Andela's Personal Story,

83 19 28
                                    

A Good Will, with Hopefull Lantern and Firework.

Suara burung berciut menembus hima memasuki gendang telinga yang membuat atma terasa tentram pada pagi hari yang damai sejuk dirasa.

"Aduh—

"Ih ih—ke-kenapa si Del!?"

Tiga pelajar. Dua pemuda dan satu orang pemudi berjalanl ditengahnya, kini tengah gencar menyeruduk dua pemuda pada sisi kiri kanannya secara bergantian. Ace diseruduk punggungnya, sedang untuk Deuce pada perutnya. Mereka berdua mulai paham pola Andela jika menginginkan sesuatu,

"Del—yaampun. Iya bilang, mau kemana mau kemana?" ujar Deuce yang nampak tidak begitu nyaman dengan serudukan yang didapatnya.

"Apaan si jus!!" sangkal Ace mantap tanpa keraguan, "Jangan dimanjain mulu si Dela!!"

Deuce bengong menatap temannya yang kini mengalihkan pandangan pada seorang gadis,

"Mau apaan, Del?"

"Sama aja, Samsul!" protes Deuce, dengan piawai tangannya menabok Ace.

"Kan kita sekolah, kakak!!" tanggap Andela sedikit kesal.

"Y—ya kenapa kau menyeruduk kami begitu jika tahu sekolah?" celetuk Ace,

"Ace!!" sangkal Deuce,

Tidak didengarkan. Andela menggunakan kepalanya untuk tetap menyeruduk dua teman sejawatnya yang masih memutar otak terhadap apa yang tengah dialami oleh masing-masing pribadi. Yaitu serudukan tanpa henti bahkan ketika ketiganya sudah sampai di kelas.

Tidak biasanya Andela tidak sumringah untuk mengikuti pelajaran sejarah. Terkait sihir-pun, Andela biasa menulis dengan tinta hitam dan pena bulu angsa putih yang akan menari di atas catatannya dengan tulisan tegak bersambung. Tak lupa dengan hari dan tanggal yang selalu ia tulis pada pojok kiri atas sebelum memulai catatannya.

Namun iris peacock green kepunyaan Deuce melirik-lirik khawatir pada seorang gadis yang hanya membentuk origami ke wujud burung bangau. Sementara Ace malah ikut membuat hal yang sama. Namun bedanya, yang Ace bentuk kali ini adalah kodok.

Pada akhirnya, Andela tetap mengikuti pelajaran dengan baik walau setengah hati. Sepanjang koridor, hanya keheningan yang dihantam dengan suara sol sepatu bertemu lantai kampus.

"Mau apa?" tanya Deuce sekali lagi.

Andela mendengus kasar, sambil menggembungkan pipi.

Percayalah, bagi Adeuce jika teman perempuan mereka merajuk tanpa sebab yang jelas, ada sebuah sisi manis lain yang dimiliki olehnya.

"Mau menerbangkan lampion...."

"Lampion?"

Camaraderie

"Andela di mana, abang-abang?"

Begitulah sekiranya pertanyaan Deuce yang baru saja tiba dengan Ace di bawah bumantara malam yang menimpa semua orang dengan cerah dengan lintang yang nampak bersinar memberikan kesan kelap kelip,

"Biasa..," timpal Ruggie yang menyuap donat ke dalam mulutnya, "Di monopoli orang-orang yang di dalem."

"Bisa gitu." kata Ace,

"Itu bisa, bang." ini datang dari Epel, yang ikut mengunyah buah apel ke dalam mulut kecilnya.

Diluar, yang merasa engap dengan kehadiran banyak orang di dalam asrama yang tengah penuh suka cita malam ini adalah, Ruggie Bucchie, Jack Howl, Epel Felmier, Rook Hunt, dan Cater Diamond.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang