Sketsa Prominensa: Aku yang tak Kukenal dan Koper Besar Kenang-Kenangan

1 2 0
                                    

Marah yang masih bernapas layaknya kita. Marah yang kukenal dan kuceritakan berupaya tetap waras, menyelamatkan diri sendiri dari segala bentuk respon manusia. Dirinya tak mau kalah dengan anugerah yang Tuhan titipkan. Ya, marah lebih tentram menyebut situasi yang masih ia alami sampai detik ini dengan anugerah. Bara tahu persis dia bukan manusia sempurna dan punya cacat fisik yang tak jarang membuat angin mengabarkan hinaan manusia atas apa yang tak mereka punyai itu. Pedih. Aku yang kenal marah sejak kecil, lelah melihat Marah yang senang menggambarkan dirinya masih baik-baik saja. Walaupun tak ada yang baik-baik saja.

Baginya ada yang harus direlakan. Satu hal yang ia takut teramat takut adalah mati yang tanpa rahmat-Nya. Salah satu kekalahan yang paling kalah dari beragam wujud kalah yang ia percaya adalah masa-masa Marah yang tak kenali dirinya. Mudah menjadi berbeda karena banyak tekanan dan tuntutan yang tak pernah ada habisnya. Saat kekalahan itu datang, ia takut mati dengan membawa koper-koper besar. Koper yang penuh kolase kenang-kenangan dan rasa gagal menjadi manusia yang terus terekam jelas bersama puluhan mungkin ratusan kalah yang ia punya.

Jadi, semenjak ia sakit yang harus ia ajak kemana-mana dalam hidupnya. Ia bertekad harus tetap hidup, meski tak berharga dan banyak yang jijik kepadanya. Karena menganggap itu kutukan, adzab, dan sebuah kebohongan yang besar. Marah yang tak senang orang lain melihatnya menangis bahkan ibu kandung sendiri pun, membulatkan niat bahwa tarikan napas yang mungkin tak ada artinya itu harus tetap berjuang. Tak boleh mati sekarang. Ia harus membuat tangannya tetap menulis. Badannya tetap bergerak membantu sebisanya. Kakinya tetap menjejak menjabarkan sebuah mimpi jadi nyata. Marah yakin sekali apa yang tak ada dalam dirinya dan bagaimana kerasnya usahanya tak pernah dianggap ada, ia harus bertumbuh dan menebar karya. Kalaupun semua yang ia usahakan tetap tak berguna, baginya setidaknya ia sudah mencoba.

“Hidup memang bukan hanya hidup. Semua makhluk yang hidup tentu hidup. Tapi, bagaimana kita meninggalkan ciri yang kita punya dengan terus bergerak dan tak takut berbeda.” -Dhipa Amala

Bagaimana manusia matahari? Pasti kalian juga punya kisah yang sulit bahkan bisa jadi jauh lebih sulit dari Marah. Lepaskanlah beban berat kalian! Tell me your story berbagai kisah yang membuatmu bertekad harus tetap bergerak maju :)

Bara MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang