MEMBUKA KUNCI

47 16 1
                                    

"Rain" Suara itu menggema di seluruh koridor kampus

"Rain" ulangnya lagi karna sosok yang dipanggil tak kunjung memberikan respon

"Calon ibu dari anak-anakku Rain Arabillah Alona" entah mengapa kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut langit. Dan jakpot, akhirnya sosok yang dipanggil pun merespon. Tatapan tajam yang di berikan oleh rain di balas dengan senyum dan kekehan kecil dari langit. Seolah langit lupa bahwa kalimat itu seperti sebuah mantra untuk membuka kisah lama yang terkunci, Kenangan masa lalu yang menyakitkan, dan perpisahan terbesar yang mustahil untuk bisa diperbaiki.

"Langit"
"Iyah rain"
"Langit"
"Yes my princess"
"Berhenti bercanda keterlaluan kalo lo gak mau punya nasib sial"
Perkataan yang dingin dengan nada datar tanpa adanya bentakan namun mampu membuat langit terdiam.

Rain berjalan meninggalkan langit yang masih terpaku krna perkataan menusuk yang dilontatkan rain untuk langit.
"Kamu jahat rain kamu selalu nyalahin diri dan gak pernah mau buat aku bertanggung jawab" sesal langit dalam hati dan melanjutkan perjalanan menuju kelas.

4 tahun yang lalu, yah empat tahun telah berlalu mana mungkin rain dan langit melupakan kejadian tersebut. Kejadian yang menghancurkan hubungan mereka. Hubungan pershabatan, persaudaraan, dan bahkan percintaan
Ah tidak, mereka bahkan belum masuk ke dalam tahap itu, mereka hanya saling melakukan kesalahan sehingga terpaksa harus menghadirkan rasa cinta dalam hati mereka masing-masing.

#flashback
"Aku pikir kamu bakal tanggungjawab. Aku pikir kamu bakal ngelakuin usaha yang sama kayak yang aku lakuin ke kamu"

Di halaman depan rumanya langit sedang menyesali perbuatannya. Tak mempedulikan derasnya hujan yang turun ia tetap berdiri kaku di depan rumahnya. Tangisnya tak bisa iya tahan, emosi dalam dirinya seakan menguasai seluruh panca indranya Matanya, tangannya, kakinya, telinganya dan bahkan hatinya pun ikut merasakan. Dua kalimat yang sedari tadi berdengung di telinganya membuat langit seolah tersadar bahwa ia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.

"Arghh, kenapa gue begini, kenapa harus jadi pengecut langit, lo bodoh bodoh bodohh langit, lo nyakitin dia, lo nyakitin Rain orang yang paling berharga hanya karna ketakutan lo, lo bodo lo bodoh banget" langit menangis, ia menyalahkan dirinya. Ini kali pertama bagi langit merasakan sakit karna harus kehilangan orang terdekatnya. "iyah gue bodoh banget" Saat ini langit bukan lagi pria perkasa dengan sejuta wibawa. Ia hanya manusia yang begitu kesakitan bila harus kehilangan hal berharga miliknya.
Empat tahun lalu menjadi dasar cerita ini ada.

#november rain

Segitu dulu yahh teman" 🙏🏼
Jangan lupa follow, comen dn ksh tanda bintang biar aku selalu semangat nulisya🙏🏼

NOVEMBER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang