3- Kekacauan -

26 7 3
                                    

"El!" Laki-laki dingin itu menoleh kearah sumber suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"El!" Laki-laki dingin itu menoleh kearah sumber suara. Akhirnya, gadis yang di carinya sejak tadi pun muncul di hadapannya. Dia di buat khawatir oleh Ghayda, apalagi saat ia mendengar berita dari Hemza jika gadis ceroboh itu telah salah memilih minuman.

"Kau darimana saja?" Tanya El dengan wajah datarnya. Namun semua itu berubah ketika mata tajamnya melihat ada hal yang aneh dari Ghayda. Mata gadis itu nampak sembab seperti habis menangis.

"Kau tak apa?" El semakin khawatir, Ghayda hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku baik-baik saja. Tadi aku bertemu dengan orang jahat El." Jawaban Ghayda membuat laki-laki itu kebingungan.

"Lihat El, tanganku sampai memerah." Ghayda kini memperlihatkan pergelangan tangannya yang masih memerah sebagai barang bukti.

"Siapa yang membuat mu seperti itu?"

"Tidak tahu, dia bahkan mencium tanganku El." Adu Ghayda. El menggertakkan giginya, hatinya bergemuruh menahan amarah. Ghayda sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, dia memuliakan Ghayda layaknya saudara kandung. Akan ia pastikan manusia itu tak akan selamat jika sudah ia temukan nanti.

"Bisa kau tunjukkan dimana orangnya?"

"Aku lupa tempatnya El, lagipula sepertinya dia juga sudah pergi." El hanya menghela nafas pasrah, bagaimana mungkin ia dapat menghabisi manusia itu, jika Ghayda saja tidak mengingat tempat kejadian perkaranya.

"Ya sudah. Ayo, kita temui yang lainnya." Setelah mengatakannya, laki-laki itu melangkahkan kaki menyamai langkah kaki gadis di sampingnya.

Tidak ada percakapan di sepanjang perjalanan, El yang memang tak pandai berbasa-basi pun memilih diam. Sedangkan Ghayda, dia tengah melamun sambil mengingat-ingat tentang kejadian yang tadi di alaminya. Bukan mengingat kejadian tak senonohnya, lebih tepatnya ia tengah mengingat wajah laki-laki yang telah berbuat kurang ajar kepadanya.

Dia akan menanam ingatannya mulai dari sekarang. Tentang Mata tajam milik laki-laki itu yang tak akan ia lupakan sampai kapan pun, tentang tinggi badannya yang hampir sama seperti El, juga tentang wajahnya yang tak bisa Ghayda pungkiri bahwa dia adalah laki-laki tertampan yang pernah ia temui. Ghayda akan mengingatnya betul-betul, suatu hari jika ia bertemu lagi dengan sosoknya, ia akan menggunakan pedang untuk menebas tangan kurang ajarnya itu.

"Sepertinya peperangan akan segera dimulai." Ucap El menghentikan langkah. Ghayda memfokuskan pandangannya kearah depan, di lihatnya keadaan aula tempat perjamuan makan malam tersebut telah hancur berantakan. Keadaan yang sudah Ghayda dan El prediksi sebelumnya, telah terjadi saat ini. Para orang-orang terhormat itu saling melontarkan makian, dan saling menuduh satu sama lain.

Lima kerajaan di satukan dalam satu ruangan. Alard, Montessa, Hellariouz, Gryson, dan Exxarius sebagai tuan rumah. hebat jika acara itu berjalan dengan baik dan sempurna.

Sebagai bagian dari Kerajaan Alard, Ghayda sendiri sedikitnya sudah faham dengan watak dari kelima Kerajaan besar tersebut.

kerajaan Montessa, Hellariouz dan Gryson. Ketiga Kerajaan tersebut lebih mengutamakan ajaran Katolik sebagai pondasi utamanya. Tidak heran lagi jika ketiganya jarang sekali mengalami konflik beragama. Kecuali perebutan batas teritorial karena jarak ketiga kerajaan tersebut sangatlah berdekatan.

GHAYDA -Warlord Of The Kingdom Of Alard-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang