3. Refleksi

521 59 20
                                    

Banyak hal yang jadi konsiderasi bagi dirimu kalau kamu sedang mempertimbangkan seseorang.

Perawakan mereka, tata bahasa mereka, mikroekspresi mereka. Segalanya masuk dalam aspek hal-hal yang kamu perhitungkan—kamu teliti saat menentukan nilai seseorang.

Terutama saat seseorang itu kemungkinan besar akan mengubah equilibrium di sekitarmu.

"Hanya ini?" Kamu menyesap Sprite dari kaleng di tanganmu, berdehem sambil lirikmu membaca sekilas isi file di tanganmu.

Raiden mengangguk, kamu memandang kepadanya yang juga menyerngitkan dahi sekilas sebelum perhatianmu kembali ke lembaran kertas di tanganmu.

Kalian berada di ruang tengah apartemen yang kalian tinggali berdua, duduk di sofa paling besar—masing-masing di sisi sofa yang berbeda.

"Agak... mengejutkan." Komentarmu ini tidak ditanggapi Raiden secara langsung, tapi kamu mendengar helaan nafas singkat darinya.

Hanagaki Takemichi adalah orang biasa. Berandal SMP biasa yang bermain jadi jagoan dengan teman-temannya. Biasa saja dalam pelajaran, payah dalam berkelahi. Tidak punya relasi apa-apa dengan geng lain, tidak punya koneksi dengan hal berbau illegal.

Kamu tidak habis pikir, sungguh.

"Kau ingat tidak bagaimana dia tadi?" Kamu buka mulut untuk bertanya, benakmu mengulang adegan Moebius yang mendatangi Toman dengan pasukan.

Pengecut sekali, sudah tau lebih tua malah mendatangi anak SMP secara berbondong-bondong. Percaya diri sekali, pula. Ujung-ujungnya kalah. Memalukan.

Benar. Kamu ada saat Kapten Divisi Ketiga, Hayashida Haruki yang beralias 'Pah-chin', ditangkap. Tidak dengan Ketua-mu dan yang lain, hanya memperhatikan dari luar.

Melihat Mikey bisa menyelesaikan masalah dengan mudah, kamu dan Raiden sama-sama memutuskan untuk tidak ikut campur. Kejadian penangkapan Pah-chin adalah sesuatu yang tidak kalian berdua duga, sebuah hal janggal yang membuatmu berhenti sejenak untuk memikirkan ulang segala yang sudah terjadi hari ini.

"Sangat yakin." Raiden menyeletuk, menyisip Pocari miliknya. "Terlalu yakin."

Bocah itu walau tau akan dihajar kalau mengutarakan isi pikirannya tetap melakukannya, berpegang teguh kepada ucapannya sendiri sampai Draken bahkan mau untuk paling tidak memikirkan dua kali aksi mereka menyikat Moebius.

"Ekspresinya juga..."

"Terlalu takut," Kamu memotong Raiden yang berbicara, meletakkan isi kehidupan seorang Hanagaki Takemichi yang tercatat rapi di atas lembaran HVS putih. "Bukan takut karena apa yang terjadi, tapi takut seakan-akan tau bahwa hal yang ia takuti akan terjadi."

Kalau Toman bertarung dengan Moebius, Toman akan hancur.

Begitu, kata bocah Hanagaki.

"Toman tidak mungkin hancur." Sebuah pernyataan terlontar dari bibirmu setelah jeda beberapa saat dengan kalimat terakhirmu tadi.

Raiden menyetujui dari sebelahmu di sofa apartemen kalian, "Tidak selama ada kita di sini."

"Tapi, kalimatnya..."

Padahal aku baru saja akrab dengan Mikey-kun dan Draken-kun.

Kenapa Hanagaki mengucapkan hal yang seperti itu? Seakan-akan sesuatu akan terjadi di antara Mikey dan Draken?

Seakan-akan dia sudah akan menduga memang ada yang akan terjadi.

Hanagaki Takemichi itu orang aneh. Dia bukan siapa-siapa sebelum tidak sengaja bertemu dengan Mikey ketika menggantikan temannya di tempat judi sabung orang dan dinyatakan sebagai teman Mikey.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HYPOCRITE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang