Bukk
melempar sebuah tas berwarna merah maroon kearah seorang murid yang tengah duduk dipojok dengan kepala yang terus menunduk.
"Tuh, tas buat lo. Kalo bukan karena Al, gak sudi gue" ujar Alvin sarkas.
Murid tadi hanya mengangguk kemudian mengambil tas tadi dengan sedikit senyuman. Ya karena tas itu adalah tas branded.
"Mana buku pr gue" tagih Alvin lagi.
Siswa itu bergetar, kemudian menyerahkan sebuah buku bersampul coklat milik Alvin.
Alvin segera menyambar buku itu sebelum kemudian melanggang pergi keluar kelas.
Langkahnya dipercepat, setengah berlari. Anak itu menaiki tangga menuju kelas 11 yang berada dilantai 3.
"Hos.....hosss....anjirr banyak banget tangganya. Pantes Al ramping" gerutu Alvin.
***
"AL" suara Alvin menggema diseluruh lorong kelas, membuat beberapa siswa yang saat itu berkumpul menatap Alvin marah.
Alvin sama sekali tak menggubris cemoohan kakak kelas yang dilontarkan untuknya.
Fokusnya kini hanya ditujukan pada sepasang lelaki dan perempuan yang saat itu sedang mengobrol santai. Tak tahu saja jika Alvin sakit hati karenanya.
Bughh
Satu tinjuan keras mendarat mulus dipipi lelaki tadi yang tak lain adalah Radit, wakil ketua osis.
Sudah beberapa kali Alvin memergoki Mora dan Radit berduaan saat tak ada Alvin. Dan ini baru pertama kalinya Alvin memukul Radit.
Alvin memang sudah banyak kali ikut tawuran, tapi tak pernah sekalipun Alvin berkelahi dihadapan Mora.
"Alvin kamu apa-apaan sih. Minta maaf sama Radit sekarang" bentak Mora pada Alvin.
Mora mengulurkan tanganya, membantu Radit untuk bangun. Tapi dengan segera Alvin menepisnya.
"Jangan pegang-pegang dia Al" suara Alvin memelan, jauh lebih pelan dari yang tadi dia suarakan.
Mati-matian Alvin menahan air matanya agar tak tumpah. Semua murid berkumpul mengelilingi mereka saat ini, tak mungkin Alvin menunjukkan air matanya sekarang.
"Ikut aku" Mora menarik tangan Alvin sedikit kasar, Radit juga mengekori mereka dari belakang.
Sedikit melengkungkan bibirnya, merasa bahagia melihat kejadian tadi.
***
"Maksud kamu apasih vin" kini ketiga remaja itu sudah berada dirooftop.
Alvin, anak itu sama sekali tak menjawab. Dia sibuk jongkok sambil berpegangan pada tembok.
Karena perlu diketahui jika badboy yang satu ini sangat phobia pada ketinggian.
"Vin lo denger gue ngomong gak sih" ulang Mora semakin meninggikan suaranya.
"Hiks hiks apin takut Al" tangis Alvin sudah tak terbendung lagi. Dia sudah benar-benar takut sekarang.
Mora tersentak, dia sudah kelewatan. Bahkan dia juga melupakan phobia kekasihnya itu.
Astaga, sial sial dasar mora bodoh, batin gadis itu.
Mora berjongkok, menyamakan tingginya pada Alvin. Dapat dia lihat kekasihnya itu sedang menangis, tapi matanya tertutup rapat karena takut melihat kebawah.
"Sttt sayang, maafin Al ya. Kita kebawah yuk" ajak Mora.
Al menggeleng, "takutt" cicitnya.
Tak menunggu lebih lama lagi, Mora segera menggendong Alvin sambil mengusap-usap punggungnya agar lebih tenang.
"Jangan buka mata dulu sayang" ujar Mora lembut.
"Pusing Al" adu lelaki itu membuat Mora semakin merutuki kebodohanya sendiri.
"Iya sayang" Mora menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
Mora memasuki mobilnya, dengan Alvin yang berada dipangkuan gadis itu.
Alvin nampak nyaman berada dipangkuan Mora, terbukti saat anak itu tertidur pulas.
Gadis berambut panjang itu mengendarai mobil santai, sesekali menyelipkan beberapa anak rambut yang Alvin yang berantakan.
Entahlah, padahal ac mobil sudah dihidupkan tapi tetap saja Alvin banjir keringat.
Tak berselang lama, tiba-tiba Alvin terbangun dan langsung menangis.
"Hiks...hiks...pusing Al" adu anak itu.
Mora mengusap dahi Alvin, dapat ia rasakan sensasi panas yang menjalar dari kening kekasihnya itu.
Sudah ia duga Alvin akan sakit, karena memang imun Alvin sangat lemah.
"Kok bisa panas gini sih sayang, perasaan tadi pagi kamu baik-baik aja deh. Kita kerumah sakit ya"Alvin menggeleng, semakin mengeraskan tangisanya.
" nggak mauuuuuu huaaaaa"hadehhhhh manjanya lagi kumat nih, harap bersabar ya Mora.
***
Mobil sport berwarna hitam yang tadi dikendarai Mora dan Alvin, sudah parkir dengan rapi diantara rimbunya pohon dan semak-semak belukar.
Karena Alvin tak mau diajak kerumah sakit, akhirnya ia membawa Alvin kerumah pohon yang biasa mereka tempati kalau lagi ada masalah atau gabut.
Itu rumah pohon milik Alvin, dibuat oleh Alvin dan rumah kedua bagi Alvin.
Alvin sangat menyayangi rumah pohon itu karena hanya disana Alvin bisa mendapat ketenangan.
Rumah pohon itu mininalis dan letaknya yang tak terlalu tinggi. Cocok untuk Alvin yang phobia pada ketinggian.
Didalam rumah pohon itu sangat lengkap, ada listrik, televisi, kulkas, dan bahan makanan serta aksesoris ruangan dan beberapa baju.Tak lupa, disana juga sudah disediakan pemandangan yang luar biasa indah.
"Hiks....hiks...pusing Al" rengek lelaki manja itu. "Cup cup sayanggg jangan nangis terus dong, nanti dada kamu sesek"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Badboy
Teen FictionSifat yang saling bertolak belakang akankah bisa menyempurnakan kisah cinta mereka. Amora Albertina,ketua osis paling disiplin yang terkenal sangat sadis ketika memberi hukuman pada siswa nakal. Alvin Addison,badboy yang sangat suka cari gara-gara d...