Misi, 3

689 105 2
                                    

Kalau suka sama cerita ini, tolong voment nya boleh?
Hope you enjoy, and have a nice day♡
Happy reading..

🌕

Pagi hari Senin adalah salah satu hari yang mengerikan bagi sebagian orang, dan sebagian orang itu termasuk untuk Athaar.

Tidak memungkiri bahwa dirinya juga sangat malas menjalankan aktivitas di awal minggunya. Banyak praktek di sela-sela kesibukkannya yang lain. Athaar memang anak teladan, tapi ia juga tentu saja memiliki titik jenuhnya sendiri.

Bangun, kuliah, pulang.
Bangun, kuliah, rapat kepanitiaan, pulang.
Bangun, kuliah, ke rumah sakit, pulang.
Bangun, kuliah, nongkrong, pulang.

Untuk nongkrong dan rapat kepanitiaan, biasanya Athaar harus dipaksa oleh Jeden atau anak bangtan yang lain. Terlampau sulit kadang untuk mengajak lelaki tampan tersebut keluar rumah.

Contohnya seperti sekarang, handphonenya sudah berdering sebanyak dua puluh delapan kali dengan satu nama yang tertera di layar pipih tersebut, Jevran. Setiap handphonenya berbunyi, Athaar mendiamkannya begitu saja tanpa menolak ataupun menjawabnya. Lagipula sudah bisa Athaar tebak, Jevran menghubungi hanya untuk memaksa dia agar ikut serta dalam kepanitiaan acara yang akan terselenggara akhir tahun ini. Sudah banyak yang membujuk Athaar untuk ikut serta dalam acara tersebut, mulai dari Raymond sang ketua penanggung jawab, sampai Jeden si humas. Semua ia tolak, mau berharap apalagi Jevran pada Athaar?

BRAAK-

"BANG! ITU ANGKAT DULU KENAPA SIH TELFONNYA?!" Iya, Yoel memaksa masuk ke kamar sang kakak hanya karena panggilan ke-29 dari Jevran. Telinga laki-laki yang lebih muda itu sudah pengang mendengar puluhan panggilan yang tidak dijawab oleh sang kakak.

Sedangkan yang ditelfon memilih cuek dan berjalan begitu saja melewati adiknya.
"Angkat aja kalau mau jawab."

Yoel mematung, "Udah gila."

"Buruan turun. Abang antar aja hari ini." Yoel menyahut setuju, kemudian menuju kamarnya untuk melapisi kaos putih polosnya dengan kemeja seragam. Yoel sudah mandi sedari subuh tadi, dan itu kebiasaannya dari dulu. Begitu juga dengan Athaar.

🌕

Yoel turun dari mobil sang kakak dengan muka tertekuk. Satu tali tasnya ia selempang pada bahu kanan, dan ditangan satunya bisa terlihat sebuah dasi yang belum terbentuk.

Berjalan gontai menuju kelasnya di lantai tiga membuat bibirnya ikut mengerucut menemani wajahnya yang sudah kusut. Sering kali Yoel bertanya-tanya, kenapa juga kelas 12 itu terletak di lantai tiga? Padahal 'kan anak kelas 12 sudah banyak yang menjadi remaja jompo. Yah, sebenarnya pertanyaan itu sudah terjawab dari jauh-jauh hari. Katanya kelas 12 diletakkan di lantai paling atas agar tidak terganggu dengan segala macam kegiatan yang ada di lantai dasar, mewajibkan siswanya untuk fokus pada ujian akhir.

Tapi namanya juga Yoel, tentu saja dia tidak terima. Segala pemikiran bantahan ada di dalam kepalanya sejak dahulu, tetapi belum terucap saja.

"WOEE! LEMES AMAT LEMES!? " Baskara yang tiba-tiba merangkul bahu Yoel dari belakang membuat si empu sedikit terhuyung. Tentu saja setelah itu Baskara mendapat pelototan tajam dari Yoel.

"Penangkaran cewek lo berkurang atau dimusuhin Bang Athaar?" Pertanyaan dari sisi kanan Yoel mengalun. Satya, sebagai penanya membuat Yoel menoleh.

Saat ini posisi Yoel berada ditengah antara Baskara dan Satya, menyusuri sepanjang koridor kelas 12 membuat 3 manusia tampan itu menjadi tontonan cuci mata gratis untuk para gadis.

MISI, MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang