- Part 1 •• Poligami

89 21 20
                                    

Bismillah. Assalamu'alaikum teman-teman😚🙏
Sebelum membaca jangan lupa tekan bintang ya😍. Tenang aja, ga bakal abisin tenaga kok😚

Terima kasih telah memberi vote. Selamat membaca😊😉


Poligami memang diperbolehkan dalam Islam, tetapi tak ada yang bisa menjamin keadilan dalam dua rumah dengan kepala keluarga yang sama.
.
.
.
- Trima Yunita -

"Izinkan saya menikah lagi, Sha."

Ucapan laki-laki berumur hampir setengah abad itu, membuat wanita yang duduk di sebelahnya menjadi rapuh. Ia dengan tegas meminta izin kepada istrinya untuk menikah lagi. Apakah ia bisa memenuhi syarat poligami? Ah entahlah.

Aisha yang merupakan istri dari pria itu hanya terdiam menunduk. Tentu saja ia sedang menyembunyikan tangis yang hendak membuncah. Poligami. Satu kata yang tak pernah tergambar dalam ruang imaji Aisha.

Apakah ia mampu mengikhlaskan suaminya menikah lagi? Ikhlas dan berbagi. Siapa yang akan menjamin sebuah keadilan dalam dua rumah tangga dengan kepala keluarga yang sama? Tidak ada.

"Saya rela jika Mas ingin menikah lagi. Namun, ceraikan saya sebelum itu!"

Wanita rapuh itu berusaha untuk berbicara tegar di depan pria yang amat ia cintai.

"Jangan egois, Aisha. Ada Assyifa dan Faris di tengah-tengah kita!" tegas pria itu.

"Kamu bilang aku egois? Kamu yang egois, Mas. Aku tidak sudi dipoligami."

Wanita itu terduduk di ranjang mewah yang menemani perjalanan rumah tangga keduanya selama dua puluh satu tahun itu. Waktu dua puluh satu tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk keduanya.

Wanita itu tak lagi mampu menahan tangis yang sedari tadi ia tahan. Semuanya begitu pilu sejak pria itu meminta izin untuk poligami.

Tanpa mereka berdua sadari, ada sosok gadis yang baru beranjak remaja berdiri di depan pintu kamar. Ia mendengar dari awal percakapan kedua orang tuanya.

Kenapa ayahnya berubah? Padahal dulu ayahnya sangat mencintai keluarga, tapi kenapa sekarang ia tega meminta izin menikah lagi. Tidak! Gadis itu tidak ingin memiliki ibu tiri.

Gadis itu beranjak dari pintu kamar orang tuanya, lalu menangis tersedu-sedu menuju kamarnya.

"Dek ... Kamu kenapa?" tanya kakak laki-laki gadis itu.

"Mas Faris ... Hiks. Ayah jahat, Mas."

Gadis yang bernama Assyifa itu memeluk tubuh kakaknya dengan erat. Faris yang merupakan kakak laki-laki dari gadis itu pun bingung. Ia segera menuju kamar ayah dan bunda mereka.

"Aku juga cinta sama dia, Sha. Aku gak mau berdosa, maka dari itu, izinkan aku menikah lagi."

Takut akan dosa? Dia lupa, bahwa Allah SWT membenci laki-laki yang menyakiti hati istrinya. Wanita yang harusnya ia jaga dan sayangi.

Jelas saja Faris mendengar semua perkataan ayahnya, karena ia berdiri di depan pintu kamar.

"Sudah aku katakan, Mas. Silakan Mas menikah lagi, tapi ceraikan aku terlebih dahulu. Aku bisa merawat Syifa dan Faris tanpa kamu."

"Bisa-bisanya Ayah meminta Bunda untuk mengizinkan Ayah poligami. Gak, Yah! Sama kayak Bunda, Faris, dan Syifa gak akan rela berbagi. Silakan Ayah tentukan, pilih kami bertiga, atau wanita yang sebenarnya haram untuk Ayah cintai."

Faris langsung angkat bicara, ucapan Faris mampu membuat ayahnya terdiam sejenak. Kebingungan melandanya, dalam hatinya ia menginginkan keduanya, ia merasa mampu untuk menafkahi keduanya. Namun, jika keadilan dalam segala bentuk dipertanyakan, jawabannya tentu saja tidak. Dia hanyalah manusia biasa, mungkin dalam segi materi, ia bisa adil, tapi tidak ada yang menjamin keadilan dalam segi kebahagiaan. Sungguh tidak ada.

"Ayah memilih keduanya," jawab pria paruh baya itu.

"Kalo gitu, biar kami yang mengalah, Mas. Silakan nikmati kehidupan baru kamu bersama wanita itu. Anggap saja ikatan selama dua puluh satu tahun itu tidak pernah terjadi. Kami tidak akan mengganggu kebahagiaan kalian." Seketika Bunda Aisha angkat bicara.

"Faris, kemasi barang-barang kamu sama Syifa. Kita pergi dari rumah ini!" ucap Aisha lagi.

Ia langsung membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam koper besar. Begitu juga dengan Faris, ia dan adiknya langsung mengemasi barang-barang mereka.

"Jangan pergi, Sha. Jangan kayak gini."

Pria paruh baya yang bernama Ghifari itu terus berusaha menghentikan istrinya, dengan mengeluarkan kembali koper yang telah dimasuki barang-barang itu.

"Stop, Mas. Aku udah gak kuat," Aisha langsung terduduk di atas ranjang sembari menangis pilu.

Ghifari merengkuh tubuh Aisha ke dalam pelukannya. "Sudah, biar saya yang pergi dari rumah ini. Rumah ini untuk kalian, saya yang seharusnya angkat kaki dari sini."

Ghifari langsung keluar dari kamar itu setelah mengambil kunci mobilnya. Assyifa dan Faris yang melihat kepergian ayahnya, langsung menghampiri bundanya di kamar.

"Jangan menangis, Bund."

Faris memeluk adik dan bundanya. Tak bisa dipungkiri, ia sangat kecewa dengan sikap ayahnya. Ayahnya yang dulu selalu setia kepada bundanya di kala suka mau pun duka. Bahkan, ia masih ingat, sebelum mobil dan rumah mewah itu ada, bunda dan ayahnya sama-sama berjuang demi kehidupan yang layak. Namun, sekarang, ayahnya seolah lupa dengan kisah perjuangan dalam pernikahan dua puluh satu tahun itu.
.
.
Sijunjung, 12 Juni 2021
Salam hangat dari gadis berdarah Minang😚

Terima kasih, mohon vote dan komen.
Jangan lupa kasih tau kalo ada typo ya^^

Cintaku Sekilat Pesantren KilatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang