Lupa

2.1K 159 38
                                    

3 bulan kemudian....

Gadis cantik dengan kuncir kuda itu menatap gerbang sekolahan yang baru 2 bulan ini ia tempati dengan tatapan aneh dan bingung.

Dengan ragu, ia melangkah memasuki gerbang yang terdapat plang nama SMA MEGANTARA itu.

Menatap sinis kearah siswa siswi yang menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang memuji kecantikanya tapi tak sedikit juga yang menggunjing. Itu sudah sangat sering ia dengar.

"Mora"

Panggil seseorang pada gadis tadi yang tak lain adalah Mora.

Mora menoleh, mendapati sosok kekasih yang baru 1 bulan ini menemani hidupnya.

"Hai dit, baru dateng?" tanya gadis itu dengan senyuman manisnya. Ya, Mora baru 2 bulan Mora pindah ke sekolahan ini dan 1 bulan yang lalu ia resmi berpacaran dengan Radit.

"Iyanih, pas banget bisa dateng barengan sama ayang" gombal Radit membuat Mora mendengus.

"Gombal aja terus sampe gigi lo kering" ketusnya kemudian melenggang pergi mendahului.

Sedangkan Radit yang ditinggal hanya tersenyum senang dibelakang sebelum akhirnya ikut berlari mengejar Mora yang sudah hampir sampai dikelas.



"Dit" panggil Mora pelan. Kini kedua pasangan itu sedang duduk ditaman belakang sekolah, tempat favorit mereka untuk berduaan.

"Hmm" dehem Radit yang mulai memejam dirumput tempat ia merebahkan dirinya.

"Apa ada hal lain yang masih belum aku ketahui? " tanya Mora menatap lurus kedepan.

"Maksud kamu? "

Detak jantung Radit berdegup kencang, takut jika Mora mulai mengingat masa lalunya.

Setelah 2 bulan yang lalu ia meyakinkan Mora tentang semua keadaan dan kejadian yang seratus persen hanyalah kebohongan Radit agar ia bisa mendapatkan pujaan hatinya, ia tak mau jika Mora mengingat semuanya.

3 bulan lalu, Mora mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan dirinya koma selama 1 bulan. Tak hanya itu, akibat benturan yang Mora alami, kini ia mengalami amnesia.

Sangat kecil kemungkinan Mora akan mengingat semua, tapi juga tidak mustahil jika Mora akan mengingatnya.

"Aku ngerasa ada yang ngganjel dit, aku ngerasa ada hal penting yang belum aku ketahui. Ayolah jujur sama aku" bujuk Mora. Ia sudah lelah akhir-akhir ini seperti sangat merindukan seseorang tapi tak tahu siapa yang ia rindukan.

"Kamu nggak percaya sama aku? " kini suasana mulai menegang. Dari nada dan getar suara Radit, terdengar sirat kecewa disana.

Tanpa basa basi lagi, Radit memilih pergi meninggalkan Mora yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.






🐖



Setelah tadi siang berdebat dengan Radit, membuat Mora merasa bersalah. Mungkin itu hanya perasaanya saja, ia harus lebih mempercayai Radit mulai sekarang. Oke, besok ia akan meminta maaf padanya

Dimalam hari, Mora pergi ke cafe berniat membeli makanan.

Brukk

Aduhh sakit

Rintih seorang remaja lelaki yang baru saja menabraknya.

"Dih, dia yang nabrak dia juga yang jatoh" ketus Mora pada remaja lelaki yang baru saja menabraknya.

Remaja lelaki itu sedikit meringis pelan kemudian berdiri sambil mengusap bokongnya yang terasa ngilu.

"Ah iya, maaf gue nggak se-" ujar anak itu terpotong, setelah itu ternganga setelah melihat Mora

"ALL, APIN KANGEN BANGET SAMA AL. APIN UDAH CARIIN AL TAPI NGGAK KETEMU KETEMU" anak itu berteriak namun dengan suara terendam karena saat ini ia sedang memeluk Mora dan menempatkan kepalanya kedada Mora.

"Heh, apa-apaan lo mesum banget" Mora mendorong pemuda tadi yang tak lain adalah Alvin.

Niat hati ingin memarahi pemuda tadi karena sudah menabraknya, tapi malah ia yang terkejut akibat pelukan yang anak itu berikan.

"Ih Al kok gitu sih, nggak kangen sama apin? " cicit Alvin mulai merasa nyeri didadanya akibat bentakan Mora.

"Heh anak kecil, lo nyasar apa gimana sih. Orang tua lo mana? Bisa-bisanya mereka biarin anak smp kayak lo berkeliaran malem-malem" dumel Mora  panjang lebar.

Mora memanggilnya anak kecil karena memang ukuran tubuh Mora dan Alvin cukup berbeda. Tinggi Alvin hanya sampai sedada Mora.

"Akhhh sakit" rintih Alvin sembari mengurut dadanya pelan.

Ada semburat rasa khawatir saat melihat anak itu kesakitan, padahal Mora sama sekali tak mengenalinya. Bahkan ia baru pertama kali bertemu anak itu.

Ajaibnya, Mora langsung tergerak untuk menggendong anak itu saat Alvin mulai limbung.

"Yang mana yang sakit hmm? " tanya Mora lembut. Ia bahkan heran dengan dirinya sendiri bagaimana ia bisa bersikap selembut ini pada orang asing.

Padahal Mora sama sekali tak pernah memanjakan Radit sekalipun dia adalah kekasihnya. Tapi anak ini, bisa dengan mudah meluluhkan hati Mora dengan wajah polosnya.

"Hiks hiks, dada Apin sakit tadi abis dibentak Al" adu anak itu menangis diceruk leher Mora.

"Yaudah, terus adek maunya gimana?" tanya Mora.

Tak salahkan jika Mora memanggilnya adrk, karena sepertinya Alvin lebih muda darinya.

"Mau sama Al" cicit anak itu

Mau tak mau Mora membawa Alvin keapartemenya. Sangat aneh kenapa Mora bisa dengan cepat menerima orang asing seperti ini. Bahkan ia merasa sudah sangat mengenalinya padahal baru pertama kali bertemu.

Diperjalanan pulang, Mora masih bingung dengan dirinya sendiri. Bingung dengan seorang remaja lelaki yang kini berada dipangkuanya.

Menyetir dengan satu tangan dan satu tangan lagi menopang tubuh Alvin bukanlah hal yang sulit untuk Mora.

Ia bahkan merasa sudah sangat terbiasa dengan posisi seperti ini.

Melihat wajah pucat anak itu membuat Mora agak khawatir. Sesekali Mora mengusap dahi Alvin yang terasa hangat.

Mengusir anak anak rambut yang berantakan. Alvin, anak itu sudah nyaman dalam tidurnya.

Manis









Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Childish BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang