Sebaik-baiknya wanita muslimah adalah wanita yang tertutup dan menjaga apa yang harusnya dijaga
.
."Cie ... yang tadi lagi ambil hati calon mertua," ucap Nauren menggoda Assyifa.
"Harus dong," balas Assyifa dengan percaya dirinya.
"Kamu yakin mau perjuangin Ustaz Raffa? Secara dia 'kan alim, tampan, dan mapan lagi, pastinya banyak yang ngantri di luar sana," ujar Nauren.
"Ya gak tau sih, berjuang aja dulu. Gue sih berharap dia jadi jodoh gue, serius deh, kali ini gue gak main-main," jawab Assyifa.
"Saran aku, ya, Fa, coba bersikap bodo amat di depan Ustaz Raffa. Coba memantaskan diri di mata Allah Swt. Fa, kalo emang jodoh, pasti ada jalannya kok. Inget, jangan sampai cinta kamu untuk Allah Swt. jadi berkurang karena cinta kamu ke Ustaz Raffa. Kalo itu sampai terjadi, percayalah, itu bukan cinta sejati."
Sayifa ikut memberikan nasihat untuk Assyifa. Ia tidak ingin sahabatnya terjerumus pada pengharapan yang berlebihan, apalagi jika pengharapan itu ditujukan kepada manusia biasa yang tak luput dari dosa dan juga salah. Bukankah seharusnya Allah Swt.-lah sebaik-baiknya tempat untuk menaruh harapan?
.
.
.
Setelah melewati satu malam di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi, pagi ini semua peserta pesantren kilat dari berbagai sekolah, akan melaksanakan kegiatan perkenalan sekaligus pengarahan yang akan dilakukan oleh panitia."Cepetan dong, Fa. Lo lelet banget sih, dari abis sahur, mondar-mandir ga jelas aja," ucap Nauren kesal.
"Bentar dong, gue lagi dandan yang cantik nih, biar Ustaz Raffa takjub melihat kecantikan gue," jawab Assyifa dengan percaya dirinya.
"Astagfirullah Syifa. Ini bukannya terpesona, yang ada orang ketawain kamu. Liat deh, lipstik kamu tebel dan merah merona banget. Bedak juga tebelnya hampir tiga senti," ujar Safiya menambahkan.
Pagi-pagi, Assyifa sudah membuat heboh kedua sahabatnya, bagaimana tidak, sehabis melaksanakan sahur dan salat subuh berjamaah di masjid, ia telah membongkar koper besarnya untuk mencari pakaian terbaik. Setelah berkali-kali percobaan, pilihannya jatuh pada gamis berwarna navy. Gamis itu tampak elegan dan sangat cocok di tubuhnya.
Namun, yang lebih memalukannya lagi, lipstick-nya sangat pekat dan berwarna merah merona. Selain itu, bedaknya sangat tebal. Padahal, tanpa menggunakan bedak pun, wajahnya sudah putih bersih.
Safiya dan Nauren meminta Assyifa untuk menghapus lipstik-nya. Namun, gadis itu tidak mau.
"Hapus deh lipstik-nya. Malu banget gue," ucap Nauren.
"Gue yang pake, kok lo yang malu? Ishh sewot aja," kesal Assyifa.
"Gak gitu, Syifa. Kalo kamu pake lipstik setebal itu, kamu bakal dikira ibu-ibu tau gak? Coba liat ke cermin, perhatiin wajah kamu baik-baik," ucap Safiya.
"Ya udah, gue ganti sama liptin," ucap Assyifa mengalah.
"Nah gitu dong, gak boleh tahu pake make up tebal-tebal gitu. Bisa mengundang perhatian orang lain. Kita diperintahkan buat menggunakan pakaian tertutup, supaya tidak mengundang perhatian orang lain. Meski pake pakaian tertutup, tapi menggunakan hal-hal yang mengundang perhatian orang, terutama lawan jenis, tetap aja dosa," nasihat Safiya yang dibalas anggukan tanda paham oleh Assyifa.
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (QS. Al-A'raaf, 7: 31).
Dari penjelasan surah Al-A'raaf di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Allah Swt. Tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Jadi, berhiaslah secukupnya saja, jangan sampai berlebihan yang akan membuat orang menatap kita dengan pandangan yang tidak baik.
.
.
.
Saat ini, semua peserta pesantren ramadan tengah berkumpul di masjid yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Askhabul Kahfi. Baik perempuan dan laki-laki, semuanya dikumpulkan dalam satu ruangan, yang dibatasi dengan tabir atau alat pembatas antara laki-laki dan perempuan.Semua mentor dan panitia berkumpul di depan. Mereka akan memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum menjelaskan tentang ketentuan dan aturan-aturan yang berlaku saat pesantren kilat berlangsung nanti.
Di antara para mentor dan panitia, terdapat Ustaz Raffa, pria yang diidam-idamkan Assyifa, selain itu juga ada Ustaz Rahman dan Ustazah Hana, ditambah dengan dua orang laki-laki dan dua orang perempuan yang merupakan tenaga pendidik di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi. Di antara dua perempuan itu, salah satunya adalah Ustazah Raida, perempuan yang suka kepada Ustaz Raffa.
"Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Selamat pagi adik-adik semua, selamat datang di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi atau yang kerap disingkat dengan Pondok Pesantren AsKa. Sebelumnya, kita akan memulai acara hari ini dengan membaca doa, ya. Berdoa mulai," ucap Ustaz Raffa membuka kegiatan tersebut dengan membaca doa di dalam hati masing-masing.
Beberapa menit kemudian. "Berdoa selesai," ucap Ustaz Raffa.
"Baik, adik-adik. Kita mulai acara perkenalan ini dari saya terlebih dahulu, ya. Perkenalkan, nama saya Raffa. Saya anak dari Ustaz Rahman dan Ustazah Hana. Saya berumur dua puluh enam tahun, saya berprofesi sebagai dokter dan terkadang juga membantu mengajar santri yang ada di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi ini. Sekian perkenalan saya, ada yang mau ditanyakan?" jelas Raffa sambil memberi kesempatan untuk bertanya di akhir kalimatnya.
"Apakah kami boleh memanggil Kak Raffa dengan panggilan Gus Raffa?" tanya laki-laki yang merupakan peserta pesantren kilat.
"Silakan, Dek. Senyaman kalian saja," jawab Raffa dengan tersenyum hangat.
Tak jauh dari tempat Raffa berdiri, Assyifa tengah penasaran dengan status laki-laki itu.
"Ren, status Gus Raffa apa ya?" tanya Assyifa.
"Tanyain sama orangnya lah, masa nanya sama gue," jawab Nauren.
"Tanyain dong," pinta Assyifa.
"Oh boleh," jawab Nauren cepat.
Assyifa sangat senang saat Nauren mau mewakili dia untuk bertanya kepada Gus Raffa. Namun, semua itu berujung dengan malu yang tak tertahan.
"Gus!" panggil Nauren.
"Iya?" jawab Gus Raffa mempersilakan.
"Temen saya mau bertanya," ucap Nauren sambil menunjuk Assyifa.
"Lo apa-apaan sih, Ren. Bikin malu tau gak," bisik Assyifa kesal.
"Silakan, boleh aja kok," ucap Gus Raffa.
Tak ada pilihan lain selain dia yang bertanya, selain rasa penasarannya yang telah menggebu, ia sudah telanjur malu karena Nauren.
"I ... itu, Gus. Hhmm ... Status gus apa, ya?" tanya Assyifa pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Gus Raffa karena Assyifa dan kedua sahabatnya duduk di barisan paling depan.
"Terima kasih atas pertanyaannya. Maaf sebelumnya, untuk status, saya rasa itu sedikit privasi. Jadi, saya rasa tidak perlu saya jawab, karena itu juga tidak terlalu penting untuk kita bahas di sini," jawab Gus Raffa ramah.
"Oh iya, Gus. Tidak apa-apa," jawab Assyifa.
Astagfirullah, sangat memalukan sekali pagi ini, begitulah pikiran Assyifa saat ini. Namun, mau bagaimana lagi, dia sudah telanjur malu.
Namun, ada hal yang mengganjal di hati Assyifa. Bagaimana jika Gus Raffa sudah menikah? Apalagi jika sudah mempunyai buah hati. Padahal, Assyifa baru saja berharap pada laki-laki itu, bahkan ia berniat untuk berubah demi laki-laki itu.
Mungkin saja Allah tidak meridhoi Assyifa yang ingin hijrah, tapi hanya demi Gus Raffa. Allah sangat menyukai hal baik yang dilakukan demi-Nya, bukan ciptaan-Nya.
Salam hangat dari gadis berdarah Minang.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA
![](https://img.wattpad.com/cover/270570943-288-k555697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Sekilat Pesantren Kilat
Teen FictionJangan lupa untuk follow sebelum baca🙏😚 "Jangan pernah mengharapkan saya, Assyifa!" "Kenapa, Gus?" "Karena kamu bukan idaman saya!" "Kenapa? Saya rasa, tubuh dan wajah saya cukup bagus." "Ada yang lebih berharga dari sekadar menjadi perempuan can...