Terik matahari yang menyengat tak menggetarkan semangat seorang Ghayda, bahkan semua busur panah yang ia bidikan dapat mengenai sasaran dengan tepat.
Hari ini ia tengah berlatih bersama dengan prajurit kerajaan Alard, juga dengan Layla yang memang sudah menjadi partnernya sejak lama. Sama halnya seperti Ghayda, Layla merupakan salah satu prajurit mematikan jika ia sudah berada di medan perang.
"Tak ingin istirahat dulu, Ghayda?" Tanya Layla. Gadis yang setahun lebih muda dari Ghayda itu menyudahi latihannya.
Ghayda yang melihat Layla tengah duduk pun tergiur untuk ikut
Beristirahat bersamanya. Ia menghela nafas panjang, latihan yang di lakukan nya begitu menguras tenaga."Soal yang kemarin, aku sungguh minta maaf Ghayda." Sesal Layla, pikirannya masih tak tenang hingga saat ini.
"Tak apa, Layla. Santai saja. Lagi pula kemarin El pun pergi ke sana." Tutur Ghayda.
"Oh syukurlah ada tuan El, kapan-kapan jika ada waktu luang aku yang akan mengantarmu ke sana." Ghayda tersenyum mendengar perkataan Layla, dia memang teman terbaiknya.
"Bagaimana latihannya kemarin, putri Ameera tidak memarahi mu kan?" Ah, Ghayda selalu khawatir jika ada yang berurusan dengan wanita yang satu itu. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, jika putri Ameera memiliki sifat dan sikap yang kurang baik kepada orang lain.
"Tidak, aku hanya di suruh duduk-duduk saja. Sedangkan putri Ameera malah bersantai di taman belakang istana." Layla pun tak habis pikir dengan kejadian kemarin, jika tau dia hanya akan duduk santai tanpa melakukan apapun ia lebih memilih menemani Ghayda berziarah ke makam paman Alif.
"Hm. Aneh sekali dia." Komentar Ghayda sedikit mencibir.
"Nona Ghayda." Gadis yang di panggil itu sedikit terperanjat, ketika mendengar suara laki-laki dari arah belakangnya.
"Ya Allah, El. Kau mengagetkan ku saja." Ucap Ghayda sambil mengelus dadanya. Ternyata membicarakan keburukan orang lain memang tidak di perbolehkan ya.
"Maaf. Ini." El berucap singkat, ia pun menyodorkan sebuah pedang kepada Ghayda.
"Akhirnya pedang kesayanganku kembali juga." Ucapnya begitu antusias. Ghyada Lalu mengambil pedang itu dari genggaman tangan El.
"Wahh.." Hanya kata itu yang dia ucapkan saking terkesimanya. Matanya berbinar memancarkan kegembiraan. Bahkan pedang itu melebihi ekspetasinya. Dan yang lebih membuat Ghayda takjub adalah ukiran namanya dalam aksara arab yang terukir di pegangannya 'Ghayda Azra binti Maryam Basafa'. Pedang itu hanya milik Ghayda seorang.
"Kau suka?" Tanya Laki-laki itu, ia sedikit menyunggingkan senyuman karena Ghayda begitu antusias dengan pedang miliknya.
"Tentu saja, terimakasih banyak El. Ayo Layla kita latihan lagi, El kau ikut juga ya." Saking senangnya Ghayda bahkan melupakan rasa lelahnya. Ia kemudian menggandeng lengan Layla dan juga El agar ikut latihan bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHAYDA -Warlord Of The Kingdom Of Alard-
SpiritualGhayda, si gadis periang namun pemberani. sosok lemah lembut, namun akan mematikan jika sudah bermain dengan panah dan pedangnya. Ghayda, adalah panglima perang pasukan Annar, tebasan pedang tak akan ia sia-siakan bagi siapa saja yang mengusik hidu...