Lembar Keempat

515 127 0
                                    

"Kau masih belum menemukan (Y/n), Takemichi-kun?"

Hinata pun bertanya dengan nada khawatir kala ia bertemu dengan Takemichi di akhir pekan minggu ini. Takemichi yang memintanya untuk bertemu hari ini. Melalui telepon yang terhubung dan dari suara Takemichi yang terdengar tidak baik-baik saja, Hinata tahu ada sesuatu yang tidak beres saat ini. Maka dari itu, ia pun langsung mengiyakan ajakan Takemichi hari ini.

Lelaki yang berstatus sebagai pacarnya itu pun menggeleng. "Belum, Hina."

Hinata pun kembali diam. Bingung harus melakukan apa lagi agar (Y/n) bisa ditemukan. Karena nyatanya saat ini gadis itu benar-benar menghilang. Tak dapat ditemukan di manapun. Seolah-olah ia tidak pernah ada di dunia ini.

"Tetapi, aku tidak akan menyerah. Aku akan segera mencari (Y/n) hingga ketemu," ujar Takemichi. Berusaha untuk tetap semangat dan pantang menyerah.

Sebuah senyuman mengembang di bibir Hinata. Ia tahu, Takemichi tidak akan menyerah semudah itu. Memang ada kalanya lelaki itu akan menyerah. Namun, beberapa saat kemudian ia pun akan bangkit kembali dengan semangat yang baru dan tekad pantang menyerahnya.

Ya, itulah yang Hinata suka dari Takemichi.

***

Petang ini, Hinata baru saja pulang dari sekolahnya. Ia keluar dari pintu gerbang sekolah sebelum berbelok ke kiri.

Seperti biasanya, Takemichi masih disibukkan oleh kegiatan OSIS. Meskipun lelaki itu ingin bolos untuk mencari (Y/n), nyatanya ia tidak bisa melakukannya. Lebih tepatnya, Hinata yang melarangnya.

Gadis itu pun sebenarnya tak ingin melarang Takemichi. Terlebih ialah kakak laki-laki satu-satunya milik (Y/n). Tidak ada saudara lain bagi mereka selain diri mereka masing-masing. Hinata tahu, namun ia tetap melakukannya.

Maka dari itu, dengan tekad yang sama dengan milik Takemichi, Hinata pun akan mencari (Y/n) hari ini. Rencananya adalah ia kembali dulu ke rumahnya untuk mengganti seragamnya dan mengambil uang. Setelahnya, ia akan pergi lagi dan mulai mencari (Y/n).

Seusai berjalan beberapa menit, Hinata tiba di sebuah halte bus. Ia kemudian duduk menunggu bus yang akan mengantarkannya pulang ke rumah. Sambil menunggu, gadis itu memainkan ponselnya sejenak. Berusaha mengusir rasa bosan yang perlahan hinggap.

Tepat sesuai dengan jadwalnya, bus yang Hinata tunggu sejak tadi akhirnya tiba. Gadis itu melangkah masuk ke dalam ketika pintu bus dibuka sedetik sebelumnya. Setelah ia masuk, pintu pun kembali ditutup dikarenakan hanya dirinya seorang yang menjadi penumpang di halte bus itu.

Hinata berdiri seraya menggenggam salah satu pegangan yang menggantung di langit-langit bus. Ia terpaksa harus berdiri kala tidak terdapat satu pun kursi kosong yang bisa ia duduki. Dan seketika dirinya pun teringat dengan Takemichi. Lelaki bersurai pirang itu pasti akan mencarikan kursi kosong untuknya dan ia sendiri memilih untuk berdiri.

Sepertinya rasa rindu mulai menyergap Hinata saat ini.

Namun, sekarang bukanlah saat yang tepat untuk. Ia harus segera menemukan (Y/n) agar setidaknya ia bisa meringankan beban Takemichi. Itulah yang Hinata rencanakan.

Bus berhenti tepat di halte bus dekat rumahnya. Hinata kemudian turun dan keluar dari dalam bus dengan hati-hati. Kedua tungkai kakinya menyusuri trotoar yang membawa dirinya menuju apartemen miliknya di ujung jalan.

Hinata langsung menaiki tangga dengan cepat dan hati-hati. Setibanya ia di depan pintu apartemennya, gadis itu langsung membukanya. Kemudian melepas sepatunya dengan tergesa-gesa.

"Tadaima!" Ia bahkan hampir lupa untuk mengucapkan salam.

Gadis itu nyaris beranjak menuju kamarnya kala mendengar suara Naoto menyapa dirinya.

"Okaeri, Nee-chan," balas Naoto. Adik laki-lakinya itu merasa heran melihat sang kakak yang tampak sibuk bak sedang dikejar-kejar oleh sesuatu.

"Nee-chan, kau tidak ingin makan terlebih dahulu?" tanya Naoto ketika melihat Hinata yang baru saja keluar dari kamarnya dengan pakaian yang santai.

"Gomen, Naoto. Aku harus pergi sekarang!" Hinata bergegas memakai sepatu kets-nya. Mengabaikan Naoto yang sejak tadi hanya menatapnya dengan heran.

"Aku pergi dulu!" pamit Hinata cepat.

"Hati-hat—"

Hinata sudah lebih dahulu menutup pintu bahkan sebelum Naoto menyelesaikan kalimatnya. Sekaligus membuat lelaki itu mengedipkan matanya dengan heran dan bingung.

***

"(Y/n), kau sebenarnya pergi ke mana?"

Hinata sudah mengelilingi area sekitar tempat tinggalnya. Namun, ia tidak menemukan (Y/n) di manapun. Gadis itu pun kemudian memutuskan untuk mencari (Y/n) di tempat lain. Barangkali ia bisa menemukannya. Atau setidaknya itulah yang ia harapkan.

Kini Hinata berhenti menyusuri area di sekitar rumahnya karena ia rasa (Y/n) tak akan berada di tempat-tempat yang mudah ditemui. Pastinya tempat itu sulit untuk ditemukan sehingga bisa menjadi tempat persembunyian gadis itu selama dua hari belakangan ini.

Sekali lagi Hinata menatap sekelilingnya. Memastikan jika sudah tak terdapat apapun di sekitarnya. Kemudian, gadis itu pun berpindah tempat ke daerah lain.

Hujan mulai turun membasahi bumi. Sudah tepat satu jam Hinata mencari ke sana dan ke sini. Namun, hasilnya tetap sama. (Y/n) tak berada di manapun. Seolah-olah ia benar-benar hilang tanpa pernah lahir ke dunia ini.

Hinata memilih untuk berteduh di sebuah halte bus. Sayangnya, ia terburu-buru untuk pergi sehingga lupa untuk membawa payung. Alhasil Hinata harus menunggu sejenak sampai hujan sedikit lebih reda.

Suara sesuatu yang jatuh di dekat Hinata mengambil alih atensi gadis itu. Hinata sontak menoleh ke sumber suara dan mendapati seseorang tampak pingsan di atas trotoar. Tepat di bawah derasnya hujan.

Tidak ada orang lain di sekitar sana kecuali Hinata yang tengah berteduh. Dengan panik dan merasa iba, Hinata bergegas mendekati orang itu.

Ia membalikkan tubuhnya terlebih dahulu. Masa bodoh dengan pakaiannya yang basah atau demam akan menyerangnya nanti. Saat ini ada seseorang yang membutuhkan pertolongannya.

Namun, ketika Hinata melihat wajahnya, ia terkejut luar biasa.

***

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Hanagaki TakemichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang