. Ternyata rasanya cukup pusing melihat dengan posisi terbalik seperti itu.

"Karena kurasa ada yang memerlukan bantuanku di rumah," ujar Takemichi disertai senyuman.

"Siapa?"

"Menurutmu siapa?"

(Y/n) diam sejenak. Kemudian, ia menunjuk dirinya sendiri. "Aku?" gumamnya.

Takemichi hanya terkekeh. Ia beranjak menuju dapur. Memasukkan es krim ke dalam kulkas lalu menutup pintunya dengan rapat.

"Tapi, aku tidak memerlukan bantuan apapun sekarang," ujar (Y/n) lagi setelah Takemichi kembali ke hadapannya.

"Kau yakin?" Takemichi menaikkan sebelah alisnya.

"Um. Kurasa demikian."

"Baiklah jika begitu."

Takemichi berlalu dari sana. Meninggalkan (Y/n) yang duduk di ruang tengah seorang diri. Gadis itu pun kemudian beranjak menuju dapur. Ia membuka pintu kulkas, mengambil satu es krim dari sana, kemudian membuka bungkusnya.

Rasa dingin seketika menjalar. Memenuhi rongga mulutnya. Kemudian, ia kembali duduk di sofa depan televisi. Menonton acara apapun yang sedang tampil di sana. Meskipun demikian, pikirannya tertuju kepada hal lain.

***

Dengan panik, (Y/n) mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada sahutan apapun dari dalam sana. Bahkan meskipun bel pintu rumahnya telah ia tekan berkali-kali, nyatanya pintu tersebut tidak bisa ia buka.

Gadis itu baru saja pulang sekolah. Hari ini para sensei di sekolahnya sedang mengadakan rapat dadakan. Sehingga para murid dipulangkan lebih cepat daripada biasanya.

Tentu saja (Y/n) merasa senang. Di dalam pikirannya, hal-hal menyenangkan yang bisa ia lakukan pun mulai menampakkan diri. Bersamaan dengan datangnya sang kakak ke kelas (Y/n).

Takemichi mengatakan jika ia tidak bisa pulang bersama dengan (Y/n) hari ini. Dikarenakan lelaki itu sibuk dengan kegiatan OSIS-nya yang menurut (Y/n) tidak berguna dan hanya menghabiskan waktu saja. Itulah yang ia pikirkan. Namun, Takemichi sama sekali tidak berpikiean demikian.

Alhasil, (Y/n) pun pulang sendiri dengan sepedanya seperti biasa. Beruntung ia membawa sepedanya ke sekolah hari ini. Apabila tidak, gadis itu tidak dapat membayangkan jika dirinya harus berdesak-desakan di dalam bus yang padat dan tentunya terasa panas.

Namun, (Y/n) tak kehabisan akal. Ia berjalan memutari rumahnya. Tepat ke bagian belakang rumahnya. Kepalanya ia tengadahkan. Menatap lurus ke arah kamarnya yang terletak di lantai dua. Balkon kamar (Y/n) dapat terlihat dengan jelas dari bawah sini.

Dengan cekatan, (Y/n) memanjat pohon yang tak pernah berbuah di dekatnya. Pohon tersebut tumbuh dan hampir menyentuh dinding kamar (Y/n) sehingga memudahkannya untuk mencapai ke kamarnya sendiri.

Ia mendarat dengan mulus di atas lantai balkon kamarnya. Jendela yang tak pernah ia kunci kecuali ketika ia sedang tertidur pun dapat dibuka dengan mudah oleh (Y/n).

Aksi (Y/n) memalingi rumahnya sendiri berjalan dengan sangat lancar.

"Ah, surga dunia!"

(Y/n) langsung menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidurnya yang empuk. Tatapannya kini mengarah ke bintang-bintang yang ditempel di langit-langit kamar. Tampak indah jika dilihat saat kamar berada di kondisi gelap.

Ponselnya yang bergetar sontak mengambil alih atensi (Y/n). Layarnya menyala selama beberapa saat sebelum kembali gelap. Gadis itu meraihnya dan membaca secara cepat pesan yang ternyata dikirimkan oleh kakaknya itu.

(Y/n), apakah kau bisa membantuku dengan melakukan suatu hal?

Jari (Y/n) pun mulai mengetik balasannya.

Apa yang perlu kulakukan?

Tanpa perlu menunggu lama, Takemichi langsung membalas pesan (Y/n). Rupanya ia pun sedang online.

Bisakah kau mengantar sebuah dokumen ke sekolah? Dokumen itu berada di dalam kamarku. Amplopnya berwarna abu-abu. Tetapi, gomen, aku lupa di mana aku meletakkannya. Jadi, tolong kau cari terlebih dahulu, (Y/n). Maaf merepotkanmu.

(Y/n) hanya mendengus. "Kau pun sadar jika kau merepotkanku, Onii-chan."

Y. Kn q cr.

Setelah membalas dengan sangat singkat pesan kakaknya itu—mungkin Takemichi pun tak paham dengan apa yang sang adik kirimkan—(Y/n) bergegas menuju kamar kakaknya. Letaknya tepat di sebelah kamar (Y/n).

Dengan santainya (Y/n) membuka pintu kamar tersebut. Sejenak ia menatap isi kamar sang kakak yang sangat-sangat berantakan. Bahkan lebih parah dari kamar (Y/n) yang menurut ibu mereka sudah sangat berantakan. Padahal kamar anak sulungnya lebih parah daripada kamar gadis itu.

"Bagaimana bisa kau tidur di kamar seperti ini, Nii-chan?" gumam (Y/n) heran.

Entah dirasuki oleh roh atau hantu apa, (Y/n) pun mendadak rajin dan mulai membersihkan kamar Takemichi. Menurutnya kamar lelaki itu menyulitkan dirinya untuk mencari dokumen yang Takemichi maksud. Alhasil ia memutuskan untuk membersihkannya terlebih dahulu.

Kepada siapapun yang merasuki (Y/n) saat ini, tolong rasuki pula author yang mengetik cerita ini.

Seusai membersihkan kamar Takemichi—padahal kamar (Y/n) sendiri masih cukup berantakan—gadis itu memulai pencarian dokumen yang Takemichi maksud. Ia sebisa mungkin tidak mengacak kamar itu lagi. Karena tentu saja (Y/n) tidak ingin membersihkannya dua kali.

Pertama-tama (Y/n) membuka laci meja belajar. Sesuai hipotesisnya, dokumen dengan amplop abu-abu yang dicarinya berada di sana. Dikarenakan (Y/n) menariknya dengan terlalu kencang, sebuah berkas lain yang terletak di bawahnya ikut tertarik ke luar.

Tangan (Y/n) memungut berkas yang terjatuh itu dari atas lantai. Ia nyaris menaruhnya kembali ke dalam laci ketika matanya melihat namanya sendiri tertera di atas berkas-berkas itu.

Dilanda oleh rasa penasaran, (Y/n) pun membuka tali yang melilit amplop yang membungkus kumpulan berkas itu. Berkat namanya yang diketik di atasnya membuat (Y/n) tak dapat menahan dirinya untuk tidak membukanya.

Namun, nol koma delapan detik setelah amplop itu terbuka sepenuhnya, rasa penyesalan dan keterkejutan yang luar biasa seketika terbit di dalam diri gadis itu.

***

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Hanagaki TakemichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang