If I'm Never Letting You Go (Bagian Akhir)

10 0 0
                                    

Kita tidak pernah tahu tentang akhir
Tapi, takdir telah terukir
Hanya yang lapang yang akan menang
Hanya yang melawan yang tak akan tenang

***


Disepanjang jalan aku melihat-lihat ke atas menatap ranting-ranting pohon, daun-daun yang berjatuhan, awan yang tertiup angin, langit yang biru. Itulah sekarang yang aku lalui, setelah sejak lama aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Sesekali aku tersenyum kepada orang-orang yang aku temui di jalan. Senyum dengan amat tulus, tenang. Tapi tidak sesuai dengan isi hatiku, masih berantakan tak karuan, bertahun-tahun lamanya masih saja terasa ada yang mengganjal dalam diriku. Tertahan, tak pernah tersampaikan.

Tempat aku bekerja sudah mulai terlihat, aku yang sedang di perempatan jalan, menunggu lampu lalu lintas berwarna hijau berubah menjadi warnai merah, dan sesekali aku menoleh jam di tangan kiriku, sesekali melihat orang-orang yang berlalu lalang di trotoar seberang, dan melihat halte yang ada tepat di seberang ku, aku melihat ada seorang perempuan, dengan rambut terurai, baju blus putih cerah, dengan celana panjangnya berwarna cream, sangat cocok dengan dirinya. Perempuan itu berdiri, bergegas untuk siap-siap menyeberang.

Tapi heh, tetiba jantungku kembali berdetak kencang, setelah sekian Tahun berlalu. Tepatnya 10 Tahun setelah semua itu. Jantungku berdetak dengan kencang. Aku tahu siapa perempuan itu. Aku tahu dia. Aku sangat mengetahuinya. Mataku terus menatapnya. Seolah-olah tak percaya. Sedangkan perempuan disana. Mematung. Sama sepertiku sekarang. Matanya tajam seperti yang sering ia lakukan ketika sedang kesal kepadaku.
Aku terus menatapnya pun dia. Lalu Tring. Lampu telah berubah menjadi warna hijau, orang-orang telah berjalan, sedang aku masih berdiam pun dia.

"Tidak, aku harus berani." Bisikku dalam hati.
Aku mulai berjalan perlahan.

Juga di seberang sana perempuan itu berbisik didalam hatinya "Tidak, aku harus berani tidak seperti masa-masa itu yang selalu aku sembunyikan." Lalu berjalan perlahan juga.

Ya perempuan itu Hana. Hana Amita Kiran. 10 tahun lamanya aku tidak bertemu dengannya. 10 tahun cukup lama. Semenjak kelulusan. Semenjak pertemuan di kedai itu. Aku memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengannya. Karena saat di kedai itu, Hana membawa seseorang lelaki yang kemudian ia kenalkan kepadaku. Dan sejak saat itu aku membuat jarak hanya untuk menghormatinya. Dan saat kelulusan aku hanya menyapanya, basa-basi dan memberikan sedikit hadiah kecil, berupa kalung yang kemudian aku lihat kalung itu ada di lehernya sekarang. Pun Hana yang memberiku sebuah jam tangan yang sekarang ada di lengan kiriku.

Bukannya aku berhenti, aku malah melangkahkan kakiku terus. Juga dia melakukan hal yang sama. Setelah sampai aku diseberang aku menoleh kebelakang. Pun Hana. Aku masih tidak percaya, lampu lalu lintas berubah lagi menjadi warna hijau, mobil-motor kembali berlalu lalang. Pandanganku terhadap Hana terhalangi oleh mobil dan motor yang berlalu lalang. Dan Tring lampu lalu lintas berubah menjadi merah lagi. Hana tidak terlihat lagi di depanku, ia sudah tidak ada lagi.

"Kemana dia?" Gumamku. Lalu aku menoleh jam lagi. Sebentar lagi aku masuk kerja. Tapi, bodo amat  jika aku tak mengejarnya mungkin tidak ada kesempatan lagi. Aku bergegas dengan berlari. Mengejar Hana, entah kemana dia.

***

Sedang Hana terus berlari. "Aku memang masih pengecut." Ucap Hana. Terus berlari. Tujuannya lari terlebih dahulu. Namun Hana tidak tahu, kemana arahnya, karena sekarang tempat ini sudah banyak berubah. Tempat ini adalah kawasan dimana Zan tinggal. Hana pernah mengetahuinya tapi sekarang terlihat samar-samar karena banyak yang berubah.

Hana berhenti sejenak. Terlihat sebuah bangunan yang sekarang terlihat megah. "Hei, bukankah ini sekolah aku waktu SMA dulu? Wow sekarang banyak berubah megah sekali, gila." Ucap Hana takjub. Lupa bahwa dia sedang melarikan diri. Hana masuk ke sekolahnya dulu. Mengusap peluh di dahinya. Berjalan menyusuri sekitar. Pertama yang Hana pikirkan adalah kelasnya. Sebelum itu Hana berkunjung ke ruang Guru, untuk melihat-lihat. Lalu halaman sekitar dan menatap pohon-pohon rindang. Lalu menuju kelasnya. Hana telah sampai sekarang, tepat berada di depan kelasnya. Hana tidak tahu bahwa didalam kelas itu sudah ada yang menunggunya. Hana membuka pintu kelas perlahan.

World Of WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang