chapter 2

758 87 0
                                    

Lev's pov
'menarik' tak ku sangka akan bertemu omega seimut dia. Selama ini aku selalu dikejar kejar para omega jalang. Namun baru kali ini aku merasakan yang namanya penolakan.

Hidup selama 21 tahun sebagai alpha dominan tentu saja selalu diincar para omega. Apalagi kelas bawah. Selama ini aku selalu berganti ganti pasangan. Jika menarik akan aku kencani. Namun jika merasa sudah bosan pasti akan kucampakkan.

Begitulah kehidupanku sampai aku bertemu dengan pekerja minimarket manis itu. Awalnya aku ingin membuatnya tertarik padaku dengan selalu mampir ke minimarketnya.

Hanya saja kelihatannya omega itu tak tertarik padaku. Hingga saat dia mengatakan bahwa dirinya beta. Aku sedikit terkejut. Apa selama ini dia tak sadar dengan tubuhnya?

Aku tau kalau dia resesif. Dan mungkin saja dia tak bisa merespon pheromone alpha biasa. Mungkin itu penyebab ia tak terpengaruh. Namun, kufikir tak pernah kah ia terkena heat? Itu aneh.

.
.
.

Saat aku datang lagi besoknya. Bukan dia yang melayani di kasir. Kemana omega manis itu? Apa sekarang bukan jam kerjanya? Sial padahal aku ingin bertemu dengannya.

Saat aku menyusuri jalan aku bertemu dia. Keliatannya dia terkejut melihat wajahku. Kuhampiri dia namun dia malah lari.

"Tunggu omega!!!"

"Jangan dekat dekat dasar cabul!!!"

Aku berlari lebih cepat dan menyusulnya. Ku genggam tangannya. Kami pun berhenti. Saat ku lihat wajahnya dia sangat ketakutan. Tangannya gemetar.

"O-oii apa maumu cabul?!! Lepaskan aku!!"

"Tak bisakah kita bicara sebentar? Siapa namamu? Kau belum memberi tahuku"

Dia tak menjawab, badannya bergetar hebat. Nafasnya berderu. Aneh, kenapa dia. Tunggu dia seperti sedang heat? Tapi kenapa?

"Kau... Heat?"

"Aku tak tau... Hahh... Ini.. ini panas"

'apa itu karena aku?' bahkan aku hanya mengeluarkan sedikit pheromone. Mungkinkah aku bawa kerumah? Jangan,  nanti dia malah tambah membenciku.

"Hei, dimana rumah-" ketika aku akan melanjutkan perkataanku. Dia sudah terjatuh. Nafasnya semakin berat. Aroma manis menguar dari tubuhnya.

"Hahh maafkan aku, aku bawa saja kau kerumahku" aku mengangkatnya lalu menelfon supirku.

Aku memasukkannya kedalam mobil. Mukanya sungguh sangat merah. Bahkan dia semakin terlihat manis. Membuatku ingin menerkamnya.

'tahan lev.. tahan'

"Kenapa.. rasanya aneh... Bokongku basah..rasanya semakin... Panas"

"Tentu saja, itu karena kau sedang heat, itu hal yang wajar"

"Aku bukan... Hahh.... Omega... Tak mungkin... Aku heat!!"

"Dasar keras kepala, bahkan dikondisi begini masih bilang bukan omega"

.
.
.

Sampai dirumahku, kubaringkan dia diranjangku. Aku harus apa dengan omega di kamarku? Biasanya tentu saja aku bermain main.

"Aku mau mati saja"

Itu yang pertama kali keluar dari mulutnya saat menginjakkan kaki dirumahku. Astaga omega satu ini. Apa isi fikirannya.

"Apa maksudmu? Ini minum obat"

"Aku mau mati!! Aku mau mati!! Aku mau mati!!! Huaaaa...." Dia malah menangis.

"Oi oii jangan menangis ayolah!!"

Aku tak tau harus apa, pikiranku tiba tiba kosong. Bagaimana cara menenangkan omega ini?

"Minum obat ini, setelahnya kamu akan membaik. Setelah itu pergilah mandi. Akan aku siapkan baju ganti. Pasti kamu tak nyaman dengan bokongmu yang basah. Sudah berhentilah menangis. Aku tak akan melakukan apapun padamu."

Akhirnya dia diam dan menurutiku. Nafasnya masih berat. Lama lama aku tak tega melihatnya. Suara isakan masih terdengar. Pasti berat selama bertahun-tahun jadi beta, tiba tiba jadi omega dalam semalam.

.
.
.

Setelah keluar dari kamar mandi dia langsung berbaring diranjang. Tentu saja masa heat akan terjadi semalaman. Apalagi jika tak bersama pasangan. Pasti berat.

Namun dia tetap memaksa untuk tidur. Jika aku membantu heatnya. Aku tak akan membayangkan besoknya pasti dia akan sangat membenciku.

Sungguh, ini pertama kalinya aku menahan hasratku untuk tak menerkam omega. Padahal selama ini, dikamar ini aku selalu bermain main dengan omega.

Aku keluar dan menutup pintu kamar. Kupikir malam ini aku tidur di sofa saja.

.
.
.

Besoknya dia kelihatan sudah membaik. Ya sangat baik sampai mampu berteriak sangat kencang.

"DIMANA AKU!!!!"

"tenanglah omega!! Kau dirumahku"

Dia terkejut saat aku membuka pintu kamar lalu bersembunyi dibalik selimut.

"K-k-k-kenapa? Kenapa aku dirumahmu? Apa yang kau lakukan cabul??!!!"

"Apa-apaan sikapmu pada orang yang telah membantumu? Kemarin kau terkena heat. Lalu aku membawamu kesini. Dan juga aku lev! Haiba lev!! Jangan panggil aku cabul"

"Heat? Sial ternyata yang dikatakan dokter itu benar"

"Jadi kau memeriksanya? Ahahahaa sudah kubilangkan kau itu omega"

'Lagipula itu semua karena bertemu denganmu, sialan si cabul ini' walau dia berbisik aku masih bisa mendengarnya.

"Aku lev... Haiba lev. Sudah ayo keluar kita sarapan. Kau pasti laparkan?"

Dia menurut dan berjalan keluar. Aku baru sadar dia hanya memakai baju kaos yang aku berikan semalam. Pastinya celananya tidak akan muat. Melihatnya memakai baju kebesaran membuat dia terlihat semakin manis

'sial' batinku

alpha brengsek!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang