E m p a t

19 2 0
                                    

“Lo harus ikut gue!” kata Nathan dengan penuh penekanan. Dari nada bicaranya juga terlihat kalau Nathan sedang menahan amarah.

Ini orang juga aneh banget deh. Kemarin kemarin aja sikapnya berubah, kaya ngga kenal sama aku gitu. Terus sekarang tiba tiba malah nyeret nyeret anak orang seenak jidatnya. Untung Nathan ganteng kalo engga udah aku tabok beneran deh tuh muka.

“Aduh pelanan bisa kali Nat, tangan gue sakit nih.” Kataku meringis kesakitan karena genggaman tangan Nathan yang terlalu kuat. Nathan berhenti sebentar dan langsung melepaskan cengkraman tangannya dari tanganku.

Sorry Mik tapi kita harus cepet.” Aku hanya mengangguk sambil terus mengikuti langkahnya.

“Emang mau kemana sih Nat? Kalo ngga terlalu penting gue mau ke perpus aja deh, gue belum ngerjain tugas yang kemarin soalnya.”

Aku segera merutuki tindakanku karena mengatakan kata kata yang salah karena setelah mengatakannya Nathan langsung memandangku dengan pandangan yang sulit kuartikan tapi sepertinya dia sangat kesal dan juga …. marah.

“Lo.Harus.Ikut.Gue.Sekarang.” kata Nathan dengan setiap kata yang penuh penekanan. Aku hanya menunduk dan mengangguk kecil. Dan setelahnya Nathan berbalik dan berjalan kembali.

Dan disinilah aku sekarang. Di taman sekolah. Taman ini memang terletak di belakang sekolah dan hanya sedikit siswa yang mengunjungi tempat ini.

Ngapain coba Nathan bawa aku ke tempat yang beginian. Ingin sekali aku bertanya tapi mulutku masih bungkam karena aku takut kalau Nathan marah.

“Sekarang coba lo lihat orang yang duduk dikursi taman itu.” Aku sempat kaget karena Nathan yang berkata tiba tiba. Tapi tetap saja aku menuruti apa yang dikatakan Nathan.

Dan coba tebak apa yang aku lihat? Aku melihat Kak Raka yang sedang memberikan bunga kepada seseorang. Sepertinya aku kenal orang itu. Astaga.

Mataku melotot sempurna ketika menyadari kalau orang itu adalah Rona yang notabene adalah PACAR Nathan. Nagapain juga Kak Raka ngasih bunga ke tuh cewek. Ehh tunggu, bukannya Kak Raka bilang kalo kemaren dia mau nembak cewek pake bunga? Astaga jangan bilang kalo….

“Kak Raka nembak Rona Nat?” kataku dengan nada tak percaya.

“Menurut lo aja deh. Kakak lo itu kudet atau apa sih, masak ngga tau kalo Rona udah punya pacar.” Kata Nathan sewot yang membuatku meliriknya.

“Hlah, bukannya yang tau hubungan lo sama Rona itu aku doang ya Nat? Wajarlah kalo Kak Raka ngga tau.” Kataku yang kembali melihat Kak Raka dan Rona yang sedang tertawa.

Emang Nathan waktu itu pernah ngomong kalo aku doang yang tau tentang hubungan mereka. Karena si Rona nya ngga mau kalo orang lain tau tentang hubugan mereka.

Maksudnya apa coba? Anehkan? Punya pacar ganteng gitu kok malah disembunyiin. Ini apaan lagi deh. Oke berhenti nyebut kalo Nathan itu ganteng. Meskipun kenyataannya emang gitu sih.

“Jadi lo mbela lebih Kakak lo?!” kata Nathan marah. Waduh Mikha, lo salah ngomong lagi deh kayaknya. Haduh, harus gimana nih.

“Bu-bukan gitu Nat maksud gue. Tapi--- Loh Nat Nat Nat Nathan! Lo mau kemana? Tungguin gue.” Kemudian aku menyusul Nathan yang telah berjalan ke arah dimana Kak Raka dan Rona mengobrol, sepertinya serius karena aku bisa melihat raut wajah Kak Raka.

Haduh, jangan bilang kalo Kak Raka lagi nembak Rona. Bisa terjadi perang saudara nih. Haduh gawat. Mama!! Mikha harus gimana? Haduh binggung. Apa aku harus teriak aja ya? Huaaaa

Bugh

Satu bogem mentah melucur mulus ke rahang Kak Raka yang sedang menatap Nathan dengan pandangan binggung. Aku yang melihatnya langsung berlari ke samping Kak Raka. Ya ampun ngga tega deh liat Kak Raka kaya gini.

“Lo kenapa sih Nat? Kenapa lo tiba tiba mukul gue?” tanya Kak Raka masih dengan pandangan binggung dan mengusap usap rahangnya.

Sorry.” Kata Nathan yang langsung ngacir pergi gitu aja tanpa memperdulikan pandangan binggung dari Kak Raka dan pandangan kaget dari Rona.

“Dia kenapa sih Dek?” aku hanya mengedikan bahu dan melirik ke arah Rona yang sedang menatapku dengan tatapan kesal. Ihh tuh orang kenapa lagi ngeliatnya gitu banget.

***

Sudah seminggu berlalu setelah kejadian di taman sekolah. Hubunganku dengan Nathan masih sama saja. Malah sekarang lebih parah.

Bayangkan saat aku tersenyum melihatnya dia malah memalingkan wajahnya, pura pura tidak melihatku lalu saat aku menyapa dia saat berpapasan dengannya dia malah diam saja seolah tidak ada orang yang sedang berbicara dengannya. Nyebelih bangetkan? Emang.

Hubungan Nathan sama Kak Raka juga makin memburuk. Kemarin saja saat aku tak sengaja melihat Kak Raka yang sedang akan memboncengkan seorang cewek yang ternyata Rona dengan tiba tiba Nathan kembali melayangkan satu pukulan kerahang kiri Kak Raka.

Tapi berbeda dengan waktu di taman, sewaktu di taman Kak Raka tidak membalas pukulan Nathan dan menatapnya dengan ekspresi binggung. Tapi kemarin, aku tak menyangka kalau Kak Raka akan mebalas pukulan Nathan. Dan akhirnya mereka rusuh.

Sebagai adik dan juga sahabat aku tidak tahan untuk tidak melerai mereka. Tapi tanpa diduga satu pukulan mengenai sudut bibirku yang langsung membuatnya mengeluarkan cairan darah saat aku mencoba melerai mereka. Dan ternyata pukulan itu dari Nathan.

Sumpah ya ini sakit banget dan ini pertama kali aku kena pukul gini apa lagi yang pertama kali melakukannya adalah Nathan. Nathan pemirsa. Aku tegaskan sekali lagi. Seorang NATHAN yang memukulku untuk yang pertama kalinya seumur hidupku.

Nathan yang jelas jelas anak baik – baik. Nathan yang kadang suka melucu saat aku ngambek meskipun leluconnya gaje dan ngga banget tapi akhirnya sukses membuatku tertawa terpingkal pingkal. Nathan yang biasanya memperlakukanku dengan lembut sekarang bertransformasi menjadi seorang Nathan yang brutal bahkan sekarang dia memukulku. Meskipun tidak sengaja sih.

Nathan hanya melotot kaget saat mengetahui kalu pukulannya mengenaiku. Dia melihatku dengan tatapan sedih, hampa, dan menyesal. Saat dia akan menagatakan sesuatu padaku, Kak Raka memotongnya dengan suara seperti orang yang kesal dan marah. Tapi aku tidak mendengar apa yang Kak Raka katakan karena aku terus menatap mata Nathan dengan lekat, begitu juga dengan Nathan. Dan setelah itu Kak Raka menyeretku ke arah motornya dan langsung melajukan motornya seperti orang kesetanan. Sepertinya Kak Raka benar benar kesal.

Dan disinilah aku sekarang. Aku sedang berada di kantin menikmati waktu istirahat pertamaku dengan semangkuk bakso didepanku. Tapi aku menatapnya dengan tidak nafsu.

Biasanya kalau begini Nathan yang akan membujukku untuk makan. Tapi sekarang siapa yang akan membujukku makan? Hueee kangen sama Nathan. Hiks.

“Makanan itu dimakan, ngga baik kalo cuma diplototin terus kaya gitu. Kalo lo ngga mau bisa buat gue kok. Hehehe.” Kata seseorang memecahkan lamunanku.

Aku hanya mendongak dan melihatnya dengan muka ditekuk. Ini orang siapa deh nganggu orang banget sih. Ngga tau apa aku lagu nggalauin Nathan. Sebel deh.

“Yaelah malah nglamun lagi. Aku makan beneran nih.” Hah? Apa? Aku nglamun? Ya ampun Mikha ngga sopan banget deh nglamun didepan muka orang.

“Hehe, maaf. Eh, tapi lo siapa ya? Kayaknya gue baru liat lo sekarang.” Kataku sambil melihatnya.

Memang dia terasa tidak familiar bagiku. Meskipun aku ngga kenal kenal banget sama seluruh siswa di sekolah ini. Tapi serius baru kali pertama aku melihat cowok kebule bulean yang sedang duduk di depanku.

Dia pakai kacamata sepertiku. Wajahnya putih bersih. Tubuhnya tegap. Dan dia lumayan ganteng. Aku bisa bilang kalo dia ganteng waktu dia melepas kacamatanya. Waktu dia pake kacamata sih dia biasa aja malah lebih terlihat cupu kaya anak anak nerd gitu deh. Iya, sebelas dua belas sama aku gitu.

“Hehe, gue emang murid baru di sekolah ini. Kenalin nama gue Finn.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum manis.

“Mikha.” Jawabku setelah menerima uluran tangannya dan tak lupa aku juga tersenyum yang menurutku cukup manis.

“Gue harap kita bisa jadi teman baik ya, Mikha.” Katanya sambil tersenyum. Ya ampun senyumnya manis banget sih. Sumpah. Senyumnya itu kaya sihir yang bisa membuat orang yang melihatnya ikut tersenyum juga. Gila manis banget tuh orang.

GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang