Bab 3

1.5K 163 0
                                    

"Tolong pikirkan hal ini dengan baik, Nona Diana. Bella berhak mengetahui siapa dia sebenarnya dan dia berhak mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan."

Kata-kata itu berputar berulang-ulang di telinganya dan membuat Diana semakin marah. Dosa apa yang telah dia perbuat sehingga dia harus berurusan dengan keluarga Benjamin, salah satu konglomerat di Negara mereka, pemilik  Benjamin Group yang terkenal hingga ke pelosok negeri, pantas saja rumah orang itu bisa lebih mewah dari istana Presiden.

"Ma, kenapa bibir Mama manyun-manyun seperti itu?" 

Bella yang duduk di sampingnya menarik lengan bajunya dan bertanya dengan wajah menggemaskan itu, membuat hati siapapun yang melihatnya meleleh pada betapa menggemaskannya anak ini, dan orang lain sebenarnya datang mengaku-ngaku sebagai Ayahnya, tidak cukup sampai di situ orang kaya yang gila itu bahkan juga ingin mengambil anak menggemaskan ini darinya.

Diana tidak akan membiarkannya.

Diana memaksa senyum dan menggelengkan kepalanya, akan menjawab saat Bella tiba-tiba berkata lebih dulu. 

"Ngomong-ngomong, tadi itu rumah siapa, Ma. Rumahnya besar sekali, orang-orangnya juga baik mereka kasih Bella banyak makanan enak untuk makan malam, ada ayam goren, udang, keju, kue, ikan, spageti, sayur, buah, es krim, permen, ciki-ciki, nugget." Bella berkata seperti sedang melaporkan apa yang dia lihat di kediaman Benjamin sambil menghitung jarinya dan mencoba untuk mengingat apa saja nama makanan yang tergeletak di meja, "Mereka bilang Bella bisa makan semua yang ada di meja, mereka bilang itu untuk Bella, milik Bella, tapi Bella nggak mau makan kalau nggak sama Mama."

Selesai mengatakan hal itu Bella mengusap perutnya dan segera suara gemuruh di dalam perut Bella terdengar.

Oh, astaga. Diana baru saja ingat bahwa sebelum mereka diculik, mereka berencana pergi untuk makan malam dan karena diculik, putrinya yang gembul menggemaskan belum makan apa-apa sejak sore hingga saat ini dan kelaparan.

Diana kembali tersenyum, "Anak baik," katanya sambil menunjukkan dua jempolnya pada Bella. "Jangan pernah makan makanan dari orang asing, oke?"

Bella mengangguk. "Oke Mama, Bella akan dengerin Mama, tapi sekarang Bella lapar, Bella ingin makan," kata anak gemuk berambut curly itu dan membuat Diana tertawa di luar tapi merasa bersalah di dalam karena membuat anak perempuannya kelaparan.

Setelah itu Diana membawa Diana ke restoran cepat saji untuk makan malam, sesuai dengan janjinya mereka makan ayam goreng tepung krispi dan Bella yang hobinya kunyah-kunya itu menghabiskan dua potong dada mentok untuk dirinya sendiri dan satu gelas minuman bersoda.

Selesai makan, mereka kembali ke kediamannya dan Diana tahu bahwa sejak mereka pergi dari kediaman Benjamin, orang-orang Benjamin mengikutinya karena sebelumnya mereka mencoba menawarkan tumpangan untuknya, tapi ditolak mentah-mentah olehnya.

Melihat orang-orang itu masih mengikuti Diana, Diana mencoba untuk tidak peduli karena bagaimanapun keluarga Benjamin yang kaya raya itu pasti sudah mengetahui alamat rumahnya, jadi Diana hanya buru-buru membawa Diana masuk ke dalam gedung apartemennya dan tidak membiarkan para pria berjas hitam itu mengganggunya.

"Tante Yara!" seru Bella saat pertama kali masuk ke dalam rumah.

Seorang gadis bertubuh kurus berdiri di sana dengan kedua tangan ditekuk ke pinggang.

"Siapa orang-orang yang ngikutin kakak tadi? Kakak terlibat sama lintah darat terus nggak bisa bayar hutang?" tanya gadis itu, Yara adik Diana.

Diana menatapnya dengan kesal, jika tidak ada Bella dia pasti sudah melempar sandal ke wajah adiknya dan memukulinya, anak pengadu ini.

"Ngapain kamu ke sini?" Tanya Diana malas.

Anak Tuan Muda Benjamin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang