Bab 5

1.4K 157 5
                                    

Diana dan Tuan Muda Benjamin sampai di depan sekolah Bella tepat pada waktunya. Namun, untuk benar-benar sampai di sana, mereka harus menyebrang jalan dan menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

Diana dan Tuan Muda Benjamin tidak mengatakan apa-apa. Mereka berdua kompak menutup rapat-rapat mulut mereka dengan pikiran masing-masing di dalam pikiran mereka.

Tuan Muda Benjamin menatap lurus ke depan, di seberang jalan di depan gerbang sekolah Bunga Dandelion para orang tua nampak turun dari mobil dan menyambut anak-anak mereka dengan antusias, mereka memeluk dan mencium anaknya dan tertawa mengusap kepala anak mereka. Haruskah dia melakukan hal yang sama pada Bella nanti saat bertemu?

Tapi hubungan mereka belum terlalu dekat, bahkan pertemuan pertama mereka tidak berjalan dengan baik dan ini adalah pertemuan kedua mereka, kepala Tuan Muda Benjamin benar-benar dipenuhi dengan benang kusut, jika itu menyangkut angka dan diagram perusahan yang naik turun Tuan Muda Benjamin bisa mengatasi itu dengan mudah seperti seorang yang sangat ahli dan selalu tahu dengan tepat apa yang harus dia lakukan, tapi kenapa dia justru sangat bingung dan hanya bertemu dengan jalan buntu saat menghadapi anaknya yang selama ini dia bahkan tidak tahu bahwa anak itu ada.

Lampu berubah menjadi hijau, pejalan kaki yang bergerak maju dan menyenggol bahu Tuan Muda Benjamin menyadarkannya dari lamunannya, dia segera menurunkan pandangannya ke samping untuk melihat Diana, tapi Diana tidak ada di sana, sebaliknya wanita bertubuh subur itu sudah berlari dengan buru-buru menyebrang jalan.

Melihatnya berlari begitu cepat, Tuan Muda Benjamin menyipitkan matanya berpikir apa wanita itu tiba-tiba berubah pikiran dan akan membawa kabur Bella? Tidak, dia tidak akan membiarkannya, meskipun selama bertahun-tahun dia tidak pernah tahu bahwa dia ternyata memiliki seorang putri, tidak peduli jika orang lain merawat putrinya dengan baik, Tuan Muda Benjamin ini akan tetap mengambil putrinya karena itu adalah miliknya dan tidak akan membiarkan orang itu mengambilnya lagi darinya.

Dengan itu, Tuan Muda Benjamin berlari dengan mudah tidak peduli pada tatapan kagum beberapa gadis dan wanita yang berpapasan dengannya, dia terus berlari mengejar Diana yang sepertinya sedang menuju suatu tempat.

"Bella!" Diana berteriak dengan buru-buru mendekati anaknya yang dikerumuni oleh beberapa wanita paruhbaya.

Bella yang sebelumnya berwajah sedih dan murung saat melihat Diana segera menjadi cerah dan berteriak, "Mama." Dia berlari dan meraih tangan Bella, menggenggamnya erat.

Para wanita paruh baya dan ibu muda menatap ibu dan anak bertubuh subur Diana dan Bella.

"Oh jadi kamu adalah ibunya?" Salah satu Ibu mengajukan pertanyaan dengan nada skeptis.

Diana menatap empat wanita dengan anak-anak mereka, salah satu anak mereka menangis memegangi sikunya dan ibunya tidak berhenti mengusap kepala anak itu, dan ibu itu juga yang memberikan tatapan paling tajam seakan ingin menusuk Diana dengan tatapannya yang dipenuhi dengan amarah.

"Maaf, tapi apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Diana bertanya dengan sopan meskipun dia menyadari sesuatu yang tidak beres pasti sedang terjadi saat melihat Bella yang selalu ceria bersikap murung.

"Apa yang terjadi?" Tanya ibu si anak sambil melotot. "Tanyakan pada anak gendutmu apa yang terjadi, kenapa dia mendorong putraku hingga jatuh dan terluka, apa kamu mengajarinya untuk bersikap sopan dan santun?"

Diana terdiam mengerutkan alisnya, dia masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa ibu itu sangat marah. Jadi, satu-satunya cara untuk mengetahui permasalahannya adalah dengan bertanya pada Bella tentang apa yang terjadi karena putrinya tidak mungkin seperti yang ibu itu katakan.

Anak Tuan Muda Benjamin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang