"Kau mungkin bisa menyembunyikan apa yang sedang kau rasakan. Akan tetapi, mustahil bagimu menutupi sesuatu yang sudah tersingkap jelas."
- Aiden Cambridge🚢
Vanessa berjalan di muka, memimpin regu kecil itu menelusuri koridor lantai tiga. Langkahnya yang terkesan monoton terus berlalu melintasi pintu demi pintu yang tertutup rapat. Wajah pucatnya masih terlihat tanpa ekspresi.
Sang gadis boneka melambatkan tapak kakinya manakala pemuda berambut coklat mulai menyamai langkah di sisinya. Manik hijau milik pria itu mengerling ke arahnya dengan tajam. "Vanessa, kau yakin benar tidak apa-apa?" lirihnya. Jarak mereka berdua cukup renggang dari Jhonny dan Carlos yang masih berjalan di belakang sana.
"Apa maksudmu?" balas Vanessa tanpa balik menatap lelaki itu.
"Kau mungkin bisa menyembunyikan apa yang sedang kau rasakan. Akan tetapi, mustahil bagimu menutupi sesuatu yang sudah tersingkap jelas. Jujur saja, kulitmu masih terlihat pucat, Vanessa. Apakah benar kau tidak apa-apa?" tegasnya.
Gadis itu membuang napas. "Aku tidak merasakan apa-apa," desisnya pelan, nyaris terdengar seperti angin lalu.
Aiden sedikit terkejut mendengar pengakuan gadis bermanik ungu tersebut. "Jangan bercanda! Aku sedang serius, Vanessa." Terdengar bahwa kalimat dengan sedikit penekanan lolos keluar dari mulutnya.
"Aku mengatakannya, ya?" Vanessa kini memalingkan wajah, menatap ke arah Aiden. Akan tetapi, ia sama sekali tidak menghentikan tapak kakinya.
"Kau mengatakannya," ulang Aiden.
Detik berikutnya, Vanessa membuang muka dari pria yang masih terus menatapnya dengan sorot khawatir. "Kalau sudah kukatakan, apa boleh buat, 'kan?" gumam gadis bersurai panjang nun hitam.
Gaun hitam dengan renda senada yang panjangnya hingga menutupi mata kaki, serta sarung tangan gelap panjang yang hampir menutupi seluruh bagian tangan dari jari-jemari sampai siku. Ditambah dengan rambut hitam legam yang menjuntai semampai hingga pinggul. Semuanya memperlengkap kesan misterius dari sang gadis boneka.
"Tanganku pernah tersobek oleh beling, kakiku pernah digigit oleh seekor anjing liar, tubuhku pernah hampir terbakar di perapian, tetapi aku tidak pernah bisa menunjukkan ekspresi yang sesuai karena aku tak bisa merasakan apa pun."
Aiden membisu mendengar penuturan Vanessa. Sebelumnya, ia hanya menganggap gadis ini seperti boneka hidup. Akan tetapi, ia sama sekali belum mengetahui latar belakangnya.
"Terlebih ketika pelayanku mengatakan bahwa suhu tubuhku terasa begitu panas. Namun, tetap saja aku tidak merasakannya. Sekarang pun begitu, aku tidak merasakan apa-apa," lanjutnya.
"Kalau begitu, bolehkah aku menyentuhmu sedikit untuk memeriksa?" bisik Aiden halus.
Gadis boneka tidak menjawab pertanyaannya. Akan tetapi, telapak tangan kanannya langsung menyambut lengan Aiden yang sedang berjalan di sisi kanannya pula.
Aiden terperangah begitu mengetahui Vanessa mengambil tindakan terlebih dahulu. Namun, beberapa saat kemudian rasa terkejutnya malah kian membesar. Bagaimana tidak? Tangan gadis itu ... dingin.
Walau sebenarnya masih tersisa sedikit kehangatan akibat adanya darah yang mengalir. Ia mencoba untuk tetap bersikap tenang. Tangannya bergerak untuk memeriksa denyut nadi dari gadis itu.
Hembusan napas lega keluar, ketika ia masih mampu merasakan adanya denyut yang bergerak, meskipun begitu samar.
"Segini saja sudah cukup, 'kan?" celetuk Vanessa membuyarkan hal yang tengah dipikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in the Sea [Hiatus]
Mystery / ThrillerApa yang akan kamu lakukan jika terjebak di dalam kapal pesiar tak berawak? Beberapa remaja terbangun di dalam kapal pesiar yang kosong. Tidak ada penumpang yang lain, tidak ada kru yang bisa ditemui. Hanya mereka yang berada di dalam geladak, berba...