September(III)
Warn!! It'll be many song lyrics for this chapter. You can skip this chapter if You want.
Sayonara(Andela),
Sedihnya. Gadis itu dibuat bingung dengan kepergian tiba-tiba dari seorang peri yang menyandang gelar calon raja—Malleus Draconia.
Dalam kebingungan yang menerjang kalbu, latar kembali berubah menjadi hutan yang ditimpa temaram pekat dengan langit penuh gemintang. Dalam heningnya malam dengan absennya suara binatang saat nestapa mulai memenuhi pikiran dengan sesuatu yang hirap.
Kiri no mori wo nukete,
Kimi wa doko e yuku,
Hitotsu dake te wo futte,
Asu e satteyuku,
(Andela),Perjalanannya terhenti seiring dengan lagu dongeng yang dibawakan olehnya. Di bawah sebuah pohon rindang yang mampu menyembunyikan lara saat chandra mulai menjadi penerang di atas bumantara malam. Suara perkusi mulai berhenti mengiringi perjalanan sang gadis saat punggunya telah bersandar. Membiarkan emosi menguasai diri hingga terlelap dengan sendirinya.
Perlahan, sinar jingga mulai mewarna dengan sendiri. Gambaran arunika mulai terlihat dengan padang rumput kering. Iris biru mulai terbuka, silau menimpa kening saat membiasakan diri dengan pemandangan yang mulai berganti hari.
Suara menguap malas mulai terdengar dengan derap langkah yang gadis itu sadari mulai mendekat. Namun sayang, begitu sang gadis hendak mencari tahu darimana presensi orang lain selain dirinya, kakinya tidak lagi mampu bergerak.
Tangannya sudah disambut oleh helai sang pangeran yang sudah menjadikan pahanya sebagai bantal pribadi. Iris birunya menyipit, mencoba mengingat siapa yang tiduran di atas pangkuannya. Ia membawa segera tangannya pada telinga mungil si tamu sebelum suara mengaduh terdengar,
"Ini gak ada nih." Ucap Andela,
"Apanya?" tanya sang pangeran,
"Ini!!" sahutnya mantap, "Kakak tiduran, di naskah gak ada tau."
Leona menguap malas. Iris hijau mulai terbuka ke arah penonton di sana.
"Ada..." katanya, "Kau saja yang tidak ingat."
Kening Andela mengernyit. Netra biru bergelombang melakukan kontak dengan senior Ruggie-nya dan Jack yang melambaikan tangan sambil menggerakkan bibir tanpa suara namun terdengar suara bisikan yang cukup jelas ditangkap oleh sang gadis yang menjadi tokoh utamanya malam ini,
"Tidak ada!! Tidak ada!! Usir dia!!"
"Apa? Usir?"
Gelak tawa kembali terdengar,
"Em, kakak. Mau denger tebak-tebakan gak?"
"Denger aja kan? Gak dijawab."
"Jawab lah."
Terdengar sebuah decakan malas dari Leona,
"Yasudah, apa?"
Tanpa Leona lihat, si pangeran itu sangat tahu jika gadisnya sedang memasang raut wajah seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permen dengan binar baru yang nampak dari iris birunya yang terpantul.
Andela berdehem,
Vil pada kursi penonton, ikut berdehem. Kesel kayaknya ada naskah tiduran yang nyatanya fit dengan scene Leona dan pupilnya.
Malleus berdehem, dia juga mau tiduran pada bocahnya.
Riddle tak mau ketinggalan, katanya biar rame.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie
FanfictionSebuah cerita ringan yang datang dari seorang anak tersasar, ditemani dua teman sekelasnya yang protektif, tak jarang juga anak tersasar itu bisa menyelesaikan masalah yang ada. Entah karena niat membantu, atau memang tidak tahan berlama-lama hidup...