Misi, 4

303 53 2
                                    

Hope you enjoy, and have a nice day♡
Happy reading..

🌕

"Halo?" Terdengar jawaban lain di seberang sana bersamaan dengan Athaar melangkah keluar dari ruang kelas. Tersenyum selama berpapasan dengan beberapa mahasiswa lain yang akan menempati ruangan ini. Athaar dengan varsity biru dongker, jam tangan di pergelangan tangan kiri, dan snelli yang ia tenteng di tangan kanan semakin terlihat menawan di mata gadis.

Mengalihkan handphonenya yang tersambung dalam panggilan ke tangan yang kosong, Athaar berjalan tergesa.

"Ma maaf, kayaknya Athaar agak telat jemputnya. Jam segini baru kelar kelas."

Melompati beberapa genangan air di halaman fakultas menuju dimana mobilnya terparkir. Siang sampai sore hari ini hujan turun dengan derasnya dan untungnya hujan itu berhenti tepat saat Athaar pulang, menyisakan petrikor yang memenuhi indra penciuman pemuda Desember ini.

"Oh gitu. Yaudah, kalau gitu Athaar mampir beli makan sekalian ya, Ma."

"Iya nggak ngebut. Mama tunggu bentar jangan kemana-mana."

Beep- beep.

Menyalakan mobil sembari menunggu mesinnya panas dan siap digunakan. Ia melihat kondisi mobilnya,

Yah,

Berantakan.

Jok belakang penuh dengan map berwarna-warni, satu bantal leher berwarna kuning, kotak sepatu kosong yang entah dimana isinya. Seingat Athaar sepatu yang itu lagi bersama Jeden.

Lelaki itu bilang jika hari itu ia diharuskan menggunakan sepatu putih, dan dengan santainya ia menghampiri Athaar dan meminta kunci mobil. Saat itu jelas Athaar tidak mengerti untuk apa sobatnya itu meminta kunci mobilnya karena dua hari berlalu tidak ada perubahan yang Athaar sadari, ternyata setelah diteliti lagi sepasang sepatu putih berceklis milik Athaar sudah tidak ada.

Athaar menggeleng mengingat semua kelakuan Jeden. Dan ia baru menyadari ternyata bukan hanya jok belakang saja yang berantakan, jok penumpang disebelahnya juga tidak ingin kalah.

2 buah kabel charger, 1 powerbank yang entah masih ada baterainya atau tidak, uang receh disisi pintu yang setiap polisi tidur ramainya minta ampun, kertas sisa fotocopy-an kemarin lusa beserta seperangkat alat tulis yang tercecer hingga karpet dibawah dashboard.

Huh, untungnya bukan sampah makanan atau apapun yang bisa mengalami pembusukkan. Jika seperti itu ada di dalam mobilnya, sudah dipastikan hidupnya ada diujung tanduk. Sekali ketahuan sang mama, terus saja diungkit sampai mati.

Sore itu berujung dengan Athaar merapikan mobilnya sebelum melaju menjemput ibunda ratu.

🌕

Seorang gadis mengerjapkan matanya perlahan, ruang dengan dinding putih beratapkan warna yang sama menyambut retinanya.

Rumah sakit?

Atau menyusul papi?

Oh mana mungkin. Kepalanya masih merasakan sakit, jadi dirinya masih di dunia keras ini.

Gadis itu melihat sekeliling setelah asik berbicara dengan pikirannya. Err, dan cukup terkejut saat maniknya bersitatap dengan manik teduh diujung ruangan.

Itu manusia, mana mungkin hantu. Berpikirlah yang benar Jeaneth.

Manik teduh milik seseorang itu mendekat menuju bangsal yang menampung dirinya. "Sudah bangun? Apa ada yang sakit?"

MISI, MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang